Keterikatan franchisee dan franchisor dalam hal komitmen sangat penting dalam mengembangkan bisnis ini sehingga ke depanya akan menjadi bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak.
#franchising
Rule of thumb-nya seperti ini: semakin si franchisor piawai membangun merek, maka semakin gampang si franchisee mengerek penjualan. Jadi melalui branding fungsi si franchisor ini dalah melakukan apa yang saya sebut ”pull marketing”. Apa itu? Upaya untuk ”menarik” pelanggan melalui beragam bentuk upaya marketing seperti promosi dan iklan, inovasi produk, customer service, loyalty rogram, public relation (PR) dan corporate social responsibility (CSR), mengembangkan identitas merek, dan sebagainya.
mengelola perusahaan dengan sistim waralaba memang tidak bisa hanya bermodalkan persepsi ‘ayam Bangkok’ semata. Tidak bisa hanya nekad membangun jaringan franchise dari ‘wangsit’ saat tidur semalam. Dituntut tanggung jawab yang lebih besar dari para franchisor yang didasarkan pada pembangunan corporate core competence.
kendala paling besar bagi pelaku-pelaku bisnis franchise Indonesia yang ingin go global adalah penguasaan standar global dan penguasaan data dari negara tujuan. Karena itu solusi untuk mengatasinya adalah harus membangun bisnis model yang sudah dikategorikan memiliki standar yang global. Misalnya standar kesehatan dan kualifikasi minimum SDM.
menjadi happy di bisnis franchise butuh effort yang tinggi. Tidak bisa menggantungkan semata kepada franchisor. Meskipun peran franchisor sangat penting, terutama ketika franchisee belum ahli menjalankan bisnisnya. Support dan bimbingan sesuai dengan SOP menjadi kunci pertama bagi perasaan happy franchisee.
setiap kegiatan operasional jasa kurir harus dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya secara optimal namun tetap dapat memberikan hasil yang maksimal. Terlebih lagi karena sektor ini sangat rentan terpengaruh faktor seperti infrastruktur, harga bbm, dan lainnya yang dapat menaikan biaya operasional
pengaruh service excellent terhadap bisnis perusahaan sangat kuat. Service yang prima akan membuat pelanggan menempatkan produk atau jasa layanan yang diterima pada pilihan utama saat mereka berbelanja. Reaksi pertama dari pelanggan adalah melakukan belanja lebih banyak. Pelanggan kemudian akan memberikan kesan positif serta merekomendasikan produk atau jasa yang sudah pernah dia beli kepada lebih banyak orang.
Konsep ini memang belum familiar di banyak kalangan pebisnis secara luas, terutama di kalangan pemain franchise. Namun beberapa merek franchise sudah menerapkan pola affiliate marketing
Selain aspek financial calon franchisee harus memperhatikan aspek legalitas bisnis franchose. “Karena ketika membeli waralaba kita membutuhkan kepastian hukum. Kepastian itu mengenai sebuah legalitas karena dengan legalitas yang jelas meminimalkan potensi konflik dengan pihak ketiga atau dengan para mitra,”