FRANCHISE BUSINESS PERSPECTIVES

Konsep vertical marketing system yang dijabarkan ke dalam satu satu komponennya yaitu system franchise, 10 tahun terakhir menjadi primadona dalam pengembangan bisnis di Indonesia. Lebih dari 100 franchisor lokal kini menawarkan berbagai model  kemitraan yang beberapa  pihak menyebutnya Business Opportunity, Franchise atau Lisensi.

Dengan berbagai macam tipe kemitraan ditawarkan oleh para franchisor, tentunnya berbagai variable bisnis yang harus dianalisa calon franchisee untuk mendapatkan chemistry antara bisnis franchisor, franchisee dan pengharapan kedua belah pihak.

Pada prinsipnya kerjasama franchise yang ditawarkan memiliki 3 karakteristik standar yang dimiliki oleh franchisor yang menjadi dasar dari keterlibatan kedua belah pihak dalam mengoperasikan bisnisnya. 

1. STELSEL AKTIF

Karakteristik ini memiliki sifat bisnis dimana franchisee yang bekerjasama dengan franchisor harus aktif dalam mengelola bisnisnya secara langsung.”Franchisee is the owner…also the operator”

Dalam stelsel aktif adalah kewajiban franchisor untuk mencetak franchisee sesuai dengan kebutuhan bisnis yang diinginkan.Training kepada franchisee adalah mutlak dilakukan untuk memastikan semua knowledge dan prosedur dilakukan secara tepat dan teratur.

Kesuksesan dari model ini adalah sinergi dari franchisor dan franchisee dalam mengelola bisnis. Franchisor harus sangat selektif dalam memilih calon franchisee karena dibutuhkan ketergantungan yang kuat untuk membawa bisnis ini untuk maju dan sukses.

Dalam pola ini keterlibatan franchisee dituntut sangat kuat dengan franchisor sebagai pengontrol utama dalam bisnis yang berfungsi sebagai penyeimbang. Segala hal yang berkaitan dengan sales, pembukuan, arus keluar masuk barang dan promosi local biasanya dilakukan langsung oleh franchisee dengan panduan yang diberikan franchisor.

Dibutuhkan franchisee yang kuat untuk ikut membantu tugas franchisor dalam mengembangkan kemajuan outlet. Pelatihan dan control yang kuat akan menentukan apakah sebuah bisnis dengan pola seperti ini akan sukses atau bahkan akan terpuruk dan menimbulkan dispute antara kedua belah pihak .

2. STELSEL PASIF

Stelsel Pasif memiliki karakteristik dimana franchisor menjadi kekuatan dominant yang menjalankan bisnis ini dengan keterlibatan franchisee yang minimal. Stelsel ini berkembang seiring dengan begitu banyaknya franchisee yang ingin mempunyai beberapa usaha atau bisnis sekaligus tanpa terlibat langsung. Franchisee lebih banyak bertindak sebagai investor.

Entitas dari bisnis tetap menjadi milik franchisee, namun operasional harian dijalankan oleh  franchisor dengan menggunakan instrument instrumen yang mereka miliki. 

Kesuksesan model ini adalah kekuatan merk dan back up operasional yang dimiliki oleh franchisor dan komitment franchisor untuk mengembangkan bisnisnya dengan menggandakan diri dengan cepat.

Dalam stelsel pasif baik franchisee maupun franchisor memiliki kecepatan dalam  mengembangkan diri. Franchisee dapat dengan segera memiliki lebih dari 1 buah bisnis tanpa meninggalkan kegiatan yang menjadi keseharianya.

Pola ini sama sekali tidak menginginkan franchisee untuk ikut serta secara penuh. Pembukuan, arus masuk/ keluar barang dikontrol dari franchisor sehingga franchisee hanya menerima hasil akhir.

Keterlibatan franhisee diharapkan dalam pengembangan toko/ jaringan outlet. Kesuksesan model ini adalah kekuatan merk dan back up operasional yang dimiliki oleh franchisor dan komitment franchisor untuk mengembangkan bisnisnya dengan menggandakan diri dengan cepat.

Dalam stelsel pasif baik franchisee maupun franchisor memiliki kecepatan dalam  mengembangkan diri. Franchisee dapat dengan segera memiliki lebih dari 1 buah bisnis tanpa meninggalkan kegiatan yang menjadi keseharianya. 

Franchisee yang ingin mendapatkan passive income akan sangat terbantu dengan pola ini. Sekali lagi, kepercayaan dan salang mendukung anatar kedua belah pihak akan menjadi pemicu dalamkeberhasilan bisnis  ini.

3. STELSEL CAMPURAN

Model Franchise ini mengadopsi kekuatan franchisee dan franchisor . Untuk kondisi campuran seperti ini  maka franchisee dan franchisor hari  dapat bekerja sama dengan baik dalam hal synergi. Dalam laporan rugi laba, franchisor menguasai cash flow dan perputaran omzet dan franchisee akan lengsung terlibat dalam pengelolaan outlet dan penanganan biaya.

Bila dilihat dari kedua sisi, baik franchisor maupun franchisee, maka bisnis franchise (dan mungkin kebanyakan bisnis lainnya) adalah bisnis marketing finance, dimana dalam bisnis ini tujuan utama adalah mengembangkan dan menduplikasikan bisnis dengan cepat dan mengajak pihak mitra untuk ikut serta dalam tujuan diatas dengan memberikan pembagian tertentu dari keuntungan bisnis.

Payback period adalah instrument finance yang sering dilihat ketika menganalisa kelayakan sebuah bisnis. Kepentingan investor sangat diutamakan disini sehingga instrument investasi seperti franchise fee dan terkadang royalty fee diberikan discount atau bahkan gratis.

Biasanya yang menggunakan pola dasar seperti ini adalah franchisee yang kecil yang berupa booth/ outlet kecil dengan merk atau brand awareness yang belum begitu kuat.

Calon calon investor yang ingin bergabung dalam bisnis franchise pertama kali harus mempertimbangkan beberapa hal dasar:

  1. Core business

Calon franchisee harus melihat dan menganalisa bisnis apa yang disukai dan diminati. Harus ada chemistry antara calon franchisee dan bisnis yang akan dikembangkan sehingga ke depanya lebih ringan dalam menjalankan bisnis tersebut.

Selain chemistry dengan bisnis terbut. Penting pula dilakukan penjajagan dengan owner atau executive dari perusahaan terbut untuk mengetahui visi dan misi perusahaan akan dibawa kea rah mana. Dengan demikian franchisee bias mengetahui arah bisnis di masa depan

  • Finance

Tentunya kesiapan dana menjadi tuntutan ketika memuituskan untuk menjadi franchisee. Selain itu juga kesiapan menanggung resiko bisnis bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti bangkrut, perselisihan dll.

Beberapa kasus calon franchisee sebenarnya memiliki dana yang cukup, namun enggan untuk meresikokan keseluruhannya sehingga yang bersangkutan hanya mau untuk berinvestasi setengah bagian dari kekuatan financial yang dimiliki untuk bisnis tertentu

  • Support System

Berkaitan dengan stelsel yang diungkapakan diatas, maka perlu pula dilihat seberapa jauh franchisee-franchisor terlibat dalam bisnis yang akan dijalankan.Technical Know How yang diberikan serta pelatihan yang dilakukan oleh franchisee.

Berkaitan dengan Pelatihan dan technical know how, hal ini menjadi sangat penting yang menjadi salah satu factor penentu keberhasilan kerjasama ini karena ini menjadi salah satu kunci penerapan standar operasional prosedur yang pada giliranya akan berkaitan dengan control dan day to day operation di outlet. 

Hal –hal pokok diatas perlu dipertimbangkan, walalupun mungkin masih hal-hal lain seperti brand awareness, uniqueness, dan proven track records……

Rasanya beberapa franchise business yang sekarang berkembang pun beberapa ada yang keluar dari kaidah-kaidah itu, namun toh di lapangan ternyata acceptabilitas nya cukup bias diterima masyarakat dan berkembang dengan sangat baik.

Keterikatan franchisee dan franchisor dalam hal komitmen sangat penting dalam mengembangkan  bisnis ini sehingga ke depanya akan menjadi bisnis yang menguntungkan kedua belah pihak.

Tommy A Wardhana