GOWES ‘SEPEDA’ BISNIS

Pada tulisan sebelumnya dengan judul “Creative Business Idea”, saya paparkan bahwa Creative Thinking pada aplikasi The 5 Arrows of New Business Development haruslah menghasilkan kesimpulan yang satu dan utuh untuk diaplikasikan.  Berpikir kreatif merupakan kunci sukses pada pengembangan bisnis baru.

Baca juga “Creative Business Idea”

Hanya saja ide bisnis kreatif tidak akan menjadi bisnis betulan kalau hanya sekedar wacana dan tidak mulai dijalankan.  Setelah proses Creative Thinking yang menghasilkan ide bisnis kreatif, pengembangan bisnis baru dilanjutkan dengan tahapan Push The Pedal yang merupakan tahapan ketiga dari The 5 Arrows of New Business Development yang terdiri dari: 1) Day Dreaming, 2) Creative Thinking, 3) Push The Pedal, 4) Speeding Up, dan 5) Celebrating.

Banyak calon pebisnis baru yang menjadi calon abadi karena tidak kunjung memulai bisnis barunya.  Dengan semakin banyaknya tawaran sistem Franchise dan Business Opportunity,  memulai bisnis relatif menjadi lebih mudah. Inspirasi dari ‘rumus’ naik sepeda “push the pedal” yang diciptakan oleh Evans (2006) bisa menjadi pendorong dimulainya bisnis baru.  

Pada dasarnya, seperti belajar naik sepeda yang tidak boleh terlalu banyak pertimbangan dan yang terpenting adalah “gowes saja sepedanya”, demikian juga kalau mau memulai bisnis jangan kelewat banyak menimbang-nimbang.  Pada tahapan Creative Thinking memang diperlukan rasionalisasi dan kecermatan membuat rencana. Ketika rencana bisnis sudah siap, jangan kelewat lama menimbang-nimbang lagi.  Gowes saja ‘sepeda’ bisnisnya.

Selengkapnya ‘rumus’ naik sepeda menurut Evans  adalah : 1) Push The Pedal, 2) Balance it, 3) Concentrate, 4) Don’t be afraid, and 5) Then you’re done.”  Ketika ‘rumus’ Push The Pedal digunakan sebagai inspirasi mulai berbisnis, maknanya bisa diurai  sebagai berikut:

1.         Push The Pedal

Push the pedal atau gowes pedal sepeda merupakan kongkritisasi dari keinginan berbisnis.  Setiap orang pada dasarnya punya keinginan berbisnis.  Ada yang keinginan berbisnisnya masih kecil, ada juga yang sudah ‘matang’ menggebu-gebu ingin memulai bisnis baru.  Tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mulai menjalankan ide bisnis baru.

2.         Balance it

Sepeda yang baru digowes akan bergerak sedikit oleng, dan karenanya perlu diseimbangkan.  Begitu juga bisnis yang baru dijalankan bisa jadi tidak sesuai dengan ‘mimpi indah’ yang direncanakan sebelumnya, dan pada posisi seperti ini diperlukan langkah sigap menjaga keseimbangan bisnis yang baru dijalankan.  

3.         Concentrate it

Dalam praktek pengelolaan bisnis baru, banyak kasus bisnis baru yang ‘oleng’ karena pebisnisnya sudah tergoda dengan peluang bisnis lain ketika bisnis baru mulai ‘digowes’. Pebisnis baru perlu konsentrasi membesarkan bisnis yang baru dimulai sebelum melangkah ke bisnis lain.  

4.         Dont’ be afraid

Setiap pebisnis baru perlu menyiapkan diri untuk sukses dan gagal.  Pebisnis baru juga manusia.  Sebagai manusia, sangatlah manusiawi kalau punya kekuatiran. Hanya saja kekuatiran semestinya tidak sampai ‘menenggelamkan’ motivasi berbisnis yang sudah mulai ‘merekah’.

5.         Then you’re done

Jatuh-bangun dalam pengembangan bisnis baru merupakan proses pematangan dan ‘jamu sehat’ yang membuat bisnis bisa berjalan dengan efektif.  Jadi tidak perlu ragu kalau jatuh. Segera gowes lagi ‘pedal sepeda’ dan teruskan berbisnis.  Then you’re done.  

Kelima ‘rumus’ naik sepeda di atas diketikkan di komputer kerja keluarga oleh Evans, anak saya yang waktu itu masih kelas 2 SD, seusai belajar naik sepeda.  Sebelum berhasil memulai, Evans ‘takut banget’ naik sepeda.  Padahal bersepeda itu gampang, setidaknya itu kata Evans begitu bisa naik sepeda.  Demikian juga, jangan kelewat takut memulai bisnis baru.  Pertimbangan cermat tetap saja diperlukan.  Dan begitu sudah ada konsep bisnis yang jelas, segera mulai bisnis baru.  Segera ‘gowes sepeda’ bisnis.

Dr. Handito Joewono

Chief Strategy Consultant ARRBEY