

Franchisor harus bisa mengamati secara jeli titik-titik krusial yang harus diatasinya. Sebagai jaminan usaha tersebut berjalan lancar.
Setiap usaha memiliki titik krusial yang harus bisa diatasi oleh pelakumya. Jika tidak, usaha tersebut bisa terjebak dan mengalami kemandekan bahkan kegagalan.
Ada sejumlah titik yang harus dilalui untuk menjalankan usaha franchise dan mengembangkan jaringannya. Di antaranya:
- Kelayakan usaha tersebut untuk diwaralabakan. Artinya usaha tersebut memang sudah terbukti bertahan lama, memiliki pasar yang matang, serta tingkat pengembalian modal yang cepat.
- Kesiapan sistem waralaba. Artinya franchisor sudah menjalankan waralaba dengan profesional, sudah memiliki tools mulai dari memasarkan waralaba, training franchisee, SOP yang lengkap, perjanjian yang adil, metode pengawasan usaha franchisee, serta memiliki SDM khusus untuk mengembangan franchise dan pendampingan franchisee.
Franchisor memegang peran kunci berjalan-tidaknya usaha waralaba. Jika franchisor sudah memiliki sistem usaha dan sistem franchise yang baik, termasuk di dalamnya sistem penyeleksian franchisee yang benar, maka usaha waralabanya akan berjalan lancar.
Franchisor juga memegang peran yang sangat strategis. Posisinya harus lebih banyak terlibat dalam kegiatan operasional sehari-hari, menjalankan usaha sesuai dengan SOP, dan memikirkan keberhasilan outlet miliknya.
Disamping itu, franchisor harus lebih banyak memikirkan brand secara keseluruhan, menciptakan inovasi-inovasi baru, mempertahankan kelangsungan usaha secara keseluruhan, serta melakukan pengawasan dan pendampingan franchisee.
Sejumlah dukungan harus diberikan franchisor terhadap franchisee mulai dari pemilihan tempat untuk outlet franchisee, persiapan pembukaan outlet, training operasional dan manajemen outlet, hingga bantuan pemecahan masalah yang dihadapi oleh franchisee. Dukungan-dukungan tersebut antara lain:
- Pemilihan lokasi
- Merancang lay out dan desain interior outlet
- Mencari supplier bahan baku dan ekuipmen
- Manajemen outlet
- Training SDM
- Pemasaran nasional
- Inovasi produk baru
- Mengajarkan cara-cara meningkatkan sales outlet, dll.
Selain franchisor, posisi franchisee juga sangat menentukan. Jika jaringan waralaba dijalankan dengan benar, franchisee akan banyak mendapatkan kemudahan. Meskipun risiko kegagalan usaha tetap dimiliki oleh franchisee, namun franchisee tidak perlu memulai dari awal karena mendapatkan banyak bantuan dari franchisor.
Mengingat pentingnya posisi franchisee ini, maka para franchisor harus selektif memilihnya. Mengapa? Proses pemilihan franchisee merupakan titik penentu keeberhasilan atau kegagalan outlet tersebut.
Franchisee merupakan partner franchisor untuk beberapa tahun ke depan. Dia adalah orang yang akan menjalankan usaha franchisor. Oleh karena itu, orang tersebut haruslah orang yang dapat dipercaya oleh franchisor, memiliki kemampuan sesuai dengan keinginan franchisor, memiliki visi dan misi yang sama dengan franchisor, dan merupakan orang yang dapat bekerja sama dengan franchisor untuk menghasilkan keuntungan bersama.
Kemudian soal kontrol dan monitoring, hal itu perlu dilakukan franchisor, karena franchisee merupakan pemain baru di bisnis tersebut. Bagaimanapun franchisor pasti memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan franchisee. Selain itu monitoring berguna bagi franchisor untuk mengendalikan kualitas outlet franchisee agar sesuai dengan standar yang ditetapkan franchisor.
Satu hal, pada suatu sistem waralaba yang baik, franchisor harus sudah memiliki SOP dan perjanjian kerja sama yang lengkap. Di dalam SOP dan perjanjian kerja sama sudah tercantum seluruh hal yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh franchisee. Mulai dari operasional, kualitas, manajemen, pemasaran, tenaga kerja, dll.
Oleh karena itu, yang harus diawasi oleh franchisor hanyalah kepatuhan franchisee terhadap SOP dan perjanjian kerja sama. Pengawasan dilakukan selama masa kerja sama franchisor franchisee, dengan intensitas yang lebih tinggi saat beberapa bulan pertama masa kerja sama.
Terkait komitmen keduanya (franchisor-franchisee), hal ini juga sebagai sesuatu yang sangat penting. Sebaiknya komitmen yang dibuat di awal juga ditepati hingga akhir masa kerja sama.
Sekarang ini banyak ditemukan kasus franchisor yang mengobral janji pada saat promosi, namun tidak banyak yang ditepati. Akibatnya, franchisee kecewa karena ternyata franchise yang mereka beli tidak sebagus yang dipromosikan. Demikian pula dengan franchisee, banyak franchisee yang diminta untuk terjun langsung mengawasi usahanya. Hal ini tentu diusulkan franchisor berdasarkan pengalamannya. Jika franchisee tidak menjalankan komitmennya, maka franchisor juga tidak boleh disalahkan kalau usaha tersebut gagal di tengah jalan.
Rofian Akbar