

Prinsip “right people in the right place” hendaknya menjadi perhatian khusus bagi franchisor dalam menentukan posisi bagi setiap personil dalam organisasi bisnisnya. Pasalnya, posisi yang tepat bagi orang yang tepat akan memberikan kontribusi yang besar bagi jalannya roda organisasi. Selain itu, posisi yang tepat juga akan memberikan efektifitas dan nilai maksimal dalam proses kerja.
Prinsip itu pun hendaknya diterapkan dalam proses memilih dan menentuan seseorang untuk menjadi field manajer atau petugas lapangan yang menjadi penghubung antara franchisor dan franchisee. Di mana seperti diketahui tugas yang diemban seorang petugas lapangan bukan tugas yang mudah dan biasa. Tugas mereka umumnya memakan waktu lebih lama, terkadang ada masa jauh dari rumah di luar kota, sering kali mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti kritik dari franchisee dan tekanan kerja dari franchisor dan beban serta resiko kerja lainnya.
Untuk itu diperlukan seleksi yang lebih memadai dan mendalam untuk mendapatkan pribadi-pribadi yang handal, tanggung dan mumpuni. Menurut Greg Nathan, Pakar Hubungan Franchisor dan Franchise dari Australia, ada dua pendekatan yang biasa diambil franchisor untuk melakukan seleksi.
Pertama, Pendekatan Multi-Skilled Generalist. Pendekatan ini menghendaki seorang manajer lapangan yang memiliki banyak kemampuan umum (multi skilled generalist) yang dimiliki seseorang, yaitu seorang yang memiliki pengetahuan operasional franchise secara umum dan keluruhan dari A-Z. Orang seperti ini, kata Greg, biasanya telah mendapatkan pengalaman franchise secara praktis. Mereka bisa berasal dari orang yang telah bekerja lama di gerai milik franchisor atau pemilik gerai franchise sendiri.
Dan pendekatan kedua, memilih seorang Specialist. Pendekatan kedua ini lawan dari pendekatan pertama yang lebih mengandalkan pengalaman pendekatan umum dari A-Z. Greg, menyebut pendekatan ini sebagai pendekatan alternatif, yaitu mempekerjakan spesialis field manager yang memiliki pengetahuan mendalam dan spesifik tentang urusan lapangan, seperti manajemen keuangan, merchandising, local area marketing atau teknik operasional.
Lalu mana yang lebih utama, seorang Generalist atau Specialist? Di antara keduanya sudah pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Sebagai contoh, akan sulit bagi franchisor untuk menemukan seorang generalist di luar sana yang memahami industri dan pengetahuan sistem francise secara baik, mereka hanya mungkin berasal dari orang internal perusahaan yang telah lama bekerja di banyak bagian. Sayangnya, orang ini tentunya memiliki pengalaman terbatas di lingkungan bisnis lain, di luar perusahaan.
Sementara, seorang Specialist akan memiliki keterbatasan dalam membawa nilai kepada franchisee terkait nilai perusahaan secara umum, mereka lebih menggunakan pendekatan parsial dalam menjalankan tugasnya. Misal dia seorang ahli keuangan hanya melakukan analisa keuangan dan mengindentifikasi masalah bisnis pada aspek keuangan saja. Padahal, masalah sebenarnya adalah kekurangan supplai produk sehingga berimbas pada penjualan dan cash flow.
Sebagai kesimpulan, seorang franchisor dapat memilih pendekatan yang lebih mendekati kebutuhannya. Jika franchisor lebih membutuhkan seorang yang mengerti francise secara keseluruhan, maka dia dapat memilih orang internal yang sudah bekerja lama, yang mengerti betul sistem franchise dari A – Z. Dan seorang Specialist dibutuhkan pada saat franchisee dituntut untuk menjalankan atau menerapkan suatu sistem baru. Namun pada saat kondisi franchisee stabil, seorang franchisor lebih membutuhkan Multi-Skilled Generalist untuk melakukan monitoring dan performance coaching.