Mengembangkan Group Bisnis “Franchise”. Jangan Sekadar Menampung Minat Investor!

Belakangan ini ada suatu fenonema baru di industri franchise Indonesia, yaitu mengembangkan group bisnis franchise. Menariknya para pemain yang mengembangkan group bisnis franchise adalah para pemain baru di bidangnya. Artinya, mereka baru beberapa tahun berhasil mengembangkan merek franchise, namun dalam waktu singkat menjelma menjadi group bisnis yang memiliki banyak merek franchise.

Sebut saja misalnya group warung kekinian yang belakangan ini tengah naik daun. Awal mulanya ia mengambangkan konsep warung kekinian dengan menu produk aneka macam olahan indomie, nasi goreng, soto, dan kudapan ringan lainnya. Mereka memang sukses mencuri pasar dan berhasil menjadi pemain yang sukses di sektor bisnisnya hingga banyak followernya.

Namun dalam waktu singkat mereka memilik pula merek-merek franchise di bawah payung bisnisnya. Group bisnis tersebut memiliki merek kedai kopi, kedai ayam, kedai bakso yang dikemas dengan konsep premium class.

Selain group tersebut, adalagi group kopi yang juga naik daun belakangan ini karena sukses mengembangkan bisnisnya lewat “pola franchise”. Perusahaan ini awalnya sukses mengembangkan merek kopi yang disukai kaum millennial, namun belakangan menjelma menjadi sebuah group yang membesut merek restoran asing.

Mengembangkan suatu group franchise atau lisensi sebetulnya bukan sesuatu yang baru di industri franchise. Kita bisa tengok group Mitra Adiperkasa, Johnny Andrean Group, MRA Grou dan juga ada Wong Solo Goup. Mereka ada yang sukses mengembangkan merek franchise asing di Indonesia. Sebagian sukses mengembangkan merek lokal sendiri.

Group-group franchise yang disebutkan terakhir bisa dibilang tidak heran karena mereka sudah berpengalaman lama di usaha franchise. Wong Solo Group yang telah lama sukses mengembangkan merek Ayam Bakar Wong Solo, kemudian mengembangkan merek lainnya seperti Ayam Penyet Surabaya, Ayam KQ5, dan sebagainya. Adapun Mitra Adiperkasa dan Johnny Andrean Group memang telah lama bermain di industri franchise dengan membesarkan merek franchise asing di Indonesia.

Merek yang sukses memang sudah memiliki manajemen dan SDM yang mumpuni. Mereka juga sudah pengalaman di sektor bisnisnya. Wong Solo Group sudah lama menekuni kuliner ayam sejak tahun 1990an. Begitupula Mitra Adiperkasa yang sudah lama mengambil merek-merek lisensi dan franchise asing karena sudah punya manajemen dan tenaga ahli.

Namun yang belakangan ini muncul adalah pemain baru. Mudah-mudahan group bisnis tersebut tidak sekedar mencari kesempatan semata, sekedar menampung para calon investor yang berminat dengan bisnisnya.

Hemat saya, sah sah saja mengembangkan suatu group bisnis franchise. Namun itu tidak mudah. Dibutuhkan tenaga ahli di bidangnya ketika mengembangkan usaha franchise sehingga menciptakan inovasi baru. Jangan sampai usaha barunya belum membuktikan sesuatu sudah menjual sebagai franchise. Kalau demikian tidak betul, karena usaha tersebut belum teruji berhasil didirikan di beberapa tempat dan memerlukan waktu yang tidak singkat untuk menguji kinerja usahanya.

Para pemilik group bisnis harus punya orang-orang uang ahli di bidangnya. Dia punya ahli di bidang misalnya kopi, perkopian dari mulai memetik kopinya hingga branding & blendingnya. Namun yang saya lihat mereka umumnya fokusnya di manajemen untuk mencari duit, bukan fokus mengembangkan kualitas bisnisnya.

Sebelum menawarkan suatu merek peluang usaha, mereka harus dibikin mateng dahulu. Jangan ada investor yang mau beli dia bikinkan peluang usahanya. Janganada slogan asal investor senang kami bisaadakan. Menurut saran saya, dalam membuat group jangan mengandalkan para penyuntik dana dari group besar saja, keahlianmanajemensaja, tapimempertimbanganjangkapanjangbisnistersebut. Sebab jika gagal akan berbuntut pada bisnis lainnya, karena efek tidak fokus di bidangnya dan mengejar ekspansi bisnis.

Anang Sukandar

Chairman Asosiasi Franchise Indonesia