Michael Kusuma, Dari Lapak Kecil Sukses Kembangkan Bisnis Nasi Kulit ke Berbagai Daerah

Foto: Istimewa

Terinspirasi dari kebiasaan kebanyakan orang Indonesia yang mengidolakan Ayam terutama bagian kulitnya yang dianggap ‘the best part’, terpikir lah oleh Michael Kusuma untuk membuka bisnis yang fokus pada produk ‘kulit crispy’. Maka hadirlah Nasi Kulit Malam Minggu. Di tangan pria ini Nasi Kulit Malam Minggu berkembang pesat menjadi merek kuliner yang happening.

Saat ini outlet Nasi Kulit Malam Minggu tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Outletnya tersebar di luar Jabodetabek seperti Bandung, Surabaya, Semarang, bahkan ke kota-kota lainnya seperti Kalimantan di Tanjung Redeb dan Jawa Tengah Magelang. “Nasi Kulit Malam Minggu telah hadir hampir di seluruh pulau Indonesia,” ujar Michael.

“Nasi Kulit Malam Minggu memiliki pelanggan tetap dan terus mengakuisisi pelanggan baru melalui bebagai inovasi menu yang dihadirkan,” ujar penyandang Bachelor of Science in Business, LSE (London School of Economic and Political Science) dan Diploma in Management, Singapore Institute of Management ini.

Kedepan, kata Michael, Nasi Kulit Malam Minggu akan terus melakukan ekspansi ke kota-kota di seluruh Indonesia. “Kami mendapat feedback yang baik dari konsumen. Kami merupakan salah satu pelopor waralaba nasi kulit crispy yang diperhitungan di industri franchise,” jelasnya.

Keberhasilan Michael Kusuma mengembangkan Nasi Kulit Malam Minggu bukan tanpa jerih payah. Ia memulai bisnis ini dengan menyewa lapak kecil sekitar 2×2 meter daerah di Tangerang Selatan. Ia mulai dari menyiapkan segalanya sendiri, mulai dari membeli ayam hingga proses masak.

“Ketika pembukaan outlet cukup rame antusiasnya banyak pesanan online delivery yang masuk. Karena antrian cukup panjang & mulai banyak permintaan untuk kemitraa dan akhirnya diputuskan untuk membuka kemitraan. Nasi Kulit Goreng Crispy yang memadukan tradisional dan modern dan salah satu pelopor Nasi kulit crispy,” tegas Michael.

Michael memutuskan untuk membuka peluang bisnis kemitraan Nasi Kulit Malam Minggu setelah melihat antusiasme masyarakat yang tinggi. “Respon konsumen sangat positif sehingga tercipta ‘word of mouth’. Dari sana banyak permintaan kerjasama kemitraan. Kita pun bisa melakukan ekspansi ke beberapa daerah dengan kerja sama kemitraan. Kedepannya ingin meraih pasar mancanegara untuk memperkenalkan produk Indonesia,” ujarnya.

Ia mengatakan, pengetahuan tentang bisnis ini didapat dari hobinya memasak dan mengolah makanan. “Awalnya mencoba-coba memasak dan proses makanan rumahan, kemudian mulai belajar mengolah kulit dan mengembangkan inovasi berbagai resep dan menu dalam Nasi Kulit Malam Minggu,” bebernya.

Terlebih lagi, kata dia, ketika mengawali bisnis ia melihat belum ada pemain dominan yang mengolah produk kulit goreng crispy dan memperkenalkannya secara luas ke masyarakat. “Akhirnya mencoba untuk menaikkan produk ke pasar, modal awal hanya mulai dari modal sewa 1 lapak kecil 2×2 meter, melihat peluang kulit goreng yang masih bisa dipromosikan, menganalisis kompetitor yang ada, dan harga jual produk di pasar agar dapat bersaing. Itu yang kami lakukan sebelum memulai bisnis ini,” katanya.

Menurutnya, keuntungan yang didapat dari bisnis ini cukup baik karena antusiasme dan respon masyarakat juga yang baik dan positif.

Saat memulai bisnis, Michael masih menggunakan peralatan seadanya, belanja bahan baku sendiri, melakukan pengolahan hingga proses masak sendiri dengan tim kecil-kecilan. “Bahkan masih menggunakan peralatan rumahan dan barang seadanya. Hingga bisa ekspansi saat ini dan memiliki peralatan sampai SOP lengkap untuk menjalankan bisnis,” jelasnya.

Sejatinya, sebelum mendirikan Nasi Kulit Malam Minggu Michael sudah menekuni bisnis makanan rumahan biasa seperti katering. Dalam perjalanannya, ia mengalihkan fokus ke produk kulit goreng crispy setelah melihat antusiasme yang baik dari masyarakat.

“Setelah itu fokus mengembangkan produk tersebut dan menambah berbagai varian yang dapat dipillih customer. Inovasi roduk tidak hanya kulit crispy tetapi kami menyajikan mulai dari olahalan masakan paru, ayam crispy, serundeng, sambal spesial Malam Minggu, sate taichan Malam Minggu hingga menu mentai maupun keju,” bebernya.

Kendala di awal dalam mengelola bisnis ini, kata dia berkaitan dengan SDM dan pencarian bahan baku. “Karena terhitung masih merupakan bisnis kecil yang belum terdengar namanya, sulit mencari vendor yang ingin melakukan support bahan baku, sehingga perlu door to door mencari vendor, benar benar merintis usaha dari awal,” ujarnya.

Karena itu, Michael yang hanya bekerja sendirian cukup kesulitan. Setelah membuka store dan pengunjung ramai mulailah memberanikan diri mencari SDM tambahan untuk membantu dan mulai membagi tugas. “Barulah terbentuk tim kecil untuk mengelola brand mulai dari proses masak hingga kegiatan promosi sosial media. Untuk proses masak juga masih tahap Reseach & Development setiap harinya untuk mencapai produksi yang lebih efisien dengan citarasa dan standar Nasi Kulit Malam Minggu,” ungkapnya.

Dalam mempromosikan bisnisnya, Michael memaksimalkan konten promosi di online seperti sosial media dan offline. “Bisnis F&B merupakan bisnis yang dinamis jadi harus selalu up to date dengan tren yang ada. Kami juga dibantu oleh influencer sosial media untuk kolaborasi mempromosikan Nasi Kulit Malam Minggu hingga akhirnya nama Nasi Kulit Malam Minggu sekarang dikenal masyarakat,” jelasnya.

“Saat ini sistemnya sudah berjalan dengan baik sesuai dengan SOP yang rapih, ada tim untuk menangani tiap-tiap bagiannya. Pembagian tugasnya juga sudah tertata dan terkoordinir. Kalaupun ada kendala dan masalah yang dihadapi biasanya akan diadakan meeting dan rapat dengan satu tim untuk mencari penyelesaian terbaik untuk masalah tersebut secara cepat, seksama dan efektif,” tambahnya.

Berdayakan Transaksi Online di Masa Pandemi

Menurut Michael, kondisi pandemi saat ini merupakan tantangan tersendiri di industri F&B. Akan tetapi pada situasi pandemi ini justru dirinya dapat melakukan perbaikan dari segi higienitas dan memperkencang SOP agar produk yang diterima konsumen tetap dalam kondisi/kualitas prima.

“Karena pandemi bisnis mengalami perubahan, namun tetap kita siasati dengan melakukan campaign/promosi dan melakukan ekspansi ke daerah berdekatan dengan tempat tinggal pelanggan setia Nasi Kulit Malam Minggu serta merabah ke pasar lebih luas lagi,” jelasnya.

Michael sadar, cara konsumen membeli yang sebelumnya dapat dine in dengan kapasitas full pengunjung kini lehih banyak melakukan pemesanan via ojek online. “Sehingga kami memaksimalkan transaksi online dan mengadakan berbagai bundling produk menarik yang dapat dipilih konsumen,” jelasnya.

“Di masa pandemi ini cukup terasa berat diperiode awal. Tapi kami dapat beradaptasi dan memaksimalkan platform delivery online dengan sangat cepat, tepat, dan maksimal. Kami mulai beradaptasi dan melakukan banyak penyesuaian, mendiskusikan strategi bersama tim untuk menemukan solusi terbaik untuk dapat tetap beroperasional selama pandemi,” bebernya.

Melihat pola konsumen di era pandemi, ia membuat beberapa program seperti kolaborasi dan partnership dengan brand-brand FMCG untuk menyakinkan konsumen dengan melakukan produk bundling seperti tissue basah. “Produk minuman ready to drink dan produk-produk lainnya yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan kemudahan konsumen dalam membeli 1 produk mendapatkan semua yang dibutuhkan,” terangnya.

Michael meruapakan tipe pengusaha yang belajar setiap hari ‘a long life learner’. “Jangan berhenti belajar. Hidup merupakan pembelajaran, dan tiap hari akan selalu ada hal baru yang dapat dipelajari. Sebagai contoh marketing sekarang ada digital marketing, sistem kasir baru online, dan lainnya. Jadi pasti selalu ada hal baru yang bisa kita pelajari, sharing dan berbagi ilmu ke orang lain,” tutupnya.

Zaziri