

Di tangannya, minuman aloe vera berhasil dibuat menjadi minuman kekinian dengan berbagai variasi rasa. Inovasinya membuahkan keberhasilan bisnis baru yang dapat diterima pasar. Seperti apa kisah suksesnya?
Melihat banyaknya peluang bisnis di sektor F&B membuat pria yang satu ini kepincut untuk membuat bisnis di sektor tersebut, utamanya bisnis minuman kekinian yang sedang marak belakangan terakhir ini.
Kendati demikian, Wandy Salim tidak mau terbawa arus dengan menggeluti bisnis dengan kategori sejenis. Ia ingin membuat bisnis minuman kekinian yang lain daripada yang lain.
Ketika dirinya berada di Kalimantan Barat, pria kelahiran Pontianak 1987 ini melihat minuman lidah buaya. Minuman jenis ini rupanya sudah menjadi khas masyarakat sana. Terpikirlah olehnya untuk mengembangkan minuman tersebut menjadi minuman kekinian.
“Karena kalau minuman kekinian seperti boba dan kopi sudah banyak. Kita mencari varian yang belum dikembangkan. Kebetulan saya dari Kalimantan Barat, di sana banyak minuman lidah buaya cuma belum diseriusin dan dikembangkan dengan baik,” ujarnya.
Pada tahun 2020 ia mulai mencari konsepnya. Setelah berkali-kali di-review dan konsep bisnisnya matang barulah ia mendirikan minum lidah buaya kekinian pada awal 2021 di daerah Jakarta Barat dengan nama Aloe Fresh. Diberi demikian karena nama aloe vera dan fresh identik dengan minuman segar. “Topingnya ada lidah buaya, potongan lemon dan buah-buahan, jadi potongannya yang segar,” jelasnya.
Lebih jauh Wandy menuturkan, yang ditawarkan Aloe Fresh adalah minuman berbahan aloe vera, leci dan kiamboy. Varian itemnya ada kiamboy merah, kiamboy putih, aloe calamansi mojito, aloe strawberry, dan aloe lemon.
“Sementara menu yang lainnya ada makanan seperti hotdog, sosis, burger, french fries. Untuk minuman dibandrol mulai harga kisaran Rp 8 ribu- Rp 19 ribu,” sambungannya.
Inovasi minuman lidah buaya yang dikembangkan Wandy rupanya berhasil diterima pasar. Aloe fresh berkembang baik dengan memiliki ada 4 outlet tersebar di Green Lake City, Kembangan, Duri Kepa, Jakarta Barat dan satu outlet di Pluit, Jakarta Utara. Omzet dari outlet tersebut rata-rata sekisaran 1,5 juta- 2 juta perhari.
Wandy yakin Aloe Fresh kedepannya menjadi salah satu bisnis yang berprospek cerah, di tengah maraknya minuman kekinian. “Kalau kopi dan boba kan orang sudah tahu, tapi kalau kalau minuman aloe vera kan orang belum banyak yang tahu. Brand yang lain juga belum banyak di sektor ini,” ungkapnya.


Untuk memasarkan bisnisnya, Wandy mengedukasi calon konsumen di medsos seperti facebok ad, instagram ad, dan sebagainya.”Memperkuat branding butuh modal juga. Produk tentu trial and error, sekarang sudah sattle menu-menu yang kita sajikan. Kalau menu yang disukai customer dipertahankan sambil membuat yang baru. Soal bahan baku tidak jadi masalah karena kita sudah punya vendor,” ujar mantan External Auditor di KAP Big 4.
Wandy tidak punya kendala di permodalan ketika memulai usaha ini. Menurutnya modal yang dikeluarkan sekitar 15 juta untuk membuat meja bar sebagai persiapan awal. “Waktu memulai kita hanya butuh meja saja di sebuah ruko yang kita punya digabung dengan kantor kita,” ujarnya.
Menurutnya, faktor pendukung suksesnya di bidang usaha ini tidak lepas dari tim yang solid. “Sebab karyawan yang turn overnya tidak tinggi itu cukup membantu,” bebernya.
Dikatakan Wendy, Aloe Fresh menawarkan konsep outlet yang berbeda. Ada konsep ruko,outdoor, kios dan outlet di mal. Bagi calon investor yang berminat menjadi mitra bisnisnya terdapat beberapa pilihan paket bisnis.
“Ada paket Investasi regular Rp 25 juta, sudah termasuk lisensi 3 tahun, training, SOP dan sebagainya. Yang paling murah ada home kitchen Rp 10 juta, yang lebih menjual produk terima online, tidak terima orderan dine in,” jelasnya.
Tekan Biaya Operasional Saat Pandemi
Kondisi pandemi terutama saat di awal mewabah membuat para pebisnis kelimpungan. Salah satu yang membuat pebisnis terpukul adalah menurunnya daya beli masyarakat secara drastis.
Padahal daya beli merupakan jantungnya kehidupan sektor bisnis. Tanpa daya beli yang baik, sulit bagi pelaku bisnis mengembangkan produk bisnisnya.
Untuk mensiasati kondisi tersebut Wandy melakukan sejumlah kebijakan, salah satunya menekan biaya operasional. “Awal pandemi cukup berpengaruh pada daya beli konsumenm Daya beli berkurang drastis, maka saya mengambil kebijakan untuk lebih menekan biaya operasional,” ujarnya.
Dengan menekan biaya operasional seperti transportasi, jam buka tutup, penggunaan listrik, dan biaya operasional lainnya perlahan-lahan ia mampu mengembalikan omzet bisnisnya stabil seperti sedia kala. “Dengan menekan biaya operasional, cash flow perusahaan bisa normal dan stabil,” ujar Wandy.
Dalam mengelola bisnis, sarjana Akuntansi dari Universitas Tarumanegara ini memiliki filosofi mengutamakan kejujuran dan transparan. “Filosofi bisnis saya yang penting jujur, transparan dan tidak merugikan orang lain,” tegasnya.
Bagi yang berminat menekuni dunia usaha, ia memberikan tips yang cukup sederhana. “Tips kalau sudah punya konsep coba jalankan saja jangan takut untuk memulai bisnis,” pungkasnya.
Zaziri