

Berawal dari Perbincangan dengan Tukang cukur, pria yang satu ini sukses membesarkan bisnis barbershop dengan brand Deft Barber. Bisnis barbershop yang dirintisnya itu kini memiliki 55 cabang tersebar di berbagai daerah.
Sejatinya pria ini tengah menggeluti usaha kuliner dan wedding organizer. Pada suatu waktu ia berbincang-bincang dengan tukang cukur rambut. Ketika ditanyakan seberapa besar jumlah penghasilannya per hari, jawaban dari tukang cukur rambut itu membuatnya tercengang. “Lumayan bang dua hari bisa bayar sewa satu bulan kios,” kata tukang cukur rambut. Mulai dari situ ia tertarik dengan bisnis pangkas rambut pria.
Tekadnya sudah kuat untuk mendirikan barbershop. Dengan modal Rp.50 juta, ia mendirikan barbershop bernama Deft Barber pada 2017 di Cikereteg Bogor. Tidak disangka responnya langsung bagus. Per hari sekitar 15-20 orang yang datang ke usaha tempat cukurnya. “Padahal karyawan baru dua, usahanya masih sederhana belum kasir, kasir kadang saya kadang istri,” ujar Raden Riki Wira Saputra.


Menginjak 6 bulan mulai banyak yang tanya franchise. Namun ia bergeming karena belum paham tentang franchise. Ia pun belajar konsep dan format bisnis franchise dari seminar dan bisnis tentang franchise. “Baru saya rancang konsep franchisenya. Setelah itu baru berani buka franchise, bulan kesembilan banyak yang ingin berinvestasi,” jelasnya.
Margin bisnis yang dihasilkan Deft Barber memang cukup menggiurkan. Omzet bisnis bisnisnya bisa mencapai Rp. 15 juta hingga Rp.35-40 juta perbulannya.
Sementara, investasinya franchise yang ditawarkan mulai dari Rp.62 juta sudah termasuk SDM, peralatan cukur, meja cukur, cermin, dekorasi standard dan sebagainya. Paket investasi kedua Rp.82 juta ada AC, kursi tunggu dan sebagainya. “Royalti 10% dari keuntungan bersih, BEP-nya mencapai satu tahun rata-rata,” beber pria yang akrab disapa Riki ini.
Saat ini jumlah cabang Deft Barber sudah mencapai 55 cabang tersebar di Jabodetabek, Semarang, Bandung, Sumatera, Kalimantan. Kedepan, Riki akan terus mengembangkan bisnisnya lewat konsep franchise ke berbagai daerah hingga mampu menyerap banyak lapangan kerja.
Riki sendiri sama sekali tidak bisa cukur rambut. Ia hanya terlibat di managementnya saja. “Rekrut orang saja. Sampai sekarang punya sekolah cukur pun saya tidak bisa cukur rambut karena sibuk di management,” bebernya.
Ya, salah satu keunggulan Deft Barber adalah memiliki sekolah kursus rambut sendiri. Ceritanya bermula ketika di awal memulai bisnis dirinya mengalami kesulitan mencari SDM, sedangkan bisnisnya adalah bisnis jasa. “Selama satu tahun karyawan keluar masuk, dari situ berpikir bagaimana agar mencari SDM tidak sulit. Di tahun kedua kita buat sekolah kursus barbershop untuk karyawan internal, orang yang tidak punya pekerjaan kita rekrut,” beber Riki.
Sekolah kursus cukur rambut yang dibuat Riki pun berhasil mengatasi keluar masuknya karyawan. Bahkan yang awalnya untuk internal usahanya menjadi terbuka untuk umum. “Banyak orang dari luar pulau yang kursus di sini. Sampai sekarang sudah mencetak 250 lebih lulusan. Siswanya lumayan jauh ada dari Jawa, Aceh, Sumatera, Kalimantan, Padang, Lampung, hingga Papua bela-belain terbang ke sini untuk kursus,” jelas pria kelahiran Jakarta, 1991 ini.
“Biaya kursus mulai satu Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Ilmunya ada yang cukur saja, ada merwarnai rambut hingga creambath . Adapun harga kursus Rp 2 juta dapat 20 kali praktek. Sedangkan yang Rp 3 juta mendapat 25 kali prakterk plus creambath dan mewarnai rambut,” tambahnya.
Sarjana Teknik Elektro dari UNJ ini mengatakan, kendala di awal memulai bisnis adalah merekrut karyawan. Karena bisnisnya memang bertumpu pada tenaga cukur. Karena itu, ia membuka lowongan iklan kerja di medsos.
Menurut Riki, salah satu kelebihan Deft Barber di samping tempatnya yang nyaman, juga cukup lengkap untuk ukuran pangkas rambut pria. “Ada creambath, sudah ada pomede, pewarna rambut, masker rambut dan masker wajah. Jadi sudah lengkap seperti salon pulang-pulang sudah keren,” jelas bapak satu anak yang kini fokus pada bisnis barbershop saja dan meninggalkan bisnis lainnya.
Menerapkan Prokes Ketat di Masa Pandemi
Hampir di semua sektor bisnis terutama yang berkaitan dengan jasa lumpuh karena pandemi. Begitupun Deft Barber, di awal pandemi harus tutup beberapa bulan karena aturan jaga jarak. “Sempat tutup 2-3 bulan untuk di daerah Jakarta terutama banyak Satpol PP. Kalau di luar daerah masih sedikit longgar,” kata Riki.
Pria yang hobi olahraga dan traveling ini mengatakan, omzet usahanya sempat turun tajam bahkan sampai 100% kalau outletnya yang tutup. “Kalau yang buka hingga 60% omzet turunnya, itu masa-masa sulit bagi kami. Karena orang takut cukur rambut di luar. Namun sekarang sekarang kondisinya Alhamdulillah sudah seperti normal,” katanya.


Di masa pandemi, Riki menerapkan wajib masker, melakukan sterilisasi alat-alat cukur, cek suhu customer di setiap gerai bisnis Deft Barber. “Kita juga membuat promosi bersih dan hygenis. Kemudian kasih gimmick, ngajak temen bayar 50%, dan event-event besar ada promo yang unik. Ada terima order cukur di rumah jemput customer cukur di rumahnya saat pandemi,” jelasnya.
Nah bagi yang ingin menekuni bidang usaha, Riki memberikan Tips. Menurutnya kalau masuk dunia usaha harus mau belajar dan berinovasi. Jangan mudah menyerah. Yang namanya bisnis ada naik turunnya. Jangan sungkan untuk intropeksi kalau customer turun. Apakah layanannya kurang ramah, anak-anak tadinya rame tidak itu harus dilihat trendnya,” pungkasnya.
Zaziri