

Business Opportunities (BO) makin marak ditawarkan. Di tengah perdebatan mengenai perbedaan antara BO dan waralaba, berikut ini hal-hal yang pada umumnya ditawarkan dalam bentuk BO: Produk (supply), Merek, dan Paket Usaha.
Yang dimaksud Paket Usaha adalah sejumlah perlengkapan untuk memulai usaha, berikut pelatihan awal. Beberapa BO menyediakan pula jasa pendampingan awal, umumnya sekitar 1 hingga 3 hari kerja.
Bagaimana dengan profitability (tingkat kelabaan)?
Beberapa pemilik merek yang menawarkan BO memang sudah memiliki sejarah kinerja yang bagus di gerai-gerai milik mereka. Namun tidak sedikit yang belum membukukan omset dan laba yang mereka cantumkan sebagai target di brosur-brosur mereka. Jadi, investor harus jeli melakukan verifikasi faktor kinerja keuangan ini.
Seyogyanya, meski menggunakan predikat BO, pemilik merek sudah membuktikan kemampuan mencetak laba. Pemilik merek juga seharusnya sudah menyusun kriteria mengenai lokasi yang potensial dan lokasi yang harus dihindari. Juga, pemilik merek harus menyusun faktor-faktor pendukung keberhasilan dan faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan bisnis BO tersebut tidak berhasil.
Baca juga: BO Gerobak, Bukan Waralaba ?
Bagaimana dengan gerai prototipe?
Pada prinsipnya kalau sekedar gerobak tentu tidak sulit untuk menunjukkan gerai prototipe. Namun untuk bisnis dengan gerai non-gerobak, misal BO bisnis pendidikan, gerai prototipe ini kadang belum ada. Maklum, kendala modal merupakan hal yang umum dihadapi UKM yang menjadi penggerak tumbuhnya penawaran BO akhir-akhir ini.
Faktor yang cukup mendasar, yang membedakan antara BO dan waralaba, lebih pada belum adanya Sistem Marketing dan Sistem Manajemen yang komprehensif pada bisnis BO. Artinya, bila hendak mewaralabakan BO, dua hal ini harus mendapat perhatian utama (selain komponen lain seperti faktor persyaratan legal waralaba yang berbeda dengan BO).
Sistem Marketing di sini menyangkut branding atau brand management, dan komunikasi pemasaran (humas, periklanan, dan promosi). Sistem Marketing harus mencakup dua target audience: pelanggan dan calon investor. Jangan hanya ke calon investor, karena “franchisor makes money THROUGH the franchisees, NOT FROM the franchisees”. Uang mengalir dari pelanggan ke terwaralaba, lalu ke pewaralaba dalam bentuk royalti maupun biaya jasa konsultasi manajemen operasional (franchise support).
Sistem Manajemen merupakan cakupan lebih luas dari Sistem Marketing. Bila waralaba hanya menyediakan sistem marketing, maka kita menyebutnya product distribution franchise. Ketika kita menambahkan unsur sistem manajemen yang menyeluruh, maka kita menyebutnya business format franchise.
Apa saja cakupan sistem manajemen yang dibutuhkan?
Pertama, manajemen untuk menghasilkan penjualan, yaitu manajemen penjualan dan kepuasan pelanggan. Dalam konteks Buku Pedoman Operasional, kita menyebutnya “Frontliners”.
Kemudian kita memerlukan pula manajemen untuk administrasi dan akunting, lalu manajemen sumber daya manusia (SDM), manajemen pengadaan barang (pembelian, penyimpanan atau pergudangan, dan pengiriman), manajemen pengawasan atau pengendalian mutu, dan beberapa aspek lain yang dibutuhkan.
Saya ingin menggarisawahi faktor pengendalian mutu. Untuk menjaga persepsi kualitas dari suatu merek, dibutuhkan pengawasan atau pengendalian yang biasa disebut pula dengan istilah monitoring oleh rekan-rekan praktisi waralaba. Aspek ini sangat minim dalam BO, tapi perlu mendapat perhatian maksimal bila hendak menjadi waralaba yang baik.
Sumber Daya Manusia
Tak dapat dipungkiri, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari sistem marketing dan sistem manajemen tersebut dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal, sistem pelatihan yang komprehensif, efektif dan efisien. Tidak sedikit sistem yang bagus tapi tidak maksimal karena SDM yang kurang kompeten, sehingga Sistem dan Prosedur dalam Pedoman Operasional tidak terlaksana sebagaimana mestinya.
Sudah siapkah BO anda menjadi waralaba?
Utomo Njoto
Senior Franchise Consultant dari FT Consulting
Website: www.consultft.com
Email : utomo@consultft.com