

Meskipun franchise dinilai sebagai sistem bisnis yang memiliki banyak keistimewaan. Namun bukan berarti konsep bisnis ini tidak memiliki kelemahan. Memang, sudah ratusan tahun format bisnis ini berjalan. Bahkan hingga saat ini, di jaman yang sudah semakin modern dan serba praktis, bisnis franchise semakin mendapatkan tempatnya sebagai format bisnis yang terbukti proven dan sukses mengantarkan ribuan merek bisnis melintasi berbagai benua dan jaman.
Namun demikian, kiprahnya sebagai konsep bisnis yang mengandalkan jaringan franchisee tidak selamanya dianggap menguntungkan para franchisor maupun franchisee. Sebuah syarat yang memang dibentuk untuk menunjang sistem bisnis mungkin saja dinilai terlalu rigid dan kaku oleh franchisee, sehingga kurang memberikan perkembangan bisnis yang signifikan bagi franchisee yang memang punya jiwa kewirausahaan kuat.
Misalnya, franchisee yang menggebu-gebu penuh semangat untuk mengembangkan sebuah inovasi produk atau sistem bisnis, tidak serta merta harus diwujudkan sengan secepat mungkin, karena dia terlebih dahulu harus meminta pertimbangan franchisor. Begitupun franchisor, dalam mengembangkan suatu inovasi atau program marketing, tidak bisa dengan cepat medikte para franchisee untuk mengaplikasikannya. Kadang, franchisee tidak begiu saja mau menerima saran dari franchisor, karena beberapa pertimbangan.
Selain itu, jika franchisor kurang selektif dalam memilih franchisee, bisa saja mereka merusak citra dan merek usaha franchisor secara keseluruhan. Pasalnya, bila satu franchisee yang tidak mematuhi standar operasional yang diberikan franchisor, kemudian berakibat pada kekecewaan pelanggan, bukan tidak mungkin pelanggan ini akan mempersepsi semua gerai yang lainnya jelek. Kekecewaan pelanggan itupun biasanya kurang puas kalau tidak diceritakan kepada teman-temannya. Bayangkan, semakin banyak pelanggan yang kecewa akan samakin banyak pula word of mouth negatif yang menyebar luas ke orang lain, akibatnya, brand yang Anda bangun selama puluhan tahun akan jatuh hanya dalam waktu singkat jika Anda tidak mengambil tindakan cepat.
Oleh sebab itu, seperti yang sering diungkapkan para pakar franchise. Dalam franchise, brand adalah asetnya franchisor. Karena itu, bila Anda sebagai franchisor ber hati-hatilah dalam memilah franchisee. Sebab, mereka adalah brand ambassador, atau duta merek usaha Anda. Merekalah yang akan mempromosikan dan merekomendasikan merek produk Anda. Mereka juga yang menjalankan standar servis dan sistem manual Anda. Kalau mereka kurang tepat mendeliver standar mutu Anda, maka brand Anda yang akan menjadi taruhannya.
Belum lagi jika terjadi sengketa antara franchisor dan franchisee seperti yang terjadi di Indonesia, antara Prinsipal McD Internasional dengan Bambang N. Rachmadi, franchisee McD Indonesia. Perkara ini tidak hanya berlangsung di Internal, namun merambah ke jalur hukum. Sebagai franchisee, Bambang tidak terima jika diputuskan secara sepihak oleh franchisor, karena dirinyalah yang telah membangun dan mengembangkan McD di Indonesia selama 13 tahun. Namun, Prinsipal McD menurut Bambang secara sepihak menjual saham yang di dalamnya juga terdapat sebagian kecil saham miliknya ke PT Reksno Nasional Food, Grup Sosro. Akibatnya, masalah pun menjadi panjang dan berbuntut ke pengadilan, Bambang menuntut McD.
Perkara tersebuat menyita fokus McD Indonesia untuk mengembangkan gerainya yang telah berpindah tangan ke Grup Sosro harus. Alhasil, sebagai restoran fasfood yang sudah kondang di dunia, McD Indonesia harus berbesar hati melihat restoran fastfood KFC yang dari Amrik juga terus menggurita sukses mengembangkan biakkan gerainya di setiap pelosok nusantara meninggalkan rekannya itu.
Belajar dari beberapa kasus tersebut, sebelum menjadi franchisor atau franchiseee, alangkah baiknya mengenal lebih jauh beberapa kelemahan dalam bisnis franchise untuk menjaga-jaga sebelum timbul persoalan di depan.
Berikut kelemahan franchisor dan franchisee yang harus Anda ketahui;
Kelemahan Franchisor:
- Pemberi waralaba tidak dapat mendikte penerima waralaba, tetapi harus berusaha memotivasi penerima waralaba agar mau menerima perubahan
- Pemberi waralaba tidak dapat mengdakan perubahan cepat, karena penerima waralaba cenderung menentang perubahan, terutama jika melibatkan tambahan biaya
- Pemberi waralaba harus hati-hati memilih penerima waralaba karena pilihan yang tidak tepat akan merugikan kelompok usaha secara keseluruhan
- Citra kelompok secara keseluruhan tergantung dari prestasi masing-masing penerima waralaba
- Ada resiko rusaknya brand & reputasi buruk apabila mendapatkan franchisee yang tidak kompeten
- Sistem waralaba adalah ikatan jangka panjang bagi kedua belah pihak, pemberi waralaba tidak dapat mengakhiri begitu saja kegiatan waralaba
- Jika mendapatlan partner yang kurang transparan, bisa saja terjadi laporan fiktif sehingga waralaba tidak membayar royalti sesuai kesepakatan
- Kerjasama waralaba yang berhasil kadangkala justru membuat franchisee menjadi terlalu percaya diri, sehingga bisa saja memutuskan kontrak kerjasama secara sepihak karena merasa sudah menguasai ilmunya.
Kelemahan franchisee:
- Untuk menjalankan usaha ini mengharuskan seseorang memenuhi persyaratan tertentu (Dalam hal ini franchisorlah yang menyeleksi calon franchisee yang berminat);
- Diperlukan modal awal yang relatif besar;
- Adanya kewajiban membayar franchise fee secara rutin atau jasa-jasa yang didapatkan dan atas penggunaan sistemnya;
- Harus membayar royalti fee yang mengurangi gross profit margin serta kontribusi untuk program promosi dalam lingkup yang lebih luas, yang kadangkala dirasakan kurang begitu bermanfaat bagi franchisee secara individual;
- Franchisee tidak bebas menentukan sendiri kebijakan-kebijakan perusahaannya tanpa persetujuan franchisor, seperti harga jual, jenis barang yang dijual dan lain sebagainya
- Ketergantungan franchisee terhadap franchisor
- Kebanyakan franchisee sangat tergantung pada kebijakan yang diambil franchisor. Jadi bila franchisor membuat kesalahan dalam mengambil keputusan, maka franchisee akan menanggung dampaknya
- Restriksi atau tekanan terhadap cara pengelolaan bisnis yang membuat franchisee sebagai owner menjadi tidak bebas
- Ketidakbebasan pembelian barang (semuanya sudah dipasok oleh franchisor)
- Tidak boleh mengembangkan lini produk tanpa persetujuan franchisor
- Program pelatihan yang kurang memuaskan
- Beban target penjulan yang kadang-kadang kurang realistis
- Besarnya resiko konflik di tengah jalan