Tetap Optimis Memasuki “Tahun Perjuangan”

Memasuki tahun 2021 terasa berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Perlambatan ekonomi sudah terasa, sejalan dengan berlangsungnya wahah pandemi sehingga melumpuhkan banyak sektor usaha. Hal ini membuat perusahaan perlu melakukan redesign dan realign terhadap business plan yang tadinya sudah dibuat sebelumnya.

Ada keinginan untuk mengabaikan sinyal-sinyal perlambatan ini dan berharap akan segera membaik kembali, tetapi rupanya, sejalan dengan tahun 2020 yang merupakan tahun suram, serta indikator makro ekonomi kita yang kurang menggembirakan, membuat kekhawatiran ini terasa menguat di saat memasuki tahun perjuangan 2021.

Kondisi eksternal yang menekan di atas dikhawatirkan akan mempengaruhi lemahnya daya beli dari masyarakat. Tentu menjadi pertanyaan besar bagi pemilik franchise (franchisor), bagaimana rencana bisnis di tahun 2021 perlu dihadapi. Apakah kita perlu mengerem ekspansi bisnis kita, mengurangi pembukaan outlet, mengurangi biaya promosi brand kita, bahkan yang lebih esensial seperti mungkinkah kita perlu mengurangi jumlah karyawan kita?

Pertanyaan- pertanyaan itu sulit dicari jawabannya dengan pasti, tetapi kita perlu melakukan “kalkulasi” yang tepat sehingga tidak membuat keputusan yang malah kontraproduktif. Asas kehati-hatian memang perlu dilakukan, tetapi bereaksi secara negatif dan berlebihan malah akan semakin menjauhkan brand kita dari customer kita sendiri.

Pertanyaan berikutnya adalah apa yang harus kita lakukan selaku wirausaha maupun pemilik franchisor dalam mengelola human capital untuk menghadapi tahun 2021 yang penuh tantangan ini? Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pelaku franchise maupun wirausaha yang berkaitan dalam pengelolaan human capital, yaitu :

  1. Merapatkan barisan dan mensosialisasikan ke seluruh karyawan akan adanya “sense of urgency” atas kondisi perusahaan yang terjadi saat ini, yang tidak mungkin dapat dipertahankan lagi. Perusahaan sedang menghadapi saat saat sulit dan sedang berusaha untuk keluar sebagai pemenang. Perlu diinformasikan mengenai visi dan strategi perusahaan yang baru sebagai satu-satunya cara yang diyakini oleh pihak manajemen untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Bekerja “as usual” sudah bukan merupakan pilihan lagi. Tuntutan untuk mengukur produktivitas setiap orang menjadi tujuan baru perusahaan. Apresiasi dan reward diukur bukan sekedar atas masa kerja dan budaya kekeluargaan , tetapi berdasarkan kinerja dan prestasi yang diberikan kepada perusahaan. Human capital yang bergabung dalam perusahaan akan dilihat apakah mampu menjadi intangible asset yang tinggi (valueable) yang akan berkontribusi terhadap pertumbuhan perusahaan.
  • Membangun human capital yang mendukung proses perubahan ini, karena tidak mungkin proses perubahan ini dilakukan sendirian oleh pemilik franchise. Memilih human capital yang mampu menjadi kontributor pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan menjadi salah satu pilihan wirausaha dan pemilik franchise. Penambahan outlet, penyusunan dan pelaksanaan promosi, pemberian training kepada pihak franchisee, menciptakan produk/inovasi baru adalah kegiatan-kegiatan utama sang pemilik franchise.

Tim human capital yang menjadi change agent ini akan menjadi motivator bagi rekan-rekan lainnya sehingga kepercayaan para human capital kepada manajemen akan arah/visi organisasi dan business plan semakin kuat dan menjadi modal yang tak terhingga bagi perusahaan.

  • Memberdayakan human capital terpilih agar dapat mampu melakukan inisiatif-inisiatif perubahan secara sistematis. Di samping itu juga mengkomunikasikan kepada seluruh anggota perusahaan akan adanya “keberhasilan-keberhasilan kecil” untuk membuat mereka semakin percaya dan mantap akan tujuan baru yang akan diraih ini sungguh baik untuk perusahaan maupun untuk pribadinya juga.
  • Bangun proses perubahan ini menjadi suatu budaya yang melekat di dalam organisasi sehingga akhirnya dapat semakin melekat bagi semua anggota perusahaan. Mulailah dengan rutin melakukan ritual-ritual yang akan dilakukan bersama, norma-norma yang perlu dibangun dan dikomunikasikan, sehingga lama kelamaan menjadi kebiasan baru.

Tahap tahap perubahan ini jika dilakukan dengan cermat dan terarah niscaya akan mampu merubah mindset dan perilaku human capital yang dimiliki oleh organisasi sehingga mereka justru berlomba-lomba berusaha berkontribusi secara signifikan karena menyadari bahwa pertumbuhan dan keberhasilan perusahaan juga akan mempengaruhi keberhasilan dirinya sendiri didalam organisasi tersebut.

Dengan adanya kekuatan perubahan ini, maka sang wirausaha dan pemilik franchise tidak perlu takut lagi akan ketidakpastian kondisi eksternal. Kondisi yang turbulensi saat ini dihadapi dengan kehati-hatian tetapi tetap optimis dengan berani melakukan perubahan yang adaptif agar dapat tetap survive dan bertumbuh terus.

Salam perubahan!

Mirawati Purnama

Bluelight Consulting