FLEXING STRATEGY

Asal kata flexing adalah kata gaul atau slang word dari USA yang artinya suka pamer. Secara harfiah flexing artinya adalah hal-hal yang dilakukan seseorang dengan memamerkan kelebihan yang mereka miliki untuk membuat orang lain terpesona.

Tetapi makin kesini, value dari kata flexing semakin menurun, dalam tata bahasa kata flexing mengalami peyorasi atau perubahan makna menjadi bernilai lebih rendah dari kata awal yang berarti memamerkan, lebih kearah melakukan apapun benar atau kurang benar agar orang lain terpesona. Tujuannya tetap sama, membuat pihak lain kagum, terpesona dan melakukan aktifitas sesuai keinginan pihak yang melakukan flexing.

Sebagai sebuah strategi, flexing bisa diartikan sebagai cara untuk mendapatkan pengikut dengan memamerkan atribut-atribut yang terdapat pada sebuah brand atau persona dengan provokatif. Tujuannya agar pengikut tersebut membeli produknya dan menjadi pelanggan yang loyal.

Ada beberapa jenis  flexing yang saat ini umum dilakukan oleh brand atau persona, yaitu:

1. Mengubah penampakan fisik (mengedit foto, menjual barang dengan informasi minimal, menjual barang dengan kualitas di bawah yang ditampilkan)

2. Mengkomunikasikan citra/image atau hal-hal yang bersifat non fisik, dengan berbeda (biasanya melebihi realita). Misalnya memalsukan usia, pendidikan, latar belakang, sejarah, usaha yang dilakukan

3. Memalsukan semua citra yang dimiliki secara berlbihan, sehingga seolah berada jauh di atas kondisi sebenarnya.

Sejak pandemi,  kegiatan penjualan banyak dilakukan secara online. Sehingga aktifitas mengedit tampilan menjadi berbeda dengan realita lebih mudah dilakukan. Bukan saja dilakukan dengan memotret produk dengan sudut pengambilan terbaik, juga dilakukan pengeditan agar produk tersebut tampil sempurna. Sayangnya proses pengeditan ini terkadang  berlebihan sehingga tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan. Yang dirugikan adalah konsumen-konsumen yang membeli produk tersebut, dan tentunya berharap produk yang dibeli sesuai dengan yang ditampilkan di marketplace. Terkadang memang ada penjual yang melakukan penipuan, dimana produk yang dipajang bukanlah produk yang mereka tawarkan.

Flexing berikut yang juga  sering dilakukan adalah dengan memberikan informasi yang berbeda dengan yang sebenarnya. Menginformasikan bahan baku air minum berasal dari mata air pegunungan, menginformasikan bahwa ingredient yang digunakan bernutrisi, ada juga yang menciptakan flexing dari pemberitaan omset yang cukup menakjubkan.

Yang viral saat ini adalah sosok-sosok yang mentahbiskan diri atau ditahbiskan sebagai crazy rich, yang memposting kegiatan keseharian menggunakan barang-barang branded yang berharga super mahal.  Dilakukan oleh para trader yang bermaksud mendapatkan kepercayaan orang-orang agar ikut dalam bisnis trading yang lebih mirip perjudian, dan dalam skala lebih kecil dilakukan oleh artis-artis agar mendapatkan cuan sebagai endorsement atau influencer dari penjualan produk klien mereka.

Apakah strategi flexing efektif meningkatkan pelanggan, endorsement atau pangsa pasar sebuah brand? Bagaimana akibat jangka menengah dan panjang bagi brand? Apakah aktifitas ini bebas sanksi hukum?

Sebagai sebuah pilihan, saat sebuah merek (baru) ingin dikenal secara cepat oleh target pasar, dan mengakuisisi pelanggan yang banyak. Flexing strategy membuat impian tersebut lebih cepat menjadi nyata. Tetapi, karena flexing dilakukan dengan cara melebih-lebihkan realita produk, maka berpeluang konsumen yang sudah membeli produk atau pelayanan akan mengalami  rasa kecewa. Kekecewaan yang kemungkinan akan membuat pelanggan menjadi antipati, tidak membeli lagi bahkan menceritakannnya ke yang lain (word of mouth).

Undang-undang sudah ada untuk melindungi konsumen dari berbagai praktik penipuan produk. Walaupun praktiknya masih jarang diterapkan, ditambahi lagi dengan masih lemahnya pengawasan. Yang mungkin masih cukup bebas dan vulgar dilakukan, adalah flexing dari seorang selebriti yang mengaku memiliki kemewahan yang menyilaukan. Kasus pemilik MS Glow yang mengaku memiliki omset hingga 600 Miliar rupiah per bulan, disikapi cepat oleh Dirjen Pajak, sayangnya setelah itu tidak ada klarifikasi dari kedua pihak (objek pajak dan aparat) apakah klaim tersebut benar..

Sayup-sayup terdengar lagu dangdutan ala pantura yang dinyanyikan oleh Ilux ID,  yang agak berwarna flexing juga, lirik reffrain-nya terdengar lincah:

Aduh dek aku kapusan  (aduh dek saya tertipu)

Kapusan foto editan (tertipu foto editan)

neng foto ayu tenan (pada foto terlihat sangat cantik)

bareng ketemu kok ra karuan (saat ketemu (wajahnya) tidak karuan)

Lisa Noviani (Praktisi Marketing Research dan Pengamat Pasar)