

Mengapa jalan tol laku? Tentu karena kita ingin bisa ’ngebut’ sampai di tujuan. Tidak apa-apa harus bayar asal bisa menggunakan jalan yang konon ‘bebas hambatan’, meskipun dalam kenyataannya tidak seperti yang diharapkan. Bisa jadi sebagian besar waktu perjalanan kita dihabiskan dengan ‘merayap’ di jalan tol yang berbayar tersebut. Dan ‘lebih hebat’ lagi ternyata kita bersedia membayar kenaikan tarif tol dengan ‘paksa-rela’ meskipun jalan tol tetap macet. Tidak jelas, siapakah yang ‘tidak normal’? Apakah pengelola jalan tol yang ‘tidak normal’ karena tega menaikkan tarif tol di tengah kemacetan ataukah pengguna jalan tol yang ‘cuek’? Jawaban yang pasti bahwa penguna jalan tol ingin bisa tancap gas.
Ilustrasi jalan tol di atas bisa memberi gambaran bagaimana pebisnis semestinya mengelola perusahan ketika bisnis barunya sudah mulai jalan. Pebisnis yang normal tentunya ingin meningkatkan skala usaha begitu ada kesempatan.
Baca juga “Gowes Sepeda Bisnis”
Ketika bisnis sudah mulai berjalan, diperlukan langkah akselerasi untuk mempercepat pencapaian tujuan. Dalam banyak kasus pengembangan bisnis baru, langkah akselerasi bisnis membutuhkan keberanian untuk terus melangkah atau speeding-up stage. Ketika ada kesempatan untuk tancap gas memperbesar bisnis, jangan lalukan kesempatan yang hadir. Inilah kesempatan emas pebisnis untuk memperbesar bisnisnya.
Kalau perusahaan melangkah maju dengan prinsip “alon-alon asal kelakon”, bisa ‘menyiksa’ pimpinan dan anggota tim, dan mereka akan frustasi kalau kesempatan maju terhambat. Perusahaan perlu menyiapkan diri untuk melakukan akselerasi bisnis. Akselerasi adalah kegiatan melangkah maju menuju sasaran dengan kecepatan yang semakin tinggi. Kejadian pembalap mobil Formula 1 yang “tancap gas” beberapa detik setelah start dengan laju kecepatan yang semakin tinggi dan terus tancap gas dengan kecepatan penuh setidaknya sebelum sampai di tikungan bisa memberi ilustrasi bagaimana akselerasi dilakukan.
Baca juga “Creative Business Idea”
Akselerasi dilakukan agar organisasi atau perusahaan berhasil mencapai posisi maksimal tertentu sebelum sampai di “tikungan” atau posisi menata diri menjaga keseimbangan untuk mengembangkan modal lagi dimasa mendatang. Accelerating dapat dilakukan dengan menjalankan semua rencana dan pengalokasian sumber daya secara maksimal serta memonitor kinerja melalui audit dan riset.
Momentum pengembangan bisnis baru tidak muncul dua kali dalam waktu berdekatan. Terbukanya pasar karena adanya perusahaan yang sukses mengembangkan bisnis baru merupakan contoh momentum pengembangan bisnis yang jarang terjadi dan perlu segera dimanfaatkan oleh calon pebisnis. Pada situasi seperti ini perusahaan harus “tancap gas” mengakselerasi kegiatan pemasarannya, sehingga target satu tahun dapat dipercepat bisa diselesaikan dalam waktu enam bulan bila momentum bisa dimanfaatkan dengan baik.
Dalam pengembangan bisnis, akselerasi tidak hanya diperlukan ketika ada kesempatan yang terbuka lebar tetapi juga ketika peluang bisnis seolah tertutup. Pada situasi seperti itu perlu ada dorongan semangat dari diri sendiri atau orang lain yang. Diperlukan tekad besar untuk mengakselerasi injakan “pedal gas” guna mengejar ketertinggalan.
Dalam prakteknya, akselerasi bisnis bisa dilakukan dengan memanfaatkan non-organik source of growth. Pimpinan bisnis seringkali ‘capek-ati’ kalau mengharapkan pertumbuhan dipercepat hanya bersandarkan sumberdaya internal seperti personil, modal, teknologi atau akses pasar yang sudah ada. Diperlukan langkah strategis untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada, termasuk yang ada di luar ‘kekuasaan’ perusahaan melalui aliansi atau model kerjasama lainnya.
Seperti itu pulalah prinsip mengakselerasi bisnis dengan menggunakan inspirasi jalan tol. Karena ada harapan bisa tancap gas di jalan tol, kita bersedia membayar tarif tol. Demikian juga kalau pebisnis baru melihat ada peluang atau harapan untuk melakukan akselerasi bisnis, maka perlu kesigapan untuk ‘menyergap’ dan memanfaatkannya.
Dr. Handito Joewono
Chief Strategy Consultant ARRBEY