Kesalahan-kesalahan Franchisee dalam Menjalankan Usahanya

Kesalahan Umum yang Dilakukan Franchisee

Kesalahan sudah pasti akan mendorong kegagalan. Apa saja kesalahan yang biasa dilakukan oleh franchisee?

Profit. Itulah inti dari bisnis. Karena sejatinya, bisnis selalu berorientasi kepada profit. Bahkan prinsip ekonomi kuno menyebutkan, “dengan modal sekecil-kecilnya meraih untung sebesar-besarnya.” Itu artinya, tidak ada bisnis yang menghindari profit. Justru bisnis selalu mengejar profit.

Tetapi pada prakteknya, tidak sedikit bisnis yang mengalami kegagalan. Bahkan, sebuah penelitian di Amerika, bisnis yang sukses tidak mencapai dari 10%. Namun, selama bisnis dijalani dengan baik dan menghindari berbagai kemungkinan salah, peluang untuk berhasil lebih terbuka.

Di industri franchise, peminatnya (terutama franchisee) mendasari pilihan bisnis karena faktor keter-uji-an (proven). Di sini, para franchisee sudah menyadari bahwa bisnis franchise akan lebih kuat karena ada faktor pengalaman dari franchisornya. Sayangnya, keberhasilan franchisor tidak otomatis akan membuat franchisee juga berhasil. Karena, faktor franchisee memegang peranan kunci keberhasilan usaha. 

Faktanya banyak kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh franchisee sehingga bisnisnya tidak berkembang. Setidaknya ada empat kesalahan besar yang bisa berbahaya bagi franchisee. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

1. Kurangnya Informasi Bisnis

Kesalahan pertama yang dibuat oleh franchisee umumnya karena faktor kurangnya informasi tentang bisnis yang mau digeluti. Menurut Pietra Sarosa dari SSA Consulting, kurang informasi yang dimaksud, bukan semata-mata franchisor benar-benar tidak tahu, termasuk juga karena faktor mengabaikan informasi atau tidak mau tahu. Kondisi ini bisa berbahaya bagi bisnis franchisee itu sendiri. Sebab, kesalahan awal ini bisa berakibat gagalnya bisnis yang seharusnya memberikan keuntungan. 

2. Semuanya Diserahkan ke Franchisor

Praktek bisnis franchise masih diwarnai oleh anggapan yang salah kaprah bahwa bagi franchisee menjalani bisnis sepenuhnya menjadi tanggung jawab franchisor. Seolah-olah franchisee menganggap dirinya sebagai non faktor bagi keberhasilan sebuah usaha. Fakta seperti ini masih sering terjadi di praktek bisnis franchise. 

Padahal, faktor franchisee memegang kendali penting untuk keberhasilan sebuah bisnis franchise. Karena sampai saat ini, masih terdapat franchisee-franchisee yang ketika membeli hak waralaba menganggap, seolah-olah uang yang dikeluarkannya itu membeli juga tenaga franchisor. Sehingga lahir sebuah asumsi bahwa outlet-nya menjadi tanggung jawab franchisor.

Sesungguhnya tidak demikian. Franchisor memang tetap bertanggung jawab terhadap bimbingan yang harus diberikan kepada franchisee, termasuk juga membesarkan merek secara menyeluruh. Tetapi, day to day operasional menjadi tanggung jawab franchisee. 

3. Terlalu Mengikuti Perasaan

Tidak sedikit franchisee yang membeli hak waralaba karena dorongan perasaan dan emosi tanpa pertimbangan rasio yang matang. Padahal, pertimbangan perasaan bisa saja membuat franchisee tidak jeli. Menurut Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar, membeli franchise dan menjalankan usaha perlu pertimbangan yang rasional. Bagi calon franchisee, kata Anang, meski punya ketertarikan kuat pada sebuah usaha franchise, sebaiknya diteliti dahulu secara mendalam. Karena bagaimanapun, nantinya bisnis tersebut dioperasikan oleh franchisee. 

Selain itu, perlunya franchisee tidak mengikuti perasaan sendiri dalam membeli hak waralaba karena faktor keluarga juga sangat menentukan. Karena nantinya, keluarga bisa menjadi support untuk menjalankan usaha tersebut. 

4. Tidak Ada Kemampuan di Kategori yang Dipilih

Setiap franchisee memiliki karakter yang berbeda. Tidak semua bisnis bisa cocok untuk setiap orang. Karena itu, pilihan bisnis harus disesuaikan dengan karakter peminat (franchisee). Lanny Kwandi dari The Bridge Consulting mengemukakan,  calon franchisee harus menghindari pilihan kategori bisnis yang tidak sesuai dengan karakter pribadinya. Kanapa harus seperti itu? Karena franchisee harus terlibat penuh dengan bisnisnya agar bisa sukses. Jika karakter bisnis yang dipilihnya cocok, maka franchisee bisa menjalaninya dengan enjoy. 

Empat kesalahan di atas merupakan kesalahan-kesalahan besar yang bisa berakibat pada kesalahan-kesalahan berikutnya. Setidaknya, jika empat kesalahan besar ini bisa dihindari, kemungkinan besar, franchisee bisa memiliki fundamen kokoh dalam menjalani bisnisnya.

Rofian Akbar