Waralaba Diprediksi Tetap Kuat Meski Resesi Ekonomi Global

Banyak ahli ekonomi memprediksi bahwa tahun depan dunia akan menghadapi gelobang besar yakni resesi ekonomi global. Ancaman ini tentu saja menghantui penduduk dunia, karena baru saja lepas dari ancaman pandemi sudah ditunggu ancaman baru lagi.

Ancaman resesi ekonomi global juga tentu akan menghantui perekonomian Indonesia. Ancaman resesi itu pastinya akan berdampak luas bagi perekonomian, tidak terkecuali pada sektor usaha.

Namun ada kabar yang menggembirakan dalam dunia usaha franchise. Pasca pandemi, industri franchise seolah mendapatkan momentummya. Banyak bermunculan pemain baru di industri franchise. Pameran franchise yang digelar satu tahun terakhir ini pun selalu dipadati pengunjung.

Hal ini yang memunculkan optimisme tinggi.  Terlbih lagi bisnis franchise di Indonesia tumbuh 5% dengan omzet mencapai Rp 31,1 triliun pada 2021. Industri ini pun mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 682.292 orang.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, bidang usaha waralaba didominasi jasa makanan dan minuman yang mencapai 44,09%. Sisanya yaitu ritel (14,17%), jasa pendidikan nonformal (11,02%), jasa kecantikan/kesehatan (11,02%), dan jasa binatu (7,09%). Selain itu, sistem waralaba juga memiliki kelebihan dibanding usaha sendiri.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mendorong generasi muda untuk produktif dengan terjun sebagai wirausahawan karena dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satunya dengan melakukan bisnis waralaba. “Salah satunya melalui waralaba karena potensi waralaba di Indonesia ini luar biasa besar. Waralaba juga merupakan bisnis lintas generasi,” kata Zulkifli.

Anang Sukandar, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia juga optimis ancaman resesi global di Indonesia tidak seperti di negara-negara lain. “Memang sepertinya akan mengalami resesi, karena harga-harga naik dan inflasi tinggi. Tapi Indonesia tidak akan mengalami pukulan di sebagaimana di negara-negara lain karena pasar domestik kita kuat. Jadi tidak mengalami resesim,” tandasnya.  

CEO Via Rasa Group, Vincent juga mengatakan  hal yang sama. “Tidak semua sektor usaha akan terdampak dari ancaman resesi tersebut. Menurut sektor usaha franchise masih akan tumbuh, meski diterpa isu resesi,” katanya.

Hal ini diperkuat dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) yang memperkirakan bahwa industri waralaba (kemitraan) atau franchise di tahun 2022 diperkirakan akan menyentuh angka 2,5% hingga 5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Masih oke, karena kalau lihat dari data masih naik 2,5-5%,” ujarnya dalam salah satu sesi konferensi pers beberapa waktu lalu.

Vincent melanjutkan, saat masa pandemi pun, bisnis franchise banyak dicari. Dia menjelaskan, bisnis waralaba menjadi pilihan bagi pekerja yang terdampak dari Covid-19.

“Menariknya justru itu membuka banyak peluang, di luar banyak orang cari, dan ternyata kita jadi solusi bagi mereka. Ini justru kita harus siap-siap membuka wadah bagi mereka yang terkena PHK,” ucap dia.

Vincent menturkan, pertumbuhan bisnis franchise juga didorong oleh tingginya daya beli atau konsumsi masyarakat di tengah kondisi krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Vincent menjelaskan bahwa pada kegiatan ini, Via Rasa tidak hanya menawarkan sejumlah program kemitraan namun juga edukasi terkait unit bisnis makanan dan minuman yang dimiliki.

“Kami menargetkan ada 100 kemitraan baru dalam pagelaran itu. Saat ini, kami sudah memiliki outlet lebih dari 350 outlet di seluruh Indonesia,” pungkasnya. (ZR)