
Kondisi ekonomi yang lesu memberi dampak pada daya beli masyarakat. Bagaimana agar bisnis waralaba tetap bertahan?
Utomo Njoto, pengamat franchise dari FT Consulting pada suatu kesempatan menyebutkan, untuk bertahan dan mampu menghadapi situasi ekonomi yang lesu pelaku waralaba harus melakukan beberapa hal. Pertama, harus mengelola arus kas dengan baik. Kedua, harus tetap memiliki target penjualan. Ketiga, harus memiliki kekuatan modal. Dan keempat, tidak memiliki hutang dalam mata uang dolar.
Keempat hal itu, menurut Utomo merupakan cara untuk bisa bertahan dalam menghadapi kelesuan ekonomi.
Utomo menjelaskan, tantangan terberat bagi pelaku usaha termasuk waralaba dalam menghadapi kelesuan ekonomi adalah mengendalikan arus kas. Mengapa? Sederhana saja, kata Utomo, daya beli turun, Omzet turun, mau tidak mau harus mengendalikan pengeluaran dengan bijaksana.
“Mengendalikan arus kas tidak sama dengan menekan biaya marketing dan promosi,”katanya.
Kadang mengurangi biaya marketing dan promosi justru memperburuk pencapaian penjualan. “Jadi harus ada keseimbangan,” tegasnya.
Biaya marketing dan promosi yang tidak efektif, yang masih coba-coba dan beresiko tinggi mengganggu arus kas, itu yang layak dihindari dulu. Kegiatan marketing dan promosi yang terbukti produktif justru harus dijalankan terus.
Bagi pelaku waralaba, imbuh Utomo, situasi ekonomi yang lesu bukan berarti harus menstop ekspansi. “Untuk lokasi-lokasi yang memiliki karakteristik sama dengan lokasi yang sudah terbukti sukses, tentu saja ekspansi harus tetap dilakukan. Untuk lokasi-lokasi yang beresiko tinggi, tentu sebaiknya dihindari,” ungkapnya.