Mengelola Konflik dalam Bisnis Franchise

Mengelola Konflik dalam Bisnis Franchise

Tidak ada manusia di dunia ini yang luput dari konflik, baik dengan orang terdekatnya maupun dengan lingkungan tempatnya berinteraksi dengan orang lain. Ada yang sifatnya riak-riak kecil dalam rumah tangga maupun dalam pertemanan, bahkan kadang-kadang tidak terlihat secara kasat mata sehingga sering hanya satu pihak saja yang menjadi korban dari pihak lainnya. Namun ada juga konflik yang besar dan luas, melibatkan banyak pihak bahkan dapat sampai menimbulkan perseteruan yang dalam dan berkepanjangan sehingga bisa menimbulkan korban.

Dalam dunia kerja konflik cukup sering terjadi. Semakin banyak karyawannya, semakin berpotensi terjadi konflik, baik konflik antar individu ataupun antar kelompok. Tarik menarik antar kepentingan masing-masing bagian sering menjadi issue utama. Hal ini pun tidak luput di dalam bisnis franchise. Konflik cukup sering terjadi antara franchisor dengan franchisee, dapat juga terjadi antar pegawai franchise, bahkan kadang ada juga konflik di antara sesama franchisee. Pertanyaannya adalah perlukah konflik itu dihindari? Apakah konflik di dalam perusahaan pasti merugikan perusahaan? Adakah konflik yang menguntungkan perusahaan? Pertanyaan-pertanyaan di atas perlu kita telaah dan kita kaji lebih lanjut.

Paradigma lama konflik dianggap dapat menganggu kelancaran organisasi dan menghalangi pelaksanaan optimal sehingga harus dihindari. Tetapi dengan berkembangnya zaman, munculah paradigma baru yang menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai proses wajar alamiah yang tak terhindarkan dan perlu diterima. Adakalanya bermanfaat bagi dinamika kelompok. Paradigma baru ini menganggap kelompok dalam perusahaan yang terlalu kooperatif, tenang, damai cenderung bersifat statis, apatis dan tidak tanggap terhadap perubahan zaman dan inovasi.

Sumber konflik umumnya dibagi 3 kelompok, yaitu 1) perbedaan pendapat, 2) perbedaan tujuan dan 3) egoisme pribadi. Dalam bisnis franchise, dengan semakin bertambah banyaknya franchisee ataupun mitra kita, tentu akan lebih mudah menimbulkan potensi konflik.

Perbedaan pendapat sering membuat bisnis menjadi tidak lancar, jika tidak dikelola dengan baik. Berbeda pendapat itu pada dasarnya baik, hanya kita perlu saling mendengarkan dan menghargai satu sama lain. Perbedaan perspektif malah akan semakin memperkaya dan mempertajam analisa kita dalam mengambil keputusan yang sulit. Perbedaan tujuan maupun kepentingan, membuat franchisee sering merasa tidak didukung dengan optimal. Apalagi jika sampai mempengaruhi kelancaran bisnis franchisenya, seperti sepinya pengunjung, terlambatnya pemesanan barang, standarisasi harga yang tidak jelas dan lain-lain. Juga akan semakin diperparah jika sampai didukung dengan egoisme pribadi masing-masing pihak yang berkeras dengan pendapatnya, walaupun mungkin sebenarnya secara realitas perlu ada fleksibilitas supaya bisnis franchisenya dapat tetap berjalan optimal.

Bagaimana dengan konflik antar karyawan maupun antar kelompok kerja? Jika kita menelaah dari human capital, dari tiga sumber tersebut bagaimana konflik antar karyawan dapat membuat bisnis kita berkembang? Konflik sebenarnya diharapkan dapat digunakan sebagai alat pemersatu, sebagai alat yang dapat menimbulkan kreatifitas, sebagai alat keseimbangan dengan memperhatikan berbagai sudut pandangan. Intinya manajemen konflik sebenarnya tidak sulit. Sebesar apapun konflik jika bisa dikelola dengan baik akan berdampak positif bagi organisasi anda.

Jadi bagaimana solusinya untuk menyelesaikan konflik? Jika konflik muncul, dapat diatasi dengan lima cara sebagai berikut:

  1. Kolaborasi

Semua pihak yang berkonflik mendapatkan resolusinya yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Tidak ada pihak yang dirugikan dan masing-masing mendapatkan apa yang diinginkannya. Perasaan negatif dan ketegangan para pihak yang berkonflik menjadi hilang. Biasanya untuk mencapai kolaborasi ini cenderung memakan waktu dan sumber daya yang banyak serta membutuhkan komitmen dari kedua belah pihak agar konflik terpecahkan secara sempurna.

  • Kompromi

Masing masing pihak tidak mendapatkan apa yang diinginkan secara sempurna, karena sedikit mengorbankan tujuan/keinginan masing-masing. Para pihak yang berkonflik berusaha mencari jalan tengah karena masing-masing kuat dengn pendapatnya. Biasanya ini dilakukan karena para pihak yang berseteru tidak memiliki cukup waktu sedangkan para pihak ingin memecahkan masalahnya.

  • Akomodasi

Salah satu pihak menyerah pada keinginan pihak lain karena ingin tetap mempertahankan hubungan yang sudah terjalin. Cara ini cocok jika salah satu pihak merasa tujuan atau keinginan pihak lain lebih penting daripada tujuan atau keinginannya sendiri.

  • Kompetisi

Masing-masing pihak tidak menemukan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, sehingga masing-masing pihak berkompetisi untuk mencapai hasil yang paling baik. Tetapi jika tidak memiliki waktu yang cukup, pihak yang berkonflik dipaksa untuk menerima keadaan, yang mungkin saja tidak populer untuk saat ini tetapi baik untuk kebijakan masa depan. Taktik yang digunakan biasanya memberikan ancaman, mengenakan denda, mengajukan argumentasi persuasif, memberikan deadline dan lain-lain.

  • Menghindar

Biasa digunakan untuk mendinginkan situasi yang memanas sampai situasi menjadi tenang dahulu.

Dengan menguasai teknik mengelola konflik, diharapkan organisasi yang kita pimpin akan semakin solid, semakin kompak sehingga energi dan waktu kita dapat lebih digunakan ke hal-hal yang produktif. Mengelola konflik membutuhkan komitmen dari awal untuk tidak membiarkannya menjadi berlarut-larut sehingga berpotensi menjadi konflik yang berkepanjangan dan besar, yang akhirnya malah menganggu aktifitas bisnis kita ke depannya.

Yenny Purnama