Promosi Lokal, Biar Kecil Tapi Perlu

Promosi Lokal, Biar Kecil Tapi Perlu

Belum lama ini saya berjalan-jalan cari angin sekaligus cari makan di suatu tempat pusat makanan kota Surabaya selepas memberikan lokakarya pemasaran sebuah perusahaan besar. Mata saya yang jelalatan bingung memilih mau makan apa malam itu, semua tampak menarik dan harus dicoba, dan ada pula terselip beberapa gerai waralaba di sana. Gerai-gerai tersebut terselip di tengah kepadatan para pemain memang nampak menyesakkan dan tidak mudah dilihat pelanggan maupun menarik pelanggan untuk mencoba, apalagi bila pasif-pasif saja menunggu pelanggan datang.

Sambil menyantap nasi goreng Kediri lalu mengemil kacang rebus hangat, sebenarnya saat itu saya berpikir pula bahwa harusnya pewaralaba membekali semua yang terwaralaba dengan panduan berpromosi lokal, di samping mendukung mereka dengan promosi secara nasional. Nyatanya pewaralaba lebih getol promosi menarik minat terwaralaba dan minim promosi untuk membuat mereknya terkenal dan menyedot minat pembeli. Mau tak mau para terwaralaba harus berusaha menyelamatkan bisnisnya, sambil menggerutu kesal : mana program principal ? mana dukungan principal ? mana promosinya ?

Beda yang menonjol antara waralaba yang sudah berkelas, apalagi bermerek global, dengan pemain waralaba lokal yang melejit bak meteor biasanya nampak dari promosinya yang konsisten dan inovatif. Fast food AW menggelar produk baru Potato Cheese Ball dan menggelar poster-posternya, Kentucky Fried Chicken berlomba beriklan di mass media, Alfamart tidak ketinggalan beriklan secara sinambung untuk memperkokoh brand-awareness. Sementara itu kalau diperhatikan seksama pewaralaba yang ikut pameran-pameran, berapa banyak sih diantara mereka yang kemudian beriklan untuk membangun awareness serta memiliki program promosi yang terarah ?

Berpromosi memang membutuhkan dana, bisa besar bisa juga tidak harus besar. Pemain burger yang modal lima jutaan mana mungkin promosi ? Penjual pisang goreng yang paling laris juga mungkin tidak selamanya bisa mengandalkan word-of-mouth alias “getok tular”. Bahkan celakanya, banyak gerai waralaba yang (maaf) kurang laku, karena pembeli hanya percaya yang tempat aslinya. Namun jangan kecil hati, agak dilupakan oleh principal bukan berarti Anda harus putus asa dan tidak melakukan apa-apa. Tetaplah berusaha kreatif untuk memikirkan promosi yang efektif di tempat Anda, siapa tahu akan menangguk hasil yang baik, bahkan sang principal pewaralaba harus belajar dari Anda selaku terwaralaba.

Eye Catcher. Mungkin hanya sekedar X-Banner yang didesain kreatif dan menarik, atau mungkin gerai yang dihias dengan lampu-lampu. Atau hiasan rangkaian balon warna-warni yang menarik dan badut yang sedang bermain sulap, sehingga anak-anak ingin merubunginya.  Boneka ala Ronald Mc.Donald atau patung Kolonel Sanders di gerai KFC dapat menjadi contoh, apalagi bila boneka dapat bersuara lucu. Di Singapura bahkan ada gerai yang memasang aksi aktor pantomim di depan pintu atau pemain musik.

Sampling. Belum mencoba maka belum tahu. Untuk pelaku waralaba makanan/minuman sebaiknya menyediakan contoh-contoh produk untuk dicoba. Bahkan boleh juga membuat paket khusus dengan harga istimewa agar konsumen mau membeli.  Masih banyak orang belum tahu apa itu ‘kebab’ sehingga harus dipikirkan agar mereka memiliki kesempatan mencicipinya sepotong kecil. Membuat salon kita lebih dikenal bisa dilakukan dengan cara membagi voucher diskon ataupun  voucher paket khusus. Mungkin kita juga ingin mencicip kopi dengan aroma khas yang dibagikan gratis di depan gerai kafe dengan cup plastic mini, sebelum akhirnya kita melangkah masuk dan memesannya.

Brosur yang menarik. Ada pebisnis kue kering yang membuat brosur berbentuk buku dengan sejumlah halaman yang dipenuhi foto produknya. Memang tampaknya sangat praktis, sederhana, dan mudah disimpan. Ada lagi yang membagikan brosur dalam bentuk postcard atau kartu nama dengan foto produk, bila perlu diberi embel-embel diskon khusus untuk yang membawa brosur tersebut. Bila punya anggaran lebih, dapat dicoba beriklan di media lokal, seperti tabloid atau buletin lokal gratisan yang biasanya biaya iklannya tidak mahal. Ada juga yang memanfaatkan anak-anak untuk menyebar brosur di sekitar gerai.

Testimoni. Ada gerai restoran yang gemar mengumpulkan tandatangan dan kesan para artis atau pejabat yang makan di restorannya, dituliskan di atas kanvas besar. Ada pula yang mengumpulkan foto pelanggan yang beken, seperti di suatu gerai bika ambon di Medan. Saya pun sempat beberapa kali kebagian difoto atau diminta mengisi kesan dan tandatangan. Gaya promosi ini terbiloang murah, namun cara memajang testimoninya juga harus bagus dan tidak terkesan asal-asalan.

Hadiah. Memberi hadiah yang unik tidak harus mahal, namun berkesan bagi para pelanggan. Dengan embel-embel ‘hanya berlaku di gerai ….. (lokasi)’, ditujukan agar para pelanggan hanya mencari di gerai Anda. Mungkin hanya sekedar permen yang bukan permen biasa, balon, gantungan kunci berbentuk unik, bros, mainan, biasanya digunakan untuk menjadi kenang-kenangan sederhana namun memikat.

Singkat kata, promosi tidak harus bergantung pada principal atau pewaralaba. Menunggu dukungan mereka yang sedang ekstra sibuk ekspansi gerai mungkin malah membuat Anda bangkrut duluan. Pikirkan taktik promosi Anda, jadilah keatif dan yang lain pasti akan ikut-ikutan. Others may just only follow……

Jahja B Soenarjo 

DIREXION Strategy Consulting