Dengan Modal Kecil Ridwan Darussalam Sukses Kembangkan Bisnis Kue Bolu dan Roti

Memulai Bisnis dari Modal Kecil Ridwan Darussalam Sukses Kembangkan Bisnis Kue Bolu dan Roti

Bermodalkan 10 juta pria ini sukses mengembangkan bisnis kue bolu dan roti. Jaringan bisnisnya mulai difranchisekan tahun lalu. Bagaimana kisah suksesnya?

Bisnis kuliner selalu menjadi primadona karena menjanjikan keuntungan yang menggiurkan. Siapa saja bisa masuk dan berhasil menjadi pelaku bisnis di sektor ini selama memiliki keuletan, mau belajar dan memiliki passion yang tinggi. Soal modal dan pengalaman tidak menjadi halangan. Seperti yang dilakukan pria yang satu ini.  

Ridwan Darussalam, MM, EPC memulai bisnis bolu dengan modal hanya sekitar 5-10 juta. Siapa sangka, bisnis yang didirikannya berkembang menjadi salah satu butik cake and bakery ternama di Indonesia. “Alhamdulillah saat ini kami sudah memiliki 4 bakery dan 21 outlet yang tersebar di Sukabumi, Bogor, dan Depok. Dalam waktu dekat kami pun akan membuka 2 bakery baru dan 2 bakery franchise,” ujarnya. 

Adalah Amor Cake and Bakery nama toko bisnis kue bolu dan rotinya. Bisnis yang didirikannya pada 2010 ini dikunjungi pelanggan lebih dari 60 ribu customer perbulannya. “Produk lebih dari seribu box bolu dan hampir 1000 pcs roti setiap harinya,” katanya.

“Harga produk kami sangat bervariasi. Produk yang termasuk dalam katagori bolu kisaran harganya 20k – 60k untuk roti harganya mulai dari 3k – 20k kue ulang tahun dari 25 – 400k,” sambungnya.

Ridwan mengungkapan, ide mendirikan bisnis ini bermula ketika dirinya  melihat teman dari orang tuanya yang hidup dengan sangat layak dari bisnis bolu. “Saat itu cita-cita saya sederhana, ingin seperti teman orang tua saya itu. Memiliki bisnis yang sangat baik, rumah dan kendaraan yang sangat layak, mampu mendidik anak-anaknya hingga perguruan tinggi,” jelasnya.  

Dari sana, ia termotivasi untuk mulai menekuni bisnis kue bolu. Dia mulai belajar kepada saudaranya yang kebetulan bisa membuat bolu yang enak. “Berawal dari bolu tart chees lalu berkembang membuat produk bolu pisang, mengapa beralih ke produk bolu pisang sebab pada saat itu ada produk bolu pisang dengan brand yang cukup ternama di kota Sukabumi, memiliki banyak pelanggan,” terangnya.

Karena daerah Sukabumi terkenal dengan komoditi pisangnya, Ridwan terus melakukan eksperimen untuk membuat bolu pisang yang lebih enak dari brand lain. “Ketika menemukan pormula yang tepat saya memberanikan diri melakukan promosi menawarkan produk ke saudara, tetangga lingkungan sekitar, hingga menitipkan produk  di pabrik-pabrik. Allhamdulillah produk bolu pisang saya sangat digemari sampai saat ini,” bebernya.

Di samping belajar dari saudaranya, Ridwan ia juga terus belajar secara otodidak. Begitu bisnisnya mulai berkembang ia  semakin tekun mengikuti seminar bisnis dan coahing. “Waktu itu saya mengerti tentang bisnis tapi intinya saya sudah berpikir detail tentang Hpp produk, jadi saya sudah detail mengenai komponen-komponen dalam menciptakan produk,” katanya.

“Misalnya satu buah bolu saya jual 12 ribu jadi komponennya berapa. Misalnya komponennya 7 ribu berarti untungnya 5 ribu, jadi persatu di situ untungnya 5 ribu, pada saat itu saya berpikir Hpp sekitar 50%-60%,” lanjutnya.  

Ia tidak mengalami kesulitan dalam menemukan bahan baku dari pendor karena, karena ia pernah menggeluti bisnis cokelat jadi pemasok bahan bakunya tidak jauh berbeda.

Alat penunjang bisnisnya pun sederhana. Awalnya mixer-mixer kecil, dan satu oven. Pertama membuat produk, Ridwan sendiri yang melakukannya mulai dari nimbang bahan, mixing dan memasarkannya.

“Ketika dalam perjalanan saya rekrut satu orang yang tugasnya jadi asisten saya terutama dalam hal produksi terutama dalam hal produksi yaitu mengopen kue, karna itu termasuk pekerjaan yang menyita waktu dan bisa di delegasikan, karna saya berpikir perlu jualan,” jelasnya.  

Untuk memasarkan usahanya, di awal-awal ia  menjual produknya  di pabrik. Pasalnya banyak temennya yang bekerja di pabrik dan di ajak kerja sama konsinyasi jual dan bayarnya saat gajian.

Selanjutnya, ia rajin membuka beberapa cabang sebanyak-banyak. Waktu dirinya menemukan selebaran strategi pemasaran cara gila menjadi pengusaha. Dari situ Ridwan pola pikirnya mulai terbuka yang tadinya berdagang  midsetnya berubah menjadi berbisnis.

“Jadi saya mencari cara strategi marketing saya cari cara pendanaan karena saya sudah mendapatkann knowlage setalah saya mengikuti training, pada saat itu kita cari cara marketing yang unik. Namanya bisnis pasti ada tantangan kita harus memiliki mental semut, kalo mental semut selalu mencari cara kalupun ditutup dia akan mencari cara di sisi yang lain,” bebernya.

Amor Cake and Bakery merupakan bisnis yang ke 5 yang didirikan Ridwan, setelah beberapa bisnis sebelumnya tidak berjalan baik. Ia sempat jualan kue ke warung-warung, kemudian ia juga pernah jualan pangsit. Ia sempat pula berbisnis ikan hias, kripik sabun, dan coklat – coklatan.

Sebagaimana pelaku bisnis pada umumnya, Ridwan juga pernah mengalami tantangan antara lain modal bisnis yang sangat terjangkau, skill membuat kue tidak punya, dan tidak memiliki jaringan. “Saya pernah mau pinjem ke saudara kemudian tidak mendapatkan uang. Tapi terus berupaya cari solusinya,” katanya.

Selalu melakukan inovasi juga menjadi menjadi solusi dalam mengembangkan bisnisnya. Ridwan terus melalukan inovasi dan perbaikan tanpa henti di berbagai area kalo sekarang. “Istilahnya continue inprovment,” ujarnya.  

“Kalau dahulu saya tidak paham soal itu tapi prinsipnya saya berbisnis pada saat itu saya perlu pebaikan di berbagai area walaupun hal kecil tapi perlu ada inprovment. Nah inprovment itu yang bertahap berdampak sampe sekarang. Jadi kendala akan selalu ada apabila kita tidak mau terus berinovasi,” tandasnya.  

Beradaptasi di Masa Pandemi

Masa pandemi seperti sekarang ini, Ridwan mengakui menjadi tantangan tersendiri. Namun ia bersyukur bisnisnya tidak begitu terkena pukulan berat dari dampak pandemi. “Alhamdulillah bisnis kami tidak begitu terdampak, hanya di awal-awal saja terjadi penurunan omzet rata-rata hingga 30%,” katanya.  

“Itu disebabkan karna kebijakan pemerintah yang mambatasi jam operasional outlet kami sehingga mempengaruhi omzet, namut saat ini kami sudah melebihi dari pencapaian sebelum pandemi,” bebernya.

Untuk mensiasati masa pandemi Ridwan sangat memperketat semua bentuk pengeluaran. Jika pengeluaran tersebut tidak berkaitan dengan omzet atau sifatnya urgen biasanya pengeluaran tersebut tidak di-approve. “Banyak sekali kebijakan yang kami keluarkan pada saat pandemi mulai dari pengaturan hari kerja, pengurangan hari kerja, WFH, hingga tidak memperpanjang kontrak,” jelasnya.

Menurutnya, tantangan di masa pandemi macam-macam. Akan tetapi ada tiga tantangan yang menurut dia harus diperhatikan. Pertama, adanya kebijakan pemerintah terkait pembatasan jam operasional dan jumlah pengunjung di dalam bakery & outlate. Kedua, menurunnya daya bali masyarakat karna banyak yang kehilangan pekerjaan selama masa pandemi. Ketiga, menjaga kesehatan tim agar tidak terjangkit virus covid19.

Karena itu, ia pun harus pandai beradaptasi dengan situasi saat ini. Salah satunya mengoptimalkan penjualan online dan mentiadakan delivery order sampai dengan area tertentu. “Selain itu tentu dangan menerapkan protokol kesehatan yang ketat di seluruh area toko kita,” jelasnya.  

“Untuk produk sendiri adaptasi yang kita lakukan adalah dengan melakukan inovasi berbagai produk baru yang tidak hanya enak tapi juga memiliki khasiat lain, misalnya untuk daya tahan tubuh adapun contoh prodok inovasi kami selama pandemi adalah roti tawar jahe, roti tawar bayam dan lain sebagainya,” pungkasnya.  

Zaziri