M. Ridha Indradewa, Membangun Bisnis Laundry Berbasis IT yang Ramah Lingkungan

M Ridha Indradewa, Membangun Bisnis Laundry Berbasis IT Yang Ramah Lingkungan

Meski baru didirikan dua tahun lalu, bisnis laundry berbasis IT dan ramah lingkungan yang dibangunnya, Rewash Laundry berpotensi menjadi merek besar. Saat ini jaringan bisnisnya sudah mencapai 30 gerai tersebar ke berbagai daerah.

Bisnis laundry memang bukanlah bisnis yang asing. Hampir semua sudut kota di Indonesia terdapat bisnis jasa binatu ini. Meski demikian, sarjana UGM jurusan Teknik Industri ini masih melihat ada peluang lain yang belum digarap maksimal oleh pelaku bisnis laundry, yakni bisnis laundry yang ramah lingkungan berbasis teknologi ioT (internet of Things).

Maka pada 2019, di bawah payung PT. Rimaji Teknologi Negeri ia mendirikan bisnis laundry dengan nama Rewash. “Kami melihat bisnis laundry adalah bisnis yang bagus, yang jika dikembangkan akan menjadi peluang bisnis bagi banyak orang. Akan tetapi banyak potensi fraud pada bisnis ini jika tidak dimonitor secara realtime,” katanya. 

“Kami berpendapat untuk menggunakan ioT (internet of Things) di mesin cuci sebagai salah satu solusi mengatasi fraud atau kecurangan. Kami koneksikan mesin cuci dengan ioT, dan terhubung ke system pembayaran, sehingga aktivitas mesin cuci dapat di monitor secara realtime,” ujar M. Ridha Indradewa.

Untuk itulah, katanya, Rewash hadir memberikan solusi berbisnis laundry menggunakan teknologi ioT dan Produk Detergent yang ramah lingkungan sebagai sebuah standar laundry masa depan. “Saya melihat Rewash memiliki banyak dampak positif untuk lingkungan, memudahkan masyarakat, dan ekonomi mitra. Ini alasan terkuat untuk mengembangkan usaha ini,” jelasnya.

Untuk merealisasikan rencana bisnisnya, Ridha mengembangkan teknologi yang mampu menjaga bisnisnya tumbuh dan ekspansi lebih cepat, “sehingga kami berencana untuk investasi pada teknologi dan SDM teknis yang mumpuni,” bebernya.

Pengetahuan mengenai bisnis laundry ia dapat dari pengalaman menjalankan bisnis sebelumnya. Pasalnya, 5 tahun sebelumnya ia berjualan detergent ke laundry rumahan hingga laundry rumah sakit. “Sehingga saya memiliki keterampilan dan saya tau semua masalah di bisnis ini, ditambah pengalaman tim yang ikut terlibat,” ungkapnya.

Dana sebesar Rp 250 juta pun ia gelontorkan untuk memulai bisnis ini. Biaya tersebut untuk riset ioT dan mesin cuci yang terhubung dengan system pembayaran. “Pada Tahun 2020 kami mendapatkan partner untuk mengembangkan Teknologi POS , membangun tim management, dan mulai menjalani bisnis model menjadi Franchise laundry Teknologi yang didukung oleh teknologi ioT dan produk ramah lingkungan,” jelasnya.

“Kami menghitung biaya produksi sebesar 25%, dengan bisnis model laundry kami menargetkan BEP selama 1-2 tahun,” tambahnya.  

Untuk mendapatkan alat penunjang bisnisnya, ia memiliki vendor-vendor yang terpercaya untuk segala kebutuhan bahan atau alat penunjang bisnis. “Proses selalu diawali dari membuat ide, visi dan penentuan target pasar yang akan kami sasar.  Lalu kami mendesain produk untuk di launching ke pasar,” jelasnya.  

Diakuinya, proses membangun bisnis Rewash tidaklah mudah, beberapa kendala muncul sejak proses riset teknologi. Akan tetapi proses pembangunan tim yang tepat sangat membantunya melewati segala masalah tersebut. “Kendala juga datang ketika mencari tim Teknologi, dukungan teknologi sangat penting untuk transparansi dan ekspansi bisnis,” tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, Ridha terus memperbaiki secara berkala persoalan bisnisnya mulai dari produk teknologi, tim management, dan fokus pada pertumbuhan cabang. “Kendala lain adalah mendapatkan lokasi lokasi yang bagus. Karena sejak pandemi beberaapa lokasi mulai bergeser dikarenakan adanya perubahan habit konsumen (misal area perkantoran sepi karena WFH, sehingga lokasi strategis bergeser),” ujarnya.

Rewash terus tumbuh menjadi salah satu pemain laundry yang diperhitungan. Tahun 2020 memiliki 7 gerai, dan Tahun 2021 memiliki jumlah 30 gerai yang tersebar di Jabodetabek, Tegal, Jogja, Bali, dan Sidoarjo. Pertumbuhan omzetnya pun menggiurkan yang semula 1,9 miliar mencapai 5,5 miliat pada 2021 dengan jumlah 10.000 customer.

Produk yang tawarkan Rewash antara lain Jasa laundry 90 menit, Express, Jasa laundry satuan, karpet, sepatu  dengan kisara harga 30 k per load hingga 100 k. “Rewash juga menjual produk produk kebersihan yang ramah lingkungan. Saat ini kami memiliki 14 produk kebersihan,” kata Ridha.  

Rewash memang masih berumur 2 tahun. Namun memiliki potensi besar menjadi salah satu merek bisnis terbesar di Indonesia. “Kami masih focus terhadap expansi bisnis, penambahan cabang dan memperbaiki teknologi yang terus berkembang,” katanya.  

Salah satu faktor pendukung bisnis Rewash adalah jaringan bisnisnya. Ridha terus membangun jaringan untuk mengembangkan bisnis ini. “Seperti jaringan penjualan, jaringan tim Riset, dan jaringan pemilik modal untuk mendukung perkembangan bisnis ini,” terangnya.  

Sebelum mendirikan bisnis laundry, Ridha sudah mencoba berbagai bisnis setelah lulus kuliah pada 2009. Ia pernah berbisnis merchandise yang disuplai ke perusahaaan swasta. Namun pada 2011 ia mulai merintis dan fokus usaha Detergent dari rumah.

“Dikarenakan saya perlu fokus maka saya membangun Pabrik Detergent Ramah Lingkungan dan distribusinya. Pada tahun 2014 saya mulai merintis produk detergent Rewash sebagai solusi untuk material textile yang specific seperti baju harian, jas, hijab, sepatu, dan tas,” ujarnya.  

Memberikan Layanan Prima di Masa Pandemi

Meski baru didirikan dua tahun lalu, bisnis laundry berbasis IT dan ramah lingkungan yang dibangunnnya berpotensi menjadi merek besar. Saat ini jaringan bisnis sudah mencapai 30 gerai tersebar ke berbagai daerah.

Sebagaimana bisnis umumnya, jasa laundry juga mengalami pukulan yang begitu berat ketika masa pandemi. Kendati demikian, bukan berarti pelaku bisnis pasrah. Justru di tengah kondisi sulit, saatnya untuk melakukan perbaikan dan inovasi. Begitupun yang dilakukan Ridha. Ia membuat beberapa perbaikan untuk mengatasi pandemi 

Karena, kata dia, kondisi pandemi memberikan dua dampak pada bisnis Rewash. Pertama, kata dia, meningkatkan penjualan produk kebersihan. Poin kedua menurunkan 10% pendapatan jasa laundry. Ia pun melakukan perubahan dan perbaikan. “Di antaranya menjaga tingkat higienitas, memberikan gratis jasa antar jemput, dan meningkatkan kemudahan pembayaran di system Rewash,” ujarnya.  

“Kami mengalami penurunan saat pandemic 10% dari penjualan walkin, tetapi ada peningkatan di sisi penjualan produk kebersihan, dan meningkatya permintaan antar jemput. Mengelola keuangan memang kita fokus pada pertumbuhan dan cukup hati-hati,” sambungnya.

Di samping itu, Ia juga melalukan adaptasi dengan memberikan antibakteri di semua jasa Rewash, penambahan katalog produk sanitasi, dan fasilitas antar jemput. “Tantangan selama masa pandemi adalah kita harus bisa menyesuaikan habit konsumen baru sekarang,  Bisnis Laundry memang hamper tidak berdampak besar, sehingga kami melihat ini adalah peluang selama kita bisa menyesuaikan proses bisnisnya,” jelasnya.

Untuk menyakinkan customer, Ridha melakukan iklan digital dengan fasilitas yang lebih memudahkan konsumen, fasilitas antar jemput. “Dan kami membuat jasa ini lebih higienis, menggunakan antibactery dalam proses pencucianya,” jelasnya.

“Kami juga menyakinkan konsumen calon franchisee kita dengan bisnis laundry tidak berdampak hebat selama pandemi (dilihat dari data actual), sehingga menjadi alternatif investasi yang baik,” jelasnya.  

Investasi Rewash mulai dari Rp 170 juta dengan asumsi balik modal pada 1,5 – 2,5 tahun. Rencananya Reswash terus melakukan pengembangan produk seperti menambah varian hingga 14 produk kebersihan, launching produk teknologi baru selfservice Rewash (AWM) tanpa perlu kasir. “Kami menargetkan 100 cabang di akhir tahun 2022, kami juga akan launching  laundry digital dengan Pesantren Jawa Barat,” tandas Ridha.

“Dalam dua tahun usaha ini terus berkembang dan mulai melibatkan banyak orang dan tim yang makin solid. Akan tetapi kami juga tidak luput dari kesalahan sehingga mendapat complain sehingga sebagai tim kami harus menyelesaikan secara Bersama, itu suka dukanya,” pungkas pria yang hobi olahraga, musik, dan baca buku ini.

Zaziri