

Maskot memiliki peran yang unik. Dapat menjadi representasi visual yang kuat untuk sebuah bisnis. Bagaimana cara membuatnya?
Jika Anda sering berkunjung ke McD pasti Anda mengenal sebuah badut pria yang gaya. Berambut merah, bersepatu boot merah, berbaju kodok wana kuning lengkap dengan dalaman kaos warna merah putih. Ya, dia adalah badut McD yang bernama Ronald McDonald. Dan jika Jika Anda berkunjung di outlet McD di seluruh dunia pasti Anda akan berjumpa dengannya karena Ronald McDonald merupakan maskot McD. Sama seperti Mickey Mouse yang jadi maskotnya Disney, singa Paddle Pop maskotnya Wall’s dan masih banyak lagi.
Menurut Mendiola B. Wiryawan, Brand Experience Designer, Founder Mendiola Design Associates dan Penulis buku ‘Kamus Brand’, maskot adalah representasi ide(karakter, nilai, pesan) dari perusahaan, organisasi, atau produk/jasa dalam bentuk mahluk yang hidup, bergerak, berkepribadian layaknya manusia, dan dapat berkomunikasi kepada khalayaknya.
Dengan adanya maskot, ide perusahaan yang abstrak menjadi lebih mudah untuk disampaikan lewat bentuk, gestur, gerak-gerik, kostum, dan sebagainya. “Maskot dapat menjadi representasi visual yang kuat untuk sebuah bisnis. Tentunya ini sangat bermanfaat sebagai pencitraan positioning perusahaan/organisasi, apalagi di saat kompetisi begitu ketat di suatu kategori bisnis,” katanya.
Lalu apa bedanya dengan logo? pada dasarnya fungsi mirip. Bedanya maskot mengambil peran yang lebih ekspresif dan aktif karena personifikasi yang digunakan.
Menurut Mendiola, dilihat dari ide penciptaannya ada banyak sekali macam maskot. Mungkin kalau dikelompokan ada yang berangkat dari karakter hewan atau tumbuhan karena hewan dan tumbuhan tertentu dianggap mewakili karakter perusahaan atau produk/jasa . Bisa juga bentuk manusia dengan karakter tertentu, bentuk dari benda-benda berwujud (misal bentuk dari produk yang ditawarkan), bentuk abstraksi, atau gabungan dari bentuk-bentuk tadi.
Maskot ada yang gagal dalam arti tidak bisa mengkomunikasikan ide ke khalayak, dan ada yang hebat. Maskot yang gagal adalah ,askot yang gagal adalah maskot yang sekedar menjadi ‘gambar’. Tidak pernah dihidupkan karakternya. Kita tidak dapat menangkap nilai yang disampaikan akhirnya kita lupa dengan maskot dan produk/jasanya. Ibarat orang yang pernah berkenalan dengan kita, namun dengan cepat kita melupakannya. Contohnya banyak sekali, saya rasa Anda sudah dapat mencari contohnya dari penjelasan saya tadi.
Sedangkan maskot yang hebat, kata Mendiola, pada umumnya memiliki empat ciri. Pertama, unik yaitu memiliki ciri khas yang tidak dijumpai di tempat lain. Kedua, mewakili asosiasi produk. Maskot dapat menjadi ‘brand ambassador’ bagi sebuah produk di tengah-tengah konsumen.
Ketiga, mewakili ‘insight’ khalayaknya. Sebuah maskot bisa menjadi representasi nilai-nilai khalayaknya. Keempat, komunikatif. Maskot bisa dikomunikasikan secara masive dan konsisten lewat media yang efektif. “Maskot yang baik dikomunikasikan secara terus menerus dan konsisten di berbagai‘touch point’ terhadap khalayaknya, misalnya di dalam iklan, brand activation, Public Relations, dan sebagainya,” tandasnya.
Mendiola mencontohkan karakter singa Paddle Pop, yang dianggapnya sebagai maskot es krim Wall’s yang hebat. Apa pasal? Wall’s berhasil menciptakan maskot yang berhasil membedakan bahwa Paddle Pop adalah ice cream untuk anak-anak. Padahal kita tahu bahwa ice cream dimanapun sama saja untuk semua umur.
“Karakter ini dimanifestasikan dari salah satu ‘insight’ anak-anak yaitu: senang berpetualang (mencari hal yang menantang dan baru). Karakter ini hadir ke dalam fantasi petualangan anak bukan hanya lewat media konvensional seperti iklan dan merchandize, tetapi lewat media baru seperti penciptaan film layar lebar, game (digital maupun activity game), maupun brand activation lainnya,” paparnya.
Bagaimana step-step menciptakan maskot yang hebat? Mendiola memberikan langkah-langkahnya.
Langkah pertama, mengerti benar keunggulan produk, karakter yang dibawanya, dan nilai produk terhadap khalayaknya.
Kedua, mengerti insight konsumen –apa keinginan terdalam dari konsumen, bukan yang hanya di permukaan–. juga archetype yang ada di dalam benak konsumen (Pola dasar yang ada di dalam benak khalayak) misal bagaimana persepsi orang terhadap ‘ceria’, ‘berani’, ‘heboh’, dan sebagainya.
Ketiga, mengerti bahasa simbol (semiotika) yang dapat digunakan di dalam maskot untuk mewakili ide-ide di atas. Contoh sederhananya adalah penggunaan warna seperti warna merah untuk dinamis, dan bersemangat; Hijau untuk natural, segar, dsb. Contoh yang lebih kompleks misalnya pengenalan bahasa postur dan gestur, seperti senang, sedih, gembira, marah, mature (dewasa), kekanak-kanakan, dan sebagainya, yang bisa kita bandingkan dengan proporsi, sifat, dan ekspresi manusia sehari-hari. Hal-hal inilah yang biasanya diangkat ke dalam penciptaan karakter,
Keempat, merancang dan menjalankan komunikasinya dengan konsisten. Salah satu hal yang penting setelah sebuah maskot jadi adalah bagaimana merancang komunikasi si maskot dan menjalankannya. Banyak maskot terhenti pada tahap penciptaan namun tidak pernah dirancang komunikasinya sehingga tidak pernah efektif karena hanya sebagai gambar.
Komunikasi yang dirancang seperti: bagaimana pemunculannya, apa yang harus dikatakan si maskot, apa yang harus dilakukan si maskot, kapan harus muncul, di media apa saja, dan sebagainya, harus di rancang secara utuh menyeluruh. Perancangan ini agar semua komunikasi bersifat inline dan konsisten, sehingga seiring waktu maskot dapat menjadi “brand ambassador’ yang kuat bagi sebuah perusahaan ataupun produk dan jasa.
Mendiola menambahkan, cepat tidaknya sebuah maskot bisa menngkomunikasikan ke khalayak sangat tergantung exposure media, pemilihan media yang tepat, kecerdikan pengolahan dan penyampaian pesan, tanggapan khalayak, dan lain-lain. “Biasanya harus kita harus review setelah pemunculannya, misal setelah 6 bulan, atau setelah satu tahun,” katanya. Tapi yang harus digaris bawahi adalah pemahaman terhadap kempat langkash atas. Sehingga segala sesuatunya menjadi optimal baik secara budget, time, dan effort.
Zaziri