Yantje Wongso, Menyulap Depo Air Minum Menjadi Bisnis Franchise Bertaraf Internasional

Nama Depo Air Minum Biru sudah tidak asing lagi di industri franchise. Hampir di setiap sudut kota terdapat merek depo air minum asal Surabaya ini. Setelah sukses merajai pasar Indonesia Biru pun mulai ekspansi ke pasar asing dengan membuka gerainya di Amerika,

Ide membuat usaha depo air minum ini berawal ketika Yantje Wongso mengelola usaha rumah makan milik keluarga beberapa tahun silam. Saat itu air pam di rumah makannya mati, sehingga ia harus mencari air. Ia mendengar ada yang menjual air minum isi ulang di daerah Rungkut, Surabaya dekat dengan rumah makannya. Itilah pertama kali dirinya mengenal konsep usaha air minum isi ulang.

Gerai air minum isi ulang tersebut ramai sekali dan harga jual murah sekali, Rp 2500, dibandingkan harga AMDK bermerek terkenal saat itu Rp. 7500. “Saya berpikir murah sekali, tetapi saya juga ada keraguan akan kualitas air minum isi ulang tersebut karena tertutup yang hanya pakai plastik yang diikat karet gelang, atau menggunakan tutup bekas pakai dari galon tersbeut (bila ada),” kenangnya.  

Maka ingatannya pun melayang pada pengalamannya semasa studi MBA di San Diego, California, Amerika Serikat. “Selama dua tahun saya studi di sana, minum saya ya dari isi ulang yang saya beli melalui vending machine yang ada di depan supermarket. Kalau di dalam supermarket harganya, termasuk botol plastik nya, yang paling murah 99 cent untuk 1 gallon (=3,8 liter), maka di vending machine cukup bayar 25 cent untuk isi ulang nya,” katanya.

Yantje yakin kualitas air minum isi ulang yang dijumpai di Rungkut bisa ditingkatkan sampai standar pabrikan dan masih bisa sangat murah seperti vending machine di Amerika.

Berbekal pengalaman tersebut, pada 22 Mei 2002, ia mendirikan Depo Air MinumIsi Ulang dengan merek Depo Air Minum Biru. Namun sebelum itu, ia bersama adiknya seorang profesor lulusan Jepang yang memiliki bidang spesialisasi food process, melakukan sebauh riset yang melahirkan sebuah inovasi penting bagi keberlangsungan bisnisnya.

Inovasi tersebut adalah Teknologi Ozon 100% yang aplikasinya di Depo Air Minum Biru setelah tiga bulan beroperasi. Teknologi Ozon 100% bagi air minum isi ulang Biru mampu menjadikan kualitas air minum Biru setara secara kualitas dengan air minum pabrikan besar. “Selanjutnya hal penerapan Teknologi Ozon 100% untuk pertama kalinya saya ajukan untuk dibukukan sebagai Rekor MURI,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu Biru pun tampil dengan diferensiasi dan unique selling point Teknologi Ozon 100%-nya dan berhasil membuka banyak cabang. Pada Oktober 2006 dan November 2006 Biru melaunching franchisenya di event franchise expo di Jakarta. “Dalam kedua event tersebut diselenggarakan seminar publik memperkenalkan konsep Franchise Biru kepada masyarakat,” bebernya.

Ide memfranchisekan bisnis ini sudah ada sejak awal memulai usaha Biru. Ia ingat momen saat mengenal gerai KFC (Kentucky Fried Chicken) yang pertama di Surabaya. “Keluarga saya berbisnis rumah makan di Surabaya, dan saya kagum sekali dengan restoran KFC itu, Saya belajar franchise dengan mengikuti workshop franchise. Saya belajar dan membangun sistem franchise Biru melalui coaching dengan IFBM Consulting,” katanya.

Setelahnya Yantje mengikuti program program Sertifikasi Profesional Franchise dari Franchise Academy Indonesia yang diselenggarakan oleh Kadin Indonesia bekerjasama dengan IFBM, dan menjadi bagian dari angkatan pertama program Sertifikasi Profesional Franchise tersebut.

Dengan perencanaan yang matang tersebut, Yantje pun mengembangkan jaringan franchisenya tanpa kendala berarti. Dalam sejarah franchise Biru, pengembangan usaha franchise menunjukkan perkembangan yang meningkat terus dan dapat dikatakan terus berhasil.

Yantje mengatakan, keberhasilan tersebut tak lepas dari tiga faktor. Pertama. Perencanaan yang detil dan baik seperti diceritakan di atas. Kemudian pengalaman dan kompetensinya di bidang engineering dan marketing serta bisnis real-estate dan rumah makan yang berhubungan langsung dengan pengembangan sistem Franchise Depo Air Minum Biru.

Kedua, momentum saat 2004-2008 dunia franchise Indonesia sedang berkembang pesat dengan adanya dukungan organisasi, edukator/pelatihan, media/majalah, penyelenggara expo, penyelenggara program penghargaan, perhatian dan dukungan pemerintah, perijinan, dan sebagainya.

Ketiga, khususnya bagi Franchise Biru, Yantje meyakini bahwa usaha ini terselenggara terutama karena rahmat dari Tuhan YME.

Franchise Biru pun berkembang pesat dan berpotesi menjadi pemain global brand. Tercatat sejak menawarkan franchise kepada masyarakat luas, total outlet per 18 November 2019 tercatat 430 outlet tersebar di 30 kota di Indonesia ditambah 1 di kota Sacramento, Amerika Serikat sebagai gerai riset dan pengembangan.

Padahal, sebelum Franchise Biru hanya beroperasi 1 gerai di tahun pertama, dan tahun 2006 memiliki 7 gerai saja.  

Dengan bangga Yantje mengakui, pertumbuhan gerai Biru di 2019 adalah yang tertinggi sejak berdirinya. Per 18 November ini telah dicapai pertumbuhan di tahun 2019 sebanyak 84 gerai. Berdasarkan data penjualan yang dalam proses, target tahun 2019 terlihat dapat dicapai dan dilampaui. “Tahun 2020, telah ditetapkan target pertumbuhan sebanyak 120 outlet,” tandas Yantje bangga.

Menariknya, rata-rata pernjualan jumlah galon terjual per hari dari semua gerai yang telah beroperasi per Juni 2019 ialah 403 galon per hari, bertumbuh dari tahun 2018 dengan cukup kuat. Bisa dibayangkan omzetnya perbulan jika rata-rata harga jual pergalon Rp 7.000 seperti di Jabodetabek?

Lalu apa hambatan usaha ini di awal usaha? Yantje mengatakan tidak ada hambatan yang berarti dalam mengelola usaha Biru. Menurutnya, persoalan lebih kepada bagaimana mengelola kemitraan usaha dengan para franchisee, sehingga terjalin sinergi yang baik dan saling menguntungkan.

“Hal ini menyangkut juga konsep legal dari perjanjian waralaba dalam hal mengantisipasi persoalan yang mungkin timbul dan mengkonsepkan nya dalam perjanjian waralaba dengan baik dan kuat,” katanya.

Terkait dengan membangun SDM, kata Yantje,  Franchise Biru membangun SDM melalui edukasi dan pelatihan internal. Karena dalam usaha Franchise Depo Air Minum, Biru adalah satu-satunya di Indonesia. “Juga, tenaga siap pakai untuk bisnis franchise dirasa masih belum memadai atau belum (cukup) tersedia,” katanya.

Dijelaskan Yantje, Biru melakukan training di masing-masing gerai. Untuk pelatihan berkelanjutan, dilakukan di beberapa fasilitas training yang ada di Surabaya dan Jakarta. “Saat ini sedang dibangun fasilitas training di Bekasi, Depok, Bandung, dan Balikpapan,” ungkapnya.

Pertanyaan yang paling sulit dijawab pada saat mulai mempelajari dan membangun sistem Franchise Biru adalah Mengapa saya mau mem-franchise-kan Biru?” Karena alternatif lain juga ada, misalkan membuka cabang sendiri sebagai chain-store. Dengan konsep chain-store kita tidak melibatkan “orang lain” sebagai mitra usaha. Seringkali kemitraan bisa gagal, dan seringkali sulit untuk menyelesaikan permasalahan dengan kemitraan yang gagal.

Kesulitan yang lain bagi pengembangan Franchise Biru, lanjut Yantje, terkait dengan pengelolaan keuangan untuk pengembangan usaha. Bila mengharapkan dari franchisee tentunya akan terlambat. Sebagaimana berlaku dalam kebanyakan usaha, diperlukan modal di depan dan hasil usaha menyusul setelahnya.

“Untuk pemula yang mau mengembangkan usaha, tentunya dukungan bank juga masih terbatas karena belum mempunyai track-record. Sedangkan franchisee juga membutuhkan dukungan tim dan sarana (kantor, fasilitas training, support promosi, dsb.).,” jelasnya.

Dalam hal Franchise Biru, tegas Yantje, permodalan awal terutama diperoleh dari hasil usaha gerai milik sendiri. Dengan berjalannya waktu, gerai milik sendiri juga berkembang dalam jumlah sehingga dapat meningkatkan kapasitas permodalan yang lebih tinggi.

Dalam memasarkan bisnisnya, Yantje menerapkan kebijakan tersendiri yaitu branding adalah beban bersama. Setiap gerai Biru ada reklame merek yang pembiayaannya ditanggung oleh masing-masing franchisee. “Marketing sudah termasuk dalam konsep usaha Franchise Biru untuk memastikan bahwa usaha tersebut sukses. Misalkan di setiap gerai Biru tidak melakukan layanan kirim, sehingga penjualan bersifat “pull” bukan “push?,” katanya.

Maka royalty fee yang selama ini dipungkut pun pada dasarnya kata Yantje, sebagai Imbalan manajemen adalah untuk membiayai operasional kantor franchisor, yang selanjutnya mendukung operasional gerai franchisee secara berkelanjutan. Termasuk pengembangan sistem dan jaringan Franchise Biru.

Selain itu, kata Yantje, Usaha Depo Air Minum cukup stabil dalam fitur produk, yaitu air putih atau air minum untuk keperluan sehari-hari. Untuk produk dan layanan yang lebih utama daripada inovasi adalah menjaga konsistensi (produk dan layanan).

Zaziri