Tips Membuat Bisnis Tetap Unggul Ditengah persaingan

Siapa yang tak ingin bisnisnya tetap berada di atas, tidak terpengaruh oleh persaingan dan konsumen tetap setia pada produk yang ditawarkannya. Semua orang pasti punya mimpi seperti itu. Karena bisnis yang kuat sangat terkait dengan kesuksesan dan profit bagi perusahaan.
 
Namun, semua bisnis dengan merek yang besar dan kuat tidak bisa aman selamanya. Justru bisnis yang mereknya sudah sangat kuat lebih sulit mempertahankannya dibandingkan membangunnya. Kok bisa? Mengapa mempertahankan lebih susah? Sebab, untuk merek yang sudah kuat, harapan konsumen itu sudah terbentuk. Dan begitu sebuah merek itu telah diminati oleh konsumen maka pada saat itu juga kan sebenarnya ada tuntutan untuk terus menerus meningkatkan kinerja. Jadi merek itu jangan sampai surut, karena kalau sampai surut berarti bisnisnya juga ikut surut.
 
Sehingga, tidak ada pilihan lain bagi pemilik merek yang kuat kecuali mempertahankannya dengan segenap strategi.

Dan kenapa juga mempertahankan lebih sulit? Karena juga kompetisinya jadi semakin ketat. Dan biasanya juga yang namanya merek besar itu jadi sasaran para new comers.
 
Di berbagai sektor bisnis, peta pasar di Indonesia sangat bervariatif. Kompetisi terus berjalan tiada henti. Satu sama lain berusaha mencuri pasar dalam kompetisi. Sehingga, situasi yang dihadapi adalah ketidak pastian.

Lalu, karena kompetisi itu berjalan terus dan tidak ada jaminan sebuah merek yang besar bisa selalu di atas dan bertahan, maka semua pemain di pasar itu harus melakukan inovasi terus menerus.
 
Para pemilik merek boleh saja menganggap persaingan bukan sebagai ancaman. Mereka bisa saja menjadikannya sebagai motivasi untuk terus bisa bertahan dengan tingkat kompetisi yang ketat. Tetapi, justru persaingannya itu sendiri yang menjadi ancaman, karena persaingan itu yang mau tidak mau membuat mereka (pemilik merek) selalu berusaha semaksimal mungkin untuk senantiasa  menjaga merek yang sudah mereka bangun.
 
Karena itu, mempertahankan merek bukan pekerjaan yang mudah. Masalah atau tantangan tidak melulu berbentuk besar, bisa juga hal-hal yang sangat kecil.

Apalagi, jika masalah besar yang harus dihadapi  itu seperti Kompetitor, pasar, pendatang baru, ketidak-seriusan, pengamalan, SOP, itu semua bisa menjadi kesulitan. Sekarang tinggal bagaimana pemilik merek terus berupaya menjaga keutuhan dan eksistensi merek mereka.
 
Tetapi, apapun yang dihadapi terutama terkait dengan kegiatan kompetitor yang terus mengikuti gerak langkah yang dilakukan pemilik merek, merupakan hal yang wajar. Siapapun, dalam menghadapi situasi persaingan akan melakukan berbgai manuver untuk bisa memang dalam persaingan itu.

Alex Mulya, Pengamat Brand justru mengingatkan, bahwa sebesar apapun sebuah bisnis dengan merek yang hebat bisa saja tiba-tiba ambruk dan tidak bangun lagi.
 
Memang, kata Alex, merek memiliki ganguan-gangguan tersendiri. Jika gangguan itu terkait dengan reputasi dari merek bisnis dan bersifat structural, maka sulit bagi merek itu dikembalikan pada posisi semula.

Sebaliknya, jika gangguan itu hanya bersifat bahwa merek itu hanya melemah artinya tidk ada gangguan pada image merek itu, maka gangguan seperti ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
 
Sebuah merek memang bisa tiba-tiba dihindari oleh konsumennya. Biasanya, merek seperti ini dinilai punya cacat oleh konsumennya. Cacat itu terkait dengan persepsi konsumen terhadp merek itu. Jika cacat seperti ini, maka kejatuhannya sangat seketika.
 
Berbeda dengan kejatuhan karena kompetisi. Menurut Alex, tidak ada merek atau bisnis yang jatuh secara tiba-tiba karena faktor persaingan. “Jika kejatuhan karena kompetisi, biasanya tidak berlangsung seketika, tetapi bisa mengambil waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun. Misalnya brand-brand lama yang dulu merajalela, tetapi karena tidak dimanage dengan benar akhirnya marketsharenya menurun digilas kompetitor,” kata Alex.
 
Di pasar, tidak sedikit antar merek bertukar posisi karena faktor persaingan. Memang, persaingan semata tidak membuat sebuah merek jatuh. Namun, persaingan yang cerdik dan dilakuan secara smart bisa membuat merek yang posisinya berada di bawah naik urutan ke atas.
 
Jika mau mengambil contoh, mungkin bisa dilihat dari kinerja merek sebuah kendaraan roda dua. Dulu, merek Yamaha hanya bertengger di nomor tiga. Berkat inovasi produk dan kemudian gencarnya komunikasi bisnis, merek ini mampu menduduki posisi nomor dua. Bahkan, penjualan untuk bulan-bulan tertentu mampu mengalahkan merek Honda.
 
Yang jelas, persaingan bisa membuat satu produk menaiki anak tangga ke atas. Sebaliknya, persaingan juga bisa membuat sebuah merek menuruni anak tangga. Hal ini sangat lazim dalam bisnis. Meskipun biasanya untuk merek yang sudah kuat, sulit digoyang dari posisinya.  
 
Karena itu treatmen terhadap merek harus prima dan harus tetap awas terhdp setia perkembangan pasar dn kompeitior. Jika sebuah bradn sudah sangat kuat, biasanya, dia menjadi tren setter. Sehingga posisinya selalu diikuti.  Situasi seperti itu sangat menguntungkan, karena dengan demikian, tidak mudah mengalahan merek seperti ini. Kecuali, merek itu mengalami cacat yang bersifat permamen, seperti merek Presiden Taxi yang tidak mungkin bisa dihidupkan kembali.