Sang Maestro Meluncurkan Kedai Bakso Kekinian

Nama Bedi Zubaedi sudah tak asing lagi di belantika industri franchise Indonesia. Namanya kesohor sebagai pebisnis kuliner yang sukses membidani merek-merek kuliner di kategori bisnisnya di bawah payung bisnis Bedi Corporation. Sebut saja Huma Steak, Bedilicious, Nomi-Nomi Delight, Ayam Kampung Hj. Listiawati, dan AGTL Ny. Nanny. Bedi juga founder waralaba merek ayam terkenal, Quick Chicken.

Awal tahun 2020, pria yang meraih penghargaan Asia Pacific Entrepreneur Award 2011 untuk kategori most promising ini kembali menggebrak industri kuliner dengan melahirkan merek Makan Bakso.

Bukan Bedi namanya kalau tidak melahirkan sesuatu dengan ciri khas yang berbeda. Sang Mastro kali ini juga meluncurkan kedai bakso yang berbeda dengan resto bakso pada umumnya, yaitu menghadirkan bakso kekinian dengan sensasi makan bakso yang berbeda dengan yang sudah ada, dengan rasa yang kenyal, nikmat, unik, dan memuaskan.

Berbagai menu bakso yang tersaji di Makan Bakso mengundang selera. Sebut saja bakso polos, urat, jumbo dan ditambah bakso kekinian dengan isi keju, mozarela, serta yang paling istimewa adalah bakso Tamago, yaitu telur ceplok setengah matang yang disajikan di atas bakso dan mie.

Menu istimewa lainnya yang tak boleh dilupakan adalah bakso sumsum. Inilah cita rasa istimewa Makan Bakso di mana tertuang di dalam kuah kaldunya, yaitu ada consommé, sumsum, iga, ditambah baksonya yang lezat dan sensasi paduan telur setengah matang. “Sehingga menu Makan Bakso memiliki gizi dan energi yang tinggi,” ungkap Bedi.

Untuk menghasilkan bakso yang berkulitas istimewa, Bedi tidak sembarangan dalam memilih bahan bakunya. Pihaknya menjaga mata rantai proses pembuatannya mulai dari daging sapi Bali segar hasil potongan langsung, kemudian diolah menggunakan peralatan yang seluruhnya stainless steel, selanjutnya dikirim ke cabang-cabang dengan sesuai standar. Sehingga jaminan 99% kualitas tinggi terjamin sesuai standar.

Tidak sampai di situ. Bedi juga tidak sembarangan dalam menggunakan daging sapi sebagai bahan baku utama bakso. Makan Bakso mempergunakan daging Sapi Bali. “Sapi Bali ibaratnya ayam kampung makanannya rumput, sehingga membuat daging kenyal dan gurih. Untuk bakso, kami murni hanya mencampur daging dengan bumbu,” jelas dia.

Dengan demikian, kata Bedi, Makan Bakso menghadirkan bakso dengan rasa dan konsep yang berbeda, dengan jaminan utama kebersihannya, kehalalannya menu yang unik dan harga terjangkau.

Diakui Bedi, kategori bakso masuk ke dalam ‘makanan sejuta umat’. Akan tetapi, jika yang ditawarkan adalah konsep baru dan menu yang unik, Makan Bakso tidak takut bersaing. “Saya percaya ‘Makan Bakso” akan menjadi pilihan utama para Bakso Lover,” tandasnya.

Walhasil, Makan Bakso pun menjadi alternative kuliner bakso yang diminati bakso lover. Sejak berdiri pada bulan lalu, kedai ini selalu ramai dikunjungi banyak pengunjung.

Untuk menjaga pertumbuhan bisnisnya, Bedi akan merawat bisnis ini sebagaimana merawat buah cinta. Karena itu, faktor service, kebersihan, kecepatan dan kejujuran menjadi prinsip bisnisnya.

Benita Adzani, Managing Director Makan Bakso mengatakan, sampai akhir 2020 Makan Bakso menargetkan dapat membuka 10 resto milik sendiri. Benita meyakini target itu akan terpenuhi mengingat pondasi dan profesionalitas dari manajemen Makan Bakso yang sudah teruji dan berpengalaman. Makan Bakso pun bisa menjadi peluang bisnis yang menguntungkan.

Apalagi, kata dia, Makan Bakso akan memberikan perhatian penuh atas berjalannya bisnis mitra melalui support principal.

Bagi calon mitra bisnis yang berminat dengan peluang usaha Makan Bakso, setidaknya calon mitra dapat menyiapkan investasi senilai Rp 150-400 juta untuk membuka resto Makan Bakso tergantung kondisi ruko. Makan Bakso menawarkan dua konsep kerjasama kepada calon mitranya. Yakni, manage by principal atau manage by mitra.

Zaziri