Produk atau Sistem, Lebih Penting Mana?

Sebelum meluncurkan sistem franchise, dipastikan sebuah bisnis memiliki produk unggulan yang banyak disukai masyarakat. Tanpa produk unggulan sebuah sistem pun tidak bisa berbuat banyak.

Sebuah bisnis tanpa produk unggulan yang banyak diminati oleh masyarakat dipastikan tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu, dalam bisnis produk merupakan element utama bagi kelanjutan bisnis kedepannya. Tanpa produk yang ciamik mustahil perusahaan akan berkembang baik. Tanpa produk inovatif, jarang ada bisnis yang bisa mencapai puluhan, bahkan ratusan tahun. Jadi produk yang bagus adalah syarat mutlak bagi perkembangan bisnis kedepannya.

Meski demikian, sebuah produk tanpa dibantu oleh element pemasaran dan sistem bisnis yang mumpuni, juga tidak jarang sebuah bisnis menjadi melambat, bahkan gagal di tengah jalan. Pasalnya, produk tidak bisa jalan sendiri dan datang ke tangan konsumen, melainkan harus dibantu oleh sistem distribusi dan pemasaran yang baik.

Nah, sistem distribusi dan pemasaran itu banyak macamnya. Ada yang menggunakan  pola distributor, keagenan, buka cabang sendiri, lisensi, bahkan franchise. Pola yang terakhir ini belakangan cukup marak di Indonesia. Bisnis yang menggunakan pola franchise dalam memasarkan dan mendistribusikan produknya belakangan ini sedang menjadi trend di Indonesia.

Banyak perusahaan yang semula muncul dari UKM kemudian berkembang menjadi besar dan memiliki banyak cabang setelah menggunakan pola franchise. Es Teler 77, Kebab Turki, Melia Laundry, dan sebagainya adalah contoh perusahaan yang lahir dari UKM. Setelah mereka menerapkan bisnisnya dengan pola franchise, bisnisnya melambung dengan cepat. Jumlah cabangnya pun menjamur menjadi puluhan hingga ratusan dalam waktu yang relatif singkat.

Dari luar negeri pun begitu, merek-merek seperti Mc Donald, Burger King, KFC, A&W, Pizza Hut, Domino Pizza, Coffee Bean, Baskin Robin, EF, BBQ Chicken, Yakun Kaya Toast, BreadTalk, Circle K, merupakan merek-merek dunia yang menjelajah pasar luar daerahnya lewat sistem franchise.   

Tidak hanya franchise, lewat model keagenan dan distributor, sebuah produk, baik yang berkelas maupun kecil, bisa menyusuri pasar terpencil sekalipun. Sebut saja Sosro, Aqua, Coca Cola, Ice Cream Walls, Yakult, Sampoerna Mild, Indomie, BMW, Mercy, dll merupakan contoh produk yang sukses dipasarkan dengan model distributor dan keagenan.

Selain itu, siapa yang tidak kenal dengan merek sekelas Haryley Davidson, Zarra, SOGO, Nike, Adidas, adalah merek-merek yang datang ke Indonesia melalui jalur lisensi.   

Begitulah kekuatan sebuah sistem bisnis mengantarkan suatu produk ke konsumen. Produk-produk tersebut mana mungkin jalan sendiri ke pasar Indonesia. Apapun produknya, baik produk-produk premium maupun produk consumer good yang biasa dikonsumsi oleh semua kalangan, pasti membutuhkan sistem distribusi dan pemasaran.

Perlu Produk Unggulan

Kendati demikian, bukan berarti sistem bisnis dan pemasaran bisa seenaknya memaksa konsumen membeli sebuah produk. Sehebat apapun sistem bisnis sebuah perusahaan, sekuat apapun sistem distribusinya, semuanya akan percuma jika produknya tidak disukai konsumen. Untuk beberapa waktu mungkin berhasil, tapi kedepannya produk tersebut akan ditinggalkan konsumennya.

Sebab itu, membuat produk yang marketable dan disukai oleh konsumennya merupakan suatu syarat yang tidak bisa diubah lagi jika sebuah perusahaan ingin berkembang. Sebagian produk-produk yang saya sebutkan di atas tadi adalah produk-produk yang disukai masyarakat sepanjang masa. 

Lalu bagimana dengan produk franchise? Jika berkaca kepada produk-produk seperti McD, Pizza Hut, KFC, Es Teler 77, dan sebagainya adalah perusahaan yang memang produknya sudah disukai terlebih dahulu oleh masyarakat. Setelah populer dan menjadi trend,  mereka pun membangun sistem bisnis franchisenya untuk dikembangkan ke wilayah dan pasar yang lebih luas lagi.

Namun sekarang ini trend franchise di Indonesia justru kebalikannya. Mereka ramai-ramai membuat bisnis franchise meskipun produknya belum unggulan. Malah kadang kalau di pameran franchise, setiap ada produk baru mereka buat franchise dan langsung ditawarkan kepada calon franchisee.

Jadi seolah-olah franchisor hanya menjual konsep bisnis saja tanpa meperhatikan aspek produk. Jadi menurut saya, baik franchise maupun BO, itu harus diperhatikan dulu produknya. Bukankah syarat sebuah bisnis layak difranchisekan jika Ia sudah memiliki persyaratan dalam hal produk. Diantaranya, pertama produk tersebut diminati oleh konsumen dalam jangka waktu yang panjang. Kedua, memiliki consumer base yang luas. Ketiga, membuat produk-produk inovatif sebagai pelengkap produk unggulannya.

Sebab itu, dalam bisnis franchise harus ada tim riset and development yang tugasnya meriset dan membuat produk-produk tersebut inovatif. Agar senantiasa customer-nya tidak jenuh dan produk tersebut menjadi usang. Di Indonesia, saya lihat keuletan franchisor dalam membuat produk inovatif itu kurang. Kalau sudah membuat suatu produk unggulan, ya sudah mereka sibuk menawarkan franchise saja.

Padahal, kalau kita lihat pengunjung yang datang ke gerai Es Teler 77 itu tidak semuanya makan es telernya. Mereka juga senang dengan nasi goreng, mie goreng, otak-otak, bakso. Belakangan, Es Teler 77 juga membuat Resto Es Teler 77, dimana dalam gerai tersebut terdapat makanan berat seperti Sop Buntut, Ayam Pindang, dan sebagainya.

Anang Sukandar

Chairman Asosiasi Franchise Indonesia