Pesatnya Pertumbuhan Gerai Tidak Menjamin Sustainability Bisnis

Pesatnya Pertumbuhan Gerai Tidak Menjamin Sustainability Bisnis

Majalah Franchise kerap merilis Franchise Best Seller, yaitu survei bisnis franchise dan business opportunity yang jumlah gerainya meningkat tajam sepanjang tahun. Dalam survei tersebut didapatkan sekitar puluhan usaha franchise dan business opportunity yang perkembangan gerainya melampaui para pesaingnya di masing-masing katagori bisnis. Pesatnya jumlah gerai dalam bisnis franchise memang menjadi prestasi tersendiri. Dari situ bisa dilihat bahwa bisnis mengalami growth sekaligus menunjukan bisnisnya semakin diminati.

Namun demikian, pesatnya pertumbuhan gerai bukan berarti ukuran keberhasilan dalam sebuah bisnis waralaba. Ukuran keberhasilannya baru akan terlihat pada 5 tahun kedepan. Apakah pertumbuhan tersebut bisa diimbangi dengan kualitas kinerja gerai yang baik, apakah pesatnya pertumbuhan gerai dapat mendatangkan jumlah konsumen, dan mampukah gerai gerai tersebut mencetak omset bisnis yang baik dan membuat bisnisnya tetap sustain. Sebab, pesatnya pertumbuhan gerai bukan lantas menunjukan sustainability bisnis.

Pasalnya, banyak fakta memperlihatkan kegagalan bisnis franchise yang tumbuh terlalu cepat, namun memiliki life cycle yang pendek. Anda pasti ingat sebuah merek business center yang dahulu sangat digdaya dan sudah memiliki jumlah gerai hampir 100. Bahkan, bisnisnya sudah ancang-ancang akan go internasional. Namun faktanya kini, hampir semua gerainya sudah tutup, padahal mereknya sudah sangat kuat. Anda juga tentunya ingat merek burger yang pertamakali menggunakan booth di Indonesia. Lima tahun lalu, hampir di setiap sudut kota Jakarta bertengger boothnya. Namun kini, mereknya sudah tidak lagi bersinar.

Penyebab jatuhnya merek yang dahulu super ekspansif dan menjadi jagoan di katagori bisnisnya banyak faktor. Salah satunya adalah pasar yang sudah jenuh dan produk yang kurang diminati. Salah satu kelemahan merek franchise di Indonesia memang kurang pandai membuat brand sustainability sekelas KFC, McD, Subway, Starbucks, A&W, dan sederat merek lain yang tetap eksis melintasi jaman. Padahal, produk utamanya dari dahulu ya itu itu saja. KFC dari dahulu tidak pernah mengubah menu utamanya, tetap saja Ayam Goreng, begitupun McD yang tetap beken dengan burgernya. Sementara Starbucks tetap digilai kopinya, dan Subway tetap menjual sandwich selama puluhan tahun.

Yang menjadi pertanyaan besar, mengapa mereka (merek luar) tetap eksis puluhan tahun meskipun ekspansif, sementara merek franchise kita cepat berguguran kala memasuki tahun kelima, dan kurang bersinar ketika menapaki tahun ke-10. Itu semua tidak lepas dari kemapuan dan skill franchisor luar negeri yang memiliki visi bisnis jangka panjang. Berbeda dengan franchisor Indonesia yang cepat puas ketika produknya sudah merajai pasar Indonesia dan ekspansif mengembangkan gerainya.  Mereka belum begitu serius menggali visi bisnis hingga 20 tahun, bahkan 50 tahun kedepan. Maka, ketika bisnis sudah menapaki tahun ke 10 saja produknya sudah kurang diminati, beberapa merek produknya justru sudah jenuhi pasar.

Untuk itu, kembali ke franchise best seller. Bagi merek yang sukses menggelembungkan jumlah gerainya dalam waktu singkat jangan dulu puas. Sebab, tantangan kedepan bukan hanya terletak pada bagaimana mendaptkan calon mitra franchise sebanyak mungkin, namun bagaimana agar kinerja gerai tetap berjalan dengan kualitas yang baik. Disamping itu, franchisor sebagai pemilik merek harus terus berupaya membuat strategi bisnis jangka panjang, agar pasar yang digagahi tetap produktif dan tidak cepat jenuh. Selain itu, yang lebih penting lagi adalah infrastruktur yang menjadi penopang sebuah bisnis harus lah sudah solid dan mapan.

Beberapa infrastruktur yang harus dikembangkan guna menunjang kinerja bisnis dinataranya adalah pertama, organisasi bisnis franchise. Franchisor haruslah membuat organisasi bisnis yang baik. Membuat berbagai divisi untuk menangani tiap urusan bisnis. Mulaih dibuat terpisah antara divisi marketing dengan franchise development, bidang keuangan dan operasional, bidang pengembangan produk dengan IT, bidang training dengan HRD dan sebagainya. Itu semua agar lebih fokus dan professional.

Yang kedua, franchisor haruslah membuat manajemen yang kuat. Gaya majamen yang dahulu sangat didominasi keluarga harus sudah ditanggalkan. Mulailah dengan prinsip prinsip modern, mengedepankan transfaransi dan professionalisme, yakni mengandalkan tenaga yang professional di bidangnya untuk mengelola urusan bisnis.

Ketiga, buatlah visi serta misi jangka panjang, baik pengembangan bisnis maupun strategi bisnis. Managemen franchise tidak berhenti dan jemu-jemu mengadakan inovasi serta tekun mengadakan perbaikan/perubahan, sehingga selalu tampil terdepan dalam industri bisnisnya.

Keempat, mulailah sadar akan branding dan marketing. Karena kedepan produk dan merek Anda yang akan  menjadi taruhan bisnis, bukan lagi sistem dan konsep semata. Pasalnya, pasar kini tidak lagi diam, namun Ia bergerak dan terus disesaki produk baru. Oleh sebab itu, franchisor yang cerdik Ia pasti akan terus memperhatikam pergerakan pasar, tidak hanya tiap hari namun tidak detik. Karena sedikit saja  franchisor lengah, maka ia akan disalip pesaing. Jadi jangan fokus pada ekspansi gerai saja, namun lihat pasar dan skill Anda sebagai franchisor.

Anang Sukandar

Chairman Asosiasi Franchise Indonesia