

Berbicara scaling up adalah bicara membesarkan bisnis. Berbicara mengembangkan bisnis tentu saja tak lepas dari faktor pengelolaan finansial. Pasalnya, mutahil membesarkan bisnis jika pemilik bisnis tidak cakap mengelola keuangan perusahaan. Umumnya, faktor tersebut terjadi di kalangan UMKM dan pemain BO, sehingga bisnisnya sulit berkembang dan sustain.
Untuk itu, pentingnya membuat financial management. Pengelolaan keuanguan setidaknya harus disesuaikan dengan aktivitas perusahaan. Dalam pengelolaan keuangan perusahaan harus memperhatikan 3 hal aktivitas utama, yaitu Pengelolaan Cash Flow Investasi, Pengelolaan Cash Flow Operational dan Pengelolaan Cash Flow Financing.
Ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi proses scaling up sebuah bisnis. “Ketika pelaku bisnis sedang melakukan scale up, pasti akan melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan seperti ekspansi lokasi baru, buka cabang baru, menambah karyawan baru, dan sebagainya. Nah untuk memenuhi ini semua cash flow-nya harus dipersiapkan,” kata Sutrisno Yulianto.
Menurutnya, para pemain UMKM dan BO belum melakukan perencanaan-perencanaan seperti perencanaan seperti yang disebutkan di atas. Padahal pengelolaan yang baik harus dimulai dari perencanaan dan dilakukan evaluasi secara bertahap. Paling tidak, kata Sutrinso, stakeholder harus bisa mengatur 3 cash flow utama.
Bagaimana UKM dan BO mengatur 3 cash flow utama? Apa saja yang sering sering diabaikan mereka ketika mengelola arus kas? Seberapa baik para UKM memiliki kemampuan melakukan prioritas dalam mengeluarkan arus kas di operasional, kegiatan investasi ,dan financing?
Berikut wawancara Zaziri, wartawan Majalah Franchise dengan Sutrisno Yulianto, STP, MM, President Director SAIN Learning & Consulting yang ditemui di sela-sela kesibukannya di Kuningan City, Jakarta Selatan, bersama Febrianti Tri Wardhani, Direktur Marketing & Networking PT. Sahabat Akademika Indonesia (SAIN Learning & Consulting). Petikannya:
Umumnya, bagaimana meningkatkan scaling up dalam bisnis?
Setiap pemilik atau pengelola bisnis selalu akan menginginkan bisnisnya berkembang terus dari waktu ke waktu. Dan bisnis yang berkembang pasti dikelola oleh orang yang senang terhadap bisnisnya tersebut. Dalam setiap bisnis, pada fase-fase awal biasanya akan ditemuai kondisi-kondisi yang berbeda dari apa yang dibayangkan oleh pemiliknya, hasilnya belum kelihatan. Nah, pada fase itu si pelaku bisnis itu tahan tidak? Kalau pada fase ini pelaku bisnis tersebut tahan dan menikmati kondisi atau setiap tantangan yang ada, maka scaling up akan terjadi dengan sendirinya.
Bagaimana proses scaling up bisnis berjalan?
Biasaya tergantung dari 3 hal utama yang menjadi perhatian para pemilik atau pengelola bisnis. Pertama, bagaimana pemilik bisnis membangun produktivitas-nya. Artinya kalau bulan ini bisa jualan 50 juta, bulan depannya harus 100 juta, bulan depannya lagi harus bisa 200 juta dan seterusnya. Faktor produktivitas itu yang harus dijaga oleh pengelola bisnis. Nah bagaimana menjaga produktivitas itu?Pada saat produktivitas meningkat itu kan akan nada limitasinya, maka para pemilik bisnis juga harus memikirkan tentang jumlah cabang, jumlah tenaga penjual (marketing) dst.
Kedua, pemilik bisnis harus berpikir membuka cabang baru, membuat duplikasi atas keberhasilan yang telah dibuat dalam bisnis yang ada. Jadi bisnisnya yang sudah jadi harus diduplikasi ke tempat lain atau cabang lain, sehingga produktivitasnya bisa diiringi dengan pertumbuhan jumlah outlet/cabang. Maka secara otomatis skala bisnisnya akan meningkan ( mengalami scaling up).
Ketiga, mengoptimakan network atau jaringan yang dimilikinya. Pemilik usaha yang bisnisnya mulai berkembang harus mencari /mengembangkan network baru, partner baru, untuk menjangkau customer baru yang menjadi target marketnya.
Jika ketiga fungsi itu dijalankan dengan baik, bisnis apapun yang dijalankan pasti akan naik.
Apakah ada tips untuk mengembangkan bisnis bagai para startup?
Nah ini sedikit tips bagi para pemain start-up dalam mengembangkan bisnis atau usahanya. Agar bisnis cepat berkembang, maka product & jasa yang dijual memiliki uniqueness Value Product. Unique Value tersebut bisamenjadi ketiga hal ini yaitu: Yang Pertama, Yang Terbaik atau Yang Berbeda.
Contohnya menjadi Yang Pertama, seperti produk Air Mineral orsng akan selalu ingat atau mengatakan mau Beli Aqua, kalau ingin membeli air mineral walaupun sekarang ada banyak merk lain yang saat ini tumbuh dengan baik. Itu karena merek Aqua berhasil menanamkan Brand yang pertama.
Nah, BO-BO itu kan rata-rata follower, kalau tidak bisa menjadi yang pertama, harus berusaha menjadi yang terbaik. Yang pertama mudah dilihat, nah untuk menutup pesaing (pelopor), maka harus menjadi yang terbaik. Kalau tidak bisa menjadi yang pertama dan terbaik pun, maka harus berusaha menjadi yang berbeda.
Scale up sendiri sebetulnya istilah dari mana?
Scale up itu sebenarnya suatu istilah bagaimana para pengelola bisnis mengejar skala bisnis tertentu. Sebagai contoh, sekarang saya menjalankan beberapa bisnis, salah satunya adalah bisnis konsultansi management & pelatihan-pelatihan (pengembangan SDM). Selalu saya katakan kepada seluruh team saya bulan ini kita harus fokus menggarap segmen ini, bulan berikutnya kita menggarap segmen yang lain. Omset dari bulan ke bulan kita kejar selalu meningkat agar akhir tahun ini kita bisa mencapai omset sekian dan mendapatkan profit sekian.
Memulai proses scaling up itu dari mana?
Menjalankan atau mengelola Bisnis itu gampang-gampang susah, maka para pemilik atau pengelola harus memiliki hai yang senang dalam menjalankan bisnisnya tersebut. Pemilik bisnis harus membuat blue print terlebih dahulu terhadap bisnisnya. Bisnisnya itu akan dibawa kemana, akan menjadi sebesar atau seprti apa? Akan menjangkau segmen mana saja? Atau dalam bahasa managemetnya harus ditentukan visi, misi dan target bisnisnya. Blue print ini akan sangat membantu para pengelola usaha untuk mencapai skala bisnis yang diinginkan. Dalam pelaksanaannya tentunya akan selalu dilakukan monitoring dan evaluasi-evaluasi atas pencapaian yang telah didapat dalam periode berjalan.
Apa saja kendala melakukan scaling up?
Pertama, biasanya bisnis gagal kalau pemilik atau pengelola tidak memahami marketnya. Misalnya, saat ini yang dibutuhkan para anak muda untuk masuk ke kedai kopi apabila mereka menyediakan susana yang enak, fasilitas free wifi, secangkir kopi yang biasanya murah di beli di tempat lain dapat laku dengan harga yang lebih tinggi karena adanya fasilitas tersebut.
Kedua, yang menjadi kendala adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Walaupun pemilik bisnisnya jago, tapi tidak di tularkan kepada karyawan ataupun stakeholder yang lain, maka akan sulit untuk mencapai scale up atas bisnisnya. Faktor SDM ini menjadi sangat penting & Kunci dalam meningkatkan skala bisnis
Ketiga, kendala yang ketiga biasanya Faktor Finansial. Prinsip Faktor Finansial ini sebenarnya sederhana yaitu pelaku atau pengelola bisnis harus mampu menyediakan dana/Uang (Cash Flow) pada setiap kebutuhan bisnis yang ada. Karena setiap aktivitas bisnis selalu harus didukung tidak hanya dengan dana yang cukup saja, tetapi pas pemenuhan kebutuhannya.
Nah, bagaimana faktor Finansial mempengaruhi proses scaling up bisnis?
Ketika bicara bisnis maka setiap orang akan bicara MODAL. Banyak Orang berpikir modal identik dengan UANG. Padahal, MODAL itu menurut saya singkatan dari Mengolah Otak Dengan Amat Lancar. Nah, jadi kalau kita bisa memutar otak, gak punya uang pun kita bisa mengelola bisnis dengan baik. Artinya, faktor pengelolaan yang jauh lebih penting. Finance itu terkait dengan pengelolaan.
Bisa diuraikan secara detail?
Pengelolaan itu harus disesuaikan dengan aktivitas perusahaan. Dalam pengelolaan keuangan perusahaan biasanya yang harus diperhatikan 3 hal aktivitas utama dalam pengelolaan Cash Flow Perusahaan yaitu : Pengelolaan Cash Flow Investasi, Pengelolaan Cash Flow Operational & Pengelolaan Cash Flow Financing.
Ketika pelaku bisnis sedang melakukan scale up, pasti akan melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan seperti ekspansi lokasi baru, buka cabang baru, menambah karyawan baru, dst. Nah untuk memenuhi ini semua cash flow-nya harus dipersiapkan. Biasanya BO-BO belum melakukan perencanaan-perencanaan seperti ini. Padahal pengelolaan yang baik harus dimulai dari perencanaan dan dilakukan evaluasi secara bertahap.
Paling tidak, stakeholder harus bisa mengatur 3 cash flow utama berikut. Pertama, akivitas pengelolaan arus kas untuk investasi; misalnya untuk pembukaan cabang baru, membeli mesin baru, membeli kendaraan baru dan aktivitas investasi lainnya. Sebelum aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan pemilik atau pengelola bisnis harus mempersiapkan ketersediaan arus kas (Cash Flow) nya. Berapa besar jumlahnya ?, Dari mana sumbernya? Kapan tersedianya ?
Kedua, mengelola arus cash untuk kegiatan operasional. Aktivitas operasional ini seperti : membayar gaji karyawan, membayar biaya listrik, membayar air PAM, membayar biaya telephone dsb. Agar semua kegiatan operasional perusahaan berjalan dengan lancer, maka pemilik/pengelola harus menghitung dan mengatur ketersedian arus kas nya, baik berapa jumlahnya, dari mana sumbernya maupunkapan diperlukan.
Ketiga, Pengeloaan Cash Flow Financing. Misalnya apabila pengelola bisnis akan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga seperti melakukan pinjaman ke bank, perusahaan multifinance, koperasi ataupun lembaga keuangan lainnya, maka harus dihitung dan diatur apakan cash flownya masih mampu membayar kewajiban-kewajiban yang akan timbul atas pinjaman tersebut.
Jadi pengelolaan Cash Flow atas ketiga hal utama tersebut menjadi concern penting bagi para pelaku bisnis baik pemilik ataupun pengelola. Karena di segmen UMKM pemilik dan pengelola biasanya masih sama (satu).
Dalam pengelolaan ketiga arus kas tersebut, apa yang sering diabaikan pelaku UKM?
Disiplin dalam praktek pengelolaan Cash Flow ini yang menjadi peran penting dalam mengembangkan usaha para UMKM. Makanya diperlukan perencanaan, perhitungan-perhitungan yang matang dan menjaga ataupun mengontrol pengelolaan arus kas yang ada.
Para pelaku UMKM benar-benar harus disiplin mengelola keuangannya dan dipisahkan dengan pengelolaan uang untuk kebutuhan rumah tangganya. Sehingga bila tiba-tiba dibutuhkan Cash Flow untuk tabahan order yang mendadak dananya tetap tersedia. Nah membuat perencanaan dan kedisiplinan dalam pengelolaan arus kas usaha ini yang mungkin sering menjadi permasalahan para pelaku usaha UMKM.
Ibaratnya gini, ketika para UMKM ngurusin omzet Rp10 juta perbulan, biasanya masih mudah saja. Namun ketika usahanya berkembang dan mulai harus ngurusin Rp 1 milar per bulan, mereka mulai bingung. Bagaimana pengelolaan uangnya ketika belum dipakai, dia tidak tahu. Akhirnya malah dimasukin ke cash pribadi misalny, hal ini bisa mengganggu.
Harusnya bagaimana?
Maka di sini lah pentingnnya pengelolaan arus kas. Arus kas harus dipisah mana yang kas usaha dan mana yang kas pribadi. Pelaku usaha yang sukses melakukan scale up adalah mereka yang berhasil memisahkan manajemen keungan pribadi dengan manajemen keuangan perusahaan. Selain itu harus diikuti juga dengan moral pemilik usaha yang baik.
Contoh lagi misalnya, biasa terjadi di kalangan UMKM. Apabila ada kebutuhan saudara yang sakit, kas usaha yang seharunya dipisah dia dipinjamkan kepada saudaranya tersebut. Tiba-tiba saja usahanya kedatangan order barang yang banyak. Dalam kondisi tersebut dia tidak bisa menggunakan uangnya untuk keperluan usaha, hal inilah yang menyebabkan kegagalan, order lepas dst.
Selain itu, apa lagi kesalahan yang dilakukan para UMKM?
Biasanya salah mengambil keputusan. Dalam mengelola bisnis, para UMKM ini harus mulai mengikuti cara berpikirnya Pemimpin yaitu “Berpikir dahulu, baru melakukan Action”. Jangan “Action Dulu Baru Berpikir “. Nah, kadang-kadang apa yang dilakukan oleh para UMKM itu masih lebih kepada Action Dahulu Baru Berpikir. Tidak melakukan perencanaan, gak salah juga sih kalau kondisinya tidak berubah tiba-tiba. Nah begitu kepentok, oh iya aku lupa cek barangnya, standar kualitasnya, dsb maka terganggulah bisnisnya
Tapi sekarang saya yakin, kesalahn-kesalahan seperti ini sudah jarang terjadi, karena banyak sekali pihak-pihak yang telah memberikan sharing ataupun pelatihan-pelatihan terhadap para pelaku BO-BO ataupun para pelaku UMKM.
Apakah BO-BO perlu jasa konsultan perencanaan bisnis, terutama perencana keuangan untuk manikin skala bisnisnya?
Orang itu ada yang pintar jualan tapi tidak pintar mengelola, ada yang pintar mengelola tapi tidak pintar jualan. Kombinasi kedua tersebut akan memberikan hasil yang lebih baik. Konsultan itu paling tidak dalam pikirannya adalah berpikir jangka panjang. Bila mau melakukan sesuatu, harus dihitung dulu. Mengeluarkan Rp 100 juta, kapan baliknya? Dengan cara bagaimana baliknya? Kalau UMKM terkadang begini berpikirnya, Mengeluarkan Rp 100 juta untuk bisnis, nanti kalau gagal bagaimana? Ah bisa cari yang lain. Pemikiran itu tidak bisa dalam bisnis.
Selain itu, konsultan juga mengarahkan segala aktivitas berdasarkan kondisi keuangan yang ada, prioritasnya harus sesuai dengan kondisi keuanguan yang dimiliki, kapan yang harus dilakukan, mana yang harus ditunda bulan ini dan bulan depan. Kemampuan melakukan prioritas dalam mengeluarkan arus kas di operasional, kegiatan investasi ,dan financing, adalah esensi dalam pengelonaan finansial.
Ini belum banyak dimiliki BO-BO maupun para start up di franchise. Sehingga pendampingan-pendampingan dari jasa keuangan yang masih sangat diperlukan. Tentunya yang fee pendambingannya tidak memberatkan pelaku usaha UMKM atau para BO-BO tersebut.
Yang paling vital di mana memprioritaskan arus kas?
Ketiga-tiganya vital, tetapi yang paling vital memang pengelolaan arus kas operasional, karena menyangkut kontinyuitas bisnis. Setelah itu baru pengeloaan cash flow financing (pinjaman bank, suplair, pihak ketiga seperti koperasi dll), agar bisa membangun kepercayaan, baru pengeloaan cash Flow Investasi, karena terkait dengan kebutuhan perusahaan jangka panjang.
Manajemen finansial secara sederhana dimulai darimana?
Kemampuan mengelola arus kas, antara kas masuk dan keluar harus seimbang. Segala aktivitas bisnis harus didasarkan pada ketersediaan kas yang ada sehingga perencanaan itu bisa tercapai. Karena Pengelolaan Keuangan (Financial Management) ini menjadi concern penting bagi para pelaku usaha UMKM & para BO-BO.