Nur Rama Data Kapentas, Kontraktor yang Banting Stir Jadi Pengusaha Kuliner

Dari seorang kontraktor ia sukses menggeluti usaha kuliner dengan brand Ayam Penyet Panglima. Omzet bisnisnya menggiurkan. Seperti apa kisah sukses Nur Rama Data Kapentas mengembangkan usaha ayam penyetnya?

Pria kelahiran Brebes ini mengawali kariernya dari seorang kontraktor pengadaan barang jasa pada tahun 2015. Di tengah kesibukannya iseng-iseng ia membuka usaha kuliner ayam penyet dengan modal Rp 25 juta bersama rekannya yang memiliki pengetahuan tentang usaha tersebut di daerah Cikarang, Jawa Barat. Namun apa daya usahanya tidak menuai hasil. Ia pun kembali fokus menekuni dunia konstruksi.

Pada tahun 2017, hatinya merasa sudah tidak cocok dengan karirnya sebagai kontraktor. Pria yang akrab disapa Rama ini kembali memulai usaha ayam penyet dengan merek Ayam Penyet Panglima. Kali ini ia tidak main-main untuk mengembangkan usahanya. Dengan modal Rp 100 juta ia menyewa sebuah ruko untuk mendirikan Ayam Penyet Panglima dengan konsep semi resto.

Tidak sampai di situ. Ia juga membuat badan usaha dan legal standing untuk membentuk sebuah perusahaan. Bahkan berencana akan mengambil pinjaman dari bank untuk membesarkan lagi usahanya. Tapi Rama tidak menyangka, omzet bisnisnya rupanya di luar ekspektasi. Dalam sehari Ayam Penyet Panglima mampu meraih omzet menggiurkan, bahkan sampai tembus Rp 10 juta di bulan Ramadhan. “Akhirnya saya tidak jadi pinjem di bank karena sudah ada modal untuk operasional selanjutnya dan juga buka cabang,” katanya.

Selanjutnya ia membuka cabang di daerah Depok, Serpong dan Jakarta Selatan. “Saat ini Ayam Penyet Panglima sudah memiliki 6 cabang yang kita kelola secara konvensional. Di tahun ini kita mulai menawarkan peluang bisnis kemitraan di Pameran Info Franchise Expo di ICE Expo BSD. Responnya sangat bagus kita mendapatkan 15 calon mitra potensial. Tapi yang sudah fix sekitar 6 mitra yang akan kita buka gerainya secara bertahap,” ujar Rama.

Rama mengatakan, dirinya sangat selektif memilih calon mitra bisnis karena itu ia tidak jor-joran dan asal terima investasi saja. “Kita perlahan lahan saja ekspansinya, tidak terlalu agresif. Sebab kita memilih mitra yang cocok dengan visi misi kita yang ingin tumbuh secara sehat dan baik dengan dukungan penuh dari manajemen Ayam Penyet Panglima,” ungkap Rama.

Manajemen Ayam Penyet Panglima kini sudah siap mensupport para mitra bisnis yang tergabung dalam PT WBM, singkatan dari Wangsa Brebes Miliarder yang kantornya berlokasi di Jl. Raya Krukut no 5 Depok, Jawa Barat. “Di kantor ini kita sudah memiliki sistem support yang memadai seperti tim hire SDM, tim Marketing, Training, tim survei lokasi, divisi suplai bahan baku, komunikasi, sehingga bisa mudah membicarakan Progres bisnis dan mengatasi kendala. Jadi kita sudah siap full support,” bebernya.

Ayam Penyet Panglima, sambungnya, menawarkan peluang bisnis kemitraan dengan dua paket investasi. Pertama, model kios dengan paket investasi Rp 253 juta. Kedua, model ruko dengan paket investasi sebesar Rp 325 juta. Mitra bisnis sudah mendapatkan semua perlengkapan bisnis termasuk biaya sewa kios dan ruko. “Jadi mitra bisnis tinggal jalan saja. Bedanya model kios dan ruko hanya pada kelengkapan menu saja. Menu di ruko lebih komplit ada paket iga. Sementara kalau di kios hanya paket ayam, bebek, lele dan es teh manis,” ujarnya.

Untuk paket ayam, lele, dan bebek harga menunya mulai dari Rp 15.000 sudah termasuk es teh manis. Sementara menu paket iga beserta es teh manisnya dibabdrol Rp 40.000. “Rata-rata omzet bisnis pergerai Rp 1,5 juta perhari. Itu gerai yang baru buka di Serpong hanya mengandalkan pengunjung datang, belum ada pesanan luar, pesanan online dan sebagainya. Diperkirakan mitra bisnis dapat balik modal dalam waktu 15 bulan,” kata Rama.

“Andaikan belum balik modal di waktu yang dijanjikan kita siap buy back kembali apabila mitra tidak ingin melanjutkan kerja samanya. Kita beli kembali, kita tutup sisa modal yang belum kembali. Kita berani garansi,” tandas pria kelahiran Brebes tahun 1995 ini.

Pria yang hobi seni silat Tak Chi ini menuturkan kelebihan dan ciri khas Ayam Penyet Panglima dibandingkan persaingnya. Menurutnya kelebihan Ayam Penyet Panglima ada pada sambalnya. “Kita berani di sambalnya, ada tiga jenis sambal yang disajikan yaitu sambal Lamongan, sambal Korek dan sambal khas Brebes. Disamping itu harga menu yang kita tawarkan sangat terjangkau mulai Rp 15 ribu sudah dapat es teh manis. Kelebihan lainnya sudah berbadan hukum,” jelasnya.

Rama menuturkan, banyak suka duka yang dilaluinya selama menekuni usaha Ayam Penyet Panglima. Antara lain pernah ditipu dengan suplair nakal, pernah pula dinakalin karyawannya. “Pernah omzet sampai kompor gas dibawa kabur karyawan. Pernah dinakalin suplair dengan didatangkan ayam kurang bagus padahal sudah kontrak 4 bulan. Pelajarannya saya kini tidak pakai sistem kontrak agar ayam dengan kualitas terjamin dari suplair,” katanya.

Sebar Proposal di Masa Pandemi

Masa pandemi merupakan masa-masa suram bagi kebanyakan para pelaku usaha. Disamping harus mengalami penurunan omzet yang sangat signifikan, pelaku usaha juga harus menerima kenyataan pahit yaitu mengurangi jumlah karyawan, salah satu hal yang paling tidak enak diputuskan pelaku usaha apalagi karyawan yang sudah loyal dan berkinerja baik. “Mau tidak mau saya pun harus memangkas jumlah karyawan ketika pandemi di awal-awal,” ucapnya lirih.

Namun demikian, Rama juga tidak tinggal diam atas kondisi sulit yang menimpa usaha ayam penyet yang baru saja didirikannya. Beruntung ia punya koneksi dan pengalaman sewaktu bekerja menjadi kontraktor. Maka ia datangkan para petinggi perusahaan-perusahaan di kawasan Cikarang untuk ditawarkan proposal pesanan. “Dari situ cukup banyak pesanan, rata-rata pesan 100 paket. Pesanan tersebut begitu membantu usaha saya di masa sulit,” kisahnya.

“Selanjutnya saya pasang banner menerima pesan antar untuk acara-acara yang bisa dikirimkan di masa yang tidak boleh berkerumun di ruang publik. Pesanan dari Go Food juga membantu usaha saya sehingga alhamdulillah tidak ada gerai yang tutup di masa pandemi,” pungkasnya.

Zaziri