Mengoptimalkan Penjualan Melalui Affiliate Marketing

Salah satu pola pemasaran yang kini bisa diterapkan di era internet adalah affiliate marketing. Seperti apa konsep pemasaran ini? Seberapa powerfull meningkatkan penjualan?   

Pola pemasaran kian berkembang sejak munculnya era kebebasan konsumen saat ini. Berbeda di abad pertanian atau industri dahulu di abad 19, perusahaan tidak begitu aware dengan istilah pemasaran atau manajemen sekalipun, karena hanya beberapa perusahaan yang mengendalikan suatu produk. Di era tersebut, konsumen tidak bisa berbuat apa-apa karena produsen yang memiliki kuasa penuh mendistribusikan produk. Saat itu juga belum banyak perusahaan sehingga kompetisi tidak begitu penting.

Tapi di era pasca industri saat ini, era yang tengah memasuki abad informasi, teknologi dan internet, gelombang peruabahan pun berbalik arah. Di era ini perusahaan tidak lagi memiliki kuasa penuh karena konsumen dimanjakan banyaknya produk dari berbagai perusahaan. Bahkan beberapa perusahaan mempersilahkan konsumen memesan dan membuat produk yang sesuai keinginannya. Konsumen juga dimudahkan dalam beberlanja online sejak pesatnya penetrasi internet dan smartphone.  

Maka, pola pemasaran pun semakin berekembang. Jika dahulu ada istilah marketing mix, segementasi targeting, positioning, branding, diferensiasi dan sebagainya. Kini, muncul istilah horizontal marketing, digital marketing, dan juga affialiate marketing. Jenis pemasaran tersebut adalah produk dari era internet. Pemasaran tidak hanya dikendalikan perushaaan besar saja, perusahaan kecil, bahkan personal pun bisa melakukan pemasaran.

Nah, pola pemasaran yang disebutkan terakhir juga tengah banyak digunakan saat ini selain pola-pola pemasaran lainnya seperti WOM Marketing dan sebagainya. Affialiate marketing merupakan satu cara untuk memasarkan sebuah produk dengan meminta orang lain untuk mempromosikan barang tersebut, dan menjanjikan sejumlah komisi apabila barang tersebut terjual. 

Sunil Tolani, CEO sekaligus Co founder Idaff mengatakan, konsep pemasaran affiliate marketing sebenarnya bukan suatu yang baru. Intinya, marketing affiliate ini tidak perlu capek buang uang untuk promosi produk tetapi bisa diberikan ke orang-orang yang promosiin produknya. “Di Idaff, kami mempertemukan pemilik produk, pembeli, promotor. Promotor ini bisa mereka pemilik produk, atau bahkan pembeli. Promotor itu bebas, dia mau promosikan produk apa aja silahkan,” katanya.

Sampai saat ini, kata dia, Idaff masih sebatas menawarkan produk digital dan menggunakan sistem digital online karena semua sistem kita buat automatis. Tetapi untuk produk fisik bukan tidak mungkin, saat ini kita masih melakukan uji coba sistem untuk produk fisik dan onproces pembangunan infrastrukturnya. 

Karena untuk produk fisik ini, sambungnya, butuh perlakuan khusus, butuh komitmen pemilik produknya, karena akan terkait dengan drop shipping-nya. “Bisa tidak mereka melakukan proses pengiriman ketika terjadi lonjakan permintaan dari promotor? Jangan sampai tidak mampu produksi dan melakukan pengiriman pesanan ke pelanggan,” jelasnya.  

Namun demikian, Sunil menekankan sekarang ini era digital sudah saatnya ke arah affiliate marketing. “Idaff ini dibangun karena melihat perekonomian Indonesia bahwa kita butuh membangun banyak entrepreneur tetapi kita juga perlu bangun security system nya,” katanya. 

Suni menjelaskan, cara Idaff mengaplikaiskan konsep affiliate marketing ialah mempertemukan pemilik produk, pembeli, dan promotor. Ketiganya ini bisa menjadi apa saja. “Misal pemilik produk mau menjadi promotor yang mempromosikan produk yang ada, atau bisa juga ia menjadi konsumen karena tertarik dengan produk yang ditawarkan di Idaff,” paparnya. 

Saat ini, kata Sunil, Idaff sudah memiliki lebih dari 40 ribu user, semua bekerja by sistem yang sudah kita otomatisasi. Pemilik produk hanya login, menginput data produknya, harganya, besaran komisi yang diberikan ke promotor, dan ketika ada yang terjual oleh promotor maka hasil penjualannya langsung terakumulasi berapa yang ke pemilik produk dan berapa yang ke promotor. “Semua by sistem automatis tadi,” katanya.

Beberapa produk-produk yang bisa dijual di Idaff contohnya produk digital, misal e-book, software accounting, resep-resep masak, video-video tutorial, dan lain-lain. “Semua produk ini bisa dijual secara massal melalui sistem yang kita ciptakan,” ungkap Sunil.   

Memang banyak yang sudah melakukan produk semacam itu, akan tetapi menurut Sunil, mereka harus melakukan transaksi manual. Misal punya 1.000 promotor berarti dia harus melayani transaksi sebanyak itu. Sementara Idaff mengotomatis sistem itu melalui bank transfer virtual account bisa kartu kredit, dan sistem pembayaran lain. “Sehingga Idaff mempermudah konsumen untuk membeli karena langsung bisa bertransaksi dan useratau pemilik produk bisa langsung menerima notifikasi pembayarannya saat itu juga,” katanya.  

Manfaat yang ingin Idaff kembangkan adalah memungkinkan digital marketer untuk memasarkan produk sebanyak-banyaknya tanpa harus menjadi product creator. Dan bagi product creator, kata Sunil, tidak perlu susah payah memasarkan produknya dengan biaya pemasaran yang cukup besar, tetapi cukup dengan membagikan komisi produknya maka akan dapat dipasarkan oleh banyak marketers.

“Dengan model bisnis seperti ini maka diharapkan sebanyaknya masyarakat dapat terlibat untuk mengembangkan pendapatannya. Karena ini proses yang relatif mudah, dan juga nanti mereka akan ditraining terlebih dahulu,” tambahnya.

Jahja Soenarjo, DIREXION Strategy Consulting mengatakan, Affiliate Marketing ini dasarnya membership sehingga bisa saling merekomendasikan satu sama lain. Konsepnya sebenarnya bagaimana orang bisa mendapatkan income secara paruh waktu tetapi bebas. Sehingga bisa menjadi alternatif untuk mereka yang ingin mendapatkan penghasilan. “Misalnya ibu rumah tangga yang aktivitasnya di rumah, dengan konsep ini mereka bisa mendapatkan penghasilan,” ujarnya.

Karena itu, kata Jahja, mereka (member) juga harus memahami produk apa yang mereka jual. Perusahaan marketing affiliate yang baik akan memilih produk yang layak untuk masuk di konsep ini, dan juga sebaiknya hanya satu partner atau vendor saja untuk setiap kategori. “Jadi jangan sampai ada beberapa merek karena affliliate ini bukan toko online. Sehingga membernya akan fokus. “Tetapi harus ada informasi yang jelas, informasi produk harus betul-betul dikomunikasikan dan membernya harus memahami produknya,” katanya.

Jahja memprediksi, affiliate marketing akan menjadi tren di masa depan apalagi saat ini era digital, karena konsep ini mengadopsi sistem otomatisasi misal dalam proses transaksinya. “Membernya bisa langsung melihat didalam website, berapa poin dan komisi yang sudah didapatkan. Jadi ini benar-benar merupakan satu komunitas yang produktif,” jelasnya.

Cuma, sambungnya, butuh proses penerimaan dari masyarakat, karena untuk menjadi kebiasaan baru, itu tidaklah mudah. Perlu dikomunikasikan, dan butuh edukasi. Banyak perusahaan yang berani melakukan itu, tetapi untuk bisa diterima oleh masyarakat itu butuh proses. “Jika masyarakat menerima dengan baik maka grow nya akan tinggi artinya masyarakat menyukai dan akhirnya menggunakan karena mereka merasakan benefit dari itu,” jelasnya.  

Di marketing affiliate, para member bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan,  mendapatkan penghasilan,  dan mendapat edukasi produk di sana. Jadi tiga-tiganya bisa didapatkan. “Tantangannya adalah, harus kerjasma dengan para vendor yang ingin mengalihkan sebagian biaya distribusi dan marketing nya ke new model seperti ini. Dari konvensional ke new model seperti marketing affiliate ini. “Konsep ini akan sangat ceruk, mungkin kedepannya akan menjadi suatu kebiasaan yang besar,” tandas Jahja.  

“Visinya harus sama-sama mendukung antara vendor dan marketing affiliate, karena butuh komitment keduanya. Ini akan menjadi kekuatan baru, karena satu produk satu merek satu tipe. Bukan seperti online shop semua merek banyak tipe, masuk semua disana,” tambahnya.  

Lalu apa keunggulan affiliate marketing ?  Jahja mengatakan, affiliate marketing adalah punya data base customer, punya referral data base, punya endorser data base. Marketing affliliate ini adalah salah satu perubahan era digital dari fisik ke digital. “Orang ingin mengurangi waktu untuk keluar hanya sekedar belanja,” ungkapnya seraya menambahkan, “saat ini untuk bisa membeli sesuatu, sudah sangat mudah, bisa dengan menggunakan laptop, handphone, smart TV, dan lain-lain.”

CEO Buzz n Co, Sumardy mengatakan, affiliate marketing memiliki kelebihan pada jaringan pemasaran yang lebih efisien karena bisa melakukan direct marketing dari people to people. Kredibilitas yang lebih bagus karena dijelaskan dan dijual oleh orang atau teman yang kita kenal. “Efektivitas pemasaran yang lebih terukur,” ujarnya.

Sedangkan kekurangannya, sebut Sumadry, adalah kalau affiliate hanya dipicu oleh semangat untuk mendapatkan komisi sehingga seringkali yang menjual malah mengabaikan tentang kualitas dan manfaat produk. 

Tidak berbeda dengan Sumardy. Managing Partner Inventure, Yuswohady juga mengakui kekurangan affiliate marketing. “Kekurangannya kita tidak bisa mengatur  atau sulit mengontrol si affiliate ini sendiri, berbeda dengan marketing yang sudah terikat suatu perusahaan. Karena secara langsung mereka bukan dari bagian kita,” katanya.   

Affiliete ini, lanjut dia, kan independent yang mempunyai massa customer dan bisa dikatakan lebih mengarah ke partner, artinya kalau partner biasanya tidak ada cost. “Affilete ini jualannya lebih kencang, berbeda dengan salesman yang sudah dibayar memang ngikut kan, tapi kalau ini kan perantara dari bisnis A ke bisnis B, otomatis secara karakter berbeda dengan salesmen biasa,” tuturnya.  

Uniknya, kata Yuswohady lagi, ada pendekatan secara partnership jadi bisnis dengan bisnis, ini berbeda dengan sales. “Intinya affiliate ini survival, dan harus maju, kalau tidak maju maka dia tidak bisa hidup, ini good untuk company,” jelasnya. 

Yuswohady mengatakan, ada beberapa perbedaan affiliete dengan cara kerjanya digital pemasaran yang lain. Affiliate sendiri sudah mempunyai customer base. Sedangkan di digital dalam pembentukan customer base lebih gampang melalui community. “Kalau kita hire salesmen yang belum mempunyai budget massa, maka conversion-nya akan masih kurang, tetapi kalau sudah memiliki basis massa mereka sudah bisa berjualan secaara langsung. Jadi kalau di era digital dia punya customer base, sudah punya di komunitas, bisa link ke produk yang kita jalani,” terangnya. 

Meski demikian, kelebihan affiliate menurut Yuswohady, memiliki customer base dan tidak merangkak dari nol. “Bisnis affiliate marketing ini macam-macam, tapi mestinya sudah memiliki customer base. Untuk saat ini untuk menjadi customer base tidak sulit karena sudah ada sosial media seperti Blog, Website, dll. “Keunggulannya sudah efektif karena sudah puya masa, dan channel, tinggal harus memiliki leader sendiri di jaringan tersebut,” ungkapnya.

Zaziri