Mengenal dan Mengembangkan Franchise

Dari sisi sejarah, hadirnya franchise di Indonesia sudah cukup lama. Jika dihitung dari pertama kali masuknya bisnis franchise ke Indonesia, usia franchise Indonesia sudah memasuki usia ke 50 tahun. Atau jika dilihat dari pertama kalinya pelaku usaha lokal membuat bisnis franchise yang kemudian menjadi pelopor  berdirinya Asosiasi Franchie Indonesia (AFI) pada tahun 90an, pengenalan terhadap masyarakat tentang franchise sudah berjalan selama 30 tahun.

Sayangnya, hingga saat ini, sebagian besar masyarakat tidak memahami secara utuh dan komprehenship mengenai franchise. Sebagian masyarakat menyebut bisnis musiman yang dikembangkan, baik dalam  bentuk booth di pinggir-pinggir jalan atau bentuk gerai toko sebagai franchise.  Padahal itu adalah bisnis tidak bisa disebut sebagai bisnis franchise.

Penyederhanaan atau simplicity pemahaman terhadap sebuah praktek bisnis yang mirip franchise  seperti itu membuat masyarakat bisa terjerat kesalahan pemahaman dalam menilai bisnis. Jika masyarakat bertindak karena kesalahan pemahaman bisa merugikan mereka sendiri. Dan pada akhirnya merusak keprcayaan masyarakat juga.

Masyarakat selama ini mengenal bahwa bisnis franchise itu menguntungkan. Tidak ada yang salah dalam pemahaman sebagian masyarakat kita mengenai franchise seperti itu. Tetapi, pemahaman itu sebetulnya merupakan kesimpulan dari rangkaian informasi mengenai franchise yang sesungguhnya. Misalnya bahwa bisnis franchise merupakan usaha yang berpengalaman dan terbukti keberhasilannya. Kemudian, usaha franchise memiliki keunikan sehingga memiliki nilai lebih dibandingkan kompetitornya. Dan beberapa informasi lain yang menjadi syarat ketat sebuah usaha disebut franchise.

Sayangnya, pemahaman yang berupa kesimpulan itu hanya diambil ujungnya saja, tanpa pemahaman latar-belakang mengenai franchse secara utuh. Sehingga pada akhirnya, masyarakat bisa tersesat dalam pemahaman yang keliru.

Di sisi lain, pelaku usaha mengambil keuntungan dari keterbatasan pemahaman masyarakat seperti itu. Kemudian terjadi praktek bisnis yang tidak fair. Hal itu terjadi karena pelaku usaha memiliki motif yang lain, yaitu mengejar keuntungan semata.

Asosiasi memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ini, dan dalam berbagai kesempatan memberikan peringatan kepada masyarakat terutama kepada pelaku bisnis yang tidak jujur agar lebih terbuka memberikan informasi bisnis mereka yang sebenar-benarnya.

Bukannya tidak mendukung pola atau business opportunity, namun Asosiasi menginginkan para pelaku lebih terbuka dan lebih jujur mengenai bisnis mereka. Sebab, bisnis-bisnis BO sesungguhnya memberikan peluang sukses bagi para mitra mereka. 

Sementara itu pemerintah belum memberikan atau mengeluarkan label untuk membedakan secara kasat mata antara bisnis franchise dan non franchise. Beberapa Negara, pemerintahnya turun tangan dengan memberikan label pada gerai-gerai franchise sebagai penanda bahwa itu bisnis franchise. Tanpa label itu yang bisa dilihat di gerai-gerai mereka menunjukkan bahwa bisnis itu bukan franchise meskipun menerapkan system sejenis franchise. Sehingga baik pelanggan maupun calon franchisee yang berminat terhadap bisnis tertentu dengan gampang bisa membedakan mana yang franchise dan mana yang bukan franchise. 

Informasi yang tidak jujur dan tidak terbuka akan merugikan mitra mereka dan juga industri itu sendiri. Harus diakui, banyaknya praktek bisnis yang tidak terbuka ini menghambat perkembangan bisnis franchise karena masyarakat menjadi antipati terhadap bisnis “franchise”. Di sisi lain, masyarakat sesungguhnya berharap bisa masuk ke bisnis franchise karena bisnis franchise sesungguhnya menjadi jalan yang terbaik untuk menjadi pebisnis bagi mereka yang belum berpengalaman dengan panduan dan arahan franchisor.

Menilai Franchise

Sistem franchising merupakan salah satu cara untuk mengembangkan usaha. Ada konsekwensi yang harus dilakukan oleh franchisor jika memilih system franchise dalam mengembangkan gerai mereka, yaitu harus transparan.

Sistem franchising bukan sebuah pilihan dari keterbatasan pelaku usaha dalam mengembangkan bisnisnya. Sistem ini merupakan sebuah komitmen franchisor untuk memajukan bisnisnya. System ini bukan untuk mengatasi solusi masalah keuangan dalam mengembangkan jaringan.Sistem ini dipilih oleh pelakunya sebagai bagian dan strategi dalam mengembangkan bisnis.

Ada pandangan yang keliru bahwa dengan system franchising, maka franchisor tidak membutuhkan dana untuk membangun jaringannya di berbagai tempat, karena seluruh dana investasi ditanggung franchisee. Itu pandangan yang sangat keliru.

Sistem itu dipilih oleh karena pertimbangan yang sangat strategis dimana mintra franchisor dalam hal ini disebut franchisee merupakan orang yang tepat untuk mengembangkan bisnis dilokasi yang ditentukan. Franchisee merupakan orang yang mengenal lingkungan dan kultur dimana jaringan itu dikembangkan. Karena itu, franchisee pun bukan sembarang orang yang punya uang, tetapi orang yang punya komitmen untuk menjalankan bisnisnya dan juga mengenal daerahnya.

Kini,bagaimana mengenal bisnis franchise? Secara teori, bisnis franchise bisa dikenali dengan beberapa persyaratan yang dimilikinya. Yaitu sebagai bisnis atau konsep usaha yang telah berhasil dan memiliki pengalaman paling tidak selama lima tahun.

Selain itu, bisnis franchise juga harus memiliki keunikan yang menjadi keunggulan sebagai added value yang harus melekat pada bisnis itu. Keunikan atau keunggulan bisa dihadirkan dari sisi produk maupun dari sisi lainnya yang diciptakan sebagai hasil kreasi marketing untuk menarik pelanggan.

Keunikan atau keunggulan ini menjadi sangat penting karena bisnis modern tidak akan pernah lepas dari strategi marketing yang salah satunya harus diciptakan diferensiasi.

Dalam ilmu marketing, ada empat unsur yang harus dimiliki yang disederhanakan menjadi 4P agar sebuah merek atau sebuah bisnis bisa diterima oleh pelanggannya. Pertama, harus ada product. Kedua price atau penentuaan harga jual. Ketiga, promotion. Dan terakhir adalah placemen atau distribusi.

Setelah dirumuskan konsep 4P, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan pasar yang dituju dengan merumuskan Segmen pasar, Target pasar dan positioning. Dalam istilah marketing dikenal dengan STP (segmentation, targeting and positioning).

Segmentation merupakan penetapan pasar yang akan dibidik, misalnya kelas menengah atas, atau kelas bawah atau lainnta. Sedangkan targeting merupakan bagian dari segmen yang dituju, yaitu pasar yang lebih spesifik yang akan dituju atau ditargetkan oleh merek atau bisnis. Misalnya, targetnya adalah keluarga, remaja atau lainnya. Sedangkan positioning merupakan rumusan dari sebuah merek atau bisnis secara keseluruhan yang ingin dipersepsikan oleh target konsumen mereka. Disinilah dirumuhkan diferensiasi atau keunikan.

Keunikan dan keunggulkan yang dimaksud dalam persyaratan franchise merupakan bagian dari positioning. Tanpa merumuskan positioning atau keunggukan atau keunikan, maka daya Tarik sebuah merek atau bisnis akan lemah dan tidak memiliki pembeda dari merek lain untuk menjadi daya Tarik bagi konsumen.

Pada hakekatnya, bisnis franchise harus menetapkan berbagai strategi marketing dasar untuk bisa menjadi entitas bisnis franchise yang unggul, tidak hanya tentang diferensiasi. Mengingat bisnis franchise merupakan konsep bisnis modern, sudah pasti marketing menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari konsep bagaimana bisnis ini dipasarkan.

Kembali pada soal pengenalan pada bisnis franchise, selain sudah terbukti dan punya keunikan, bisnis franchise juga harus memiliki sistem operasi yang baku dan teruji. Sistem ini menjadi SOP bagi para franchisee mereka. Dengan adanya system operasional yang baku ini, bisnis franchise bisa dijalankiann oleh mereka yang tidak punya pengalaman bisnis sebelumnya.Pada prakteknya, para franchisor memulainya dengan pelatihan agar franchisee mereka bisa memahami secara utuh sistem operasional bisnis yang akan mereka jalankan.

Dan terakhir, dalam mengenal bisnis franchise adalah melihat ada atau tidaknya program marketing yang dimiliki atau dijalankan selama bisnis itu berjalan.Program marketing sangat penting bagi bisnis franchise untuk menarik minat konsumen yang dituju untuk melakukan pembelian. Program marketing juga dimaksudkan untuk mengatasi persaingandan meningkatkan serta menjaga image dari merek franchise.Karena seungguhnya dalam bisnis franchise pada akhirnya adalah bersaing untuk menjaga konsumen dan merebut hati konsumen, dengan asumsi semua operasional dijalankan dengan standar operasi yang berlaku.

Tentu saja, ada hal yang lebih mudah untuk memastikan bahwa bisnis itu adalah franchise dengan melihat daftar yang dikeluarkan oleh departemen perdagangan. Bisnis franchise terdaftar di departemen perdagangan sebagai bisnis franchise.

Namun demikian, calon franchisee yang berminat pada bisnis franchise mengharuskan untuk mengenali reputasi franchisornya dalam bisnis. Reputasi bisa dilihat dari laporan keuangan dan juga dari pengalaman franchisee sebelumnya.

Bagi franchisee, sistem franchising menjadikan mereka sebagai pelaku usaha yang setara dengan franchisor. Namun, para franchisee tidak memiliki kebebasan penuh dalam menjalankan bisnisnya. Para franchisee terikat oleh sistem yang dibangun oleh franchisor dan terikat untuk mengikuti sistem itu.

Franchisor membangun bisnis franchisenya dan menjalankannya dalam waktu yang cukup panjang sehingga mereka memiliki pengalaman dengan kiat-kiat bisnis untuk mengembangkan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Karena itu, franchisee tidak dibenarkan berjalan sendiri dan melakukan improvisasi tanpa sepengetahuan franchisornya yang sduah punya pengalaman panjang. Misalnya, franchisee tidak bisa merubah semaunya sistem atau misalnya menu karena punya pertimbangan sendiri.

Mengembangkan Franchise

Bisnis franchise tidak berkembang dalam waktu sekejap. Semua bisnis franchise memiliki histori yang panjang sebelum bisnis itu mengembangkan jaringannya melalui franchise. Setidaknya, bisnis itu memiliki pengalaman dan sejarahnya sendiri dalam lima tahun.

Itulah persyaratan pertama yang harus dimiliki oleh semua bisnis franchise. Mereka harus sukses sebelum difranchisekan. Tanpa sejarah sukses ini, tidak bisa mereka meloncat untuk menjadi bisnis franchise. Jika terjadi, maka itu sama halnya dengan penipuan.

Ketika kesuksesan itu sudah dimiliki, maka selanjutnya adalah melakukan beberapa tahapan untuk bisa mematangkan menjadi bisnis franchise yang diminati oleh franchisee mereka.

  1. Badan usaha

Pastikan bahwa Anda memiliki badan usaha baik berbentuk perseroan (PT) maupun CV. Sebab,bisnis franchise membutuhkan organisasi yang harus dikelola denghan baik dan organisasi itu harus berada dibadawah badan usaha.

  • Konsep Bisnis

Sebetulnya, berbagai pakar dan pengamat franchise menempatkan konsep bisnis sebagai tahapan paling awal, karena konsep dianggap paling penting dalam sebuah bisnis. Konsep menjadi otak dari seluruh sistem operasional yang dijalankan di dalam bisnis franchise nantinya.

  • Team manajemen

Bisnis franchise sangat tergantung kepada team yang kuat untuk mengcover seluruh kebutuahn operasional mulai dari produk, layanan, hukum dan berbagai operasional bisnis.

Team manajemen ini merupakan salah satu kunci penting dalam mengembangkan jaringan, serta memberikan support manajemen kepada franchisee. Team manajemen yang professional akan memudahkan franchisor dalam mendukung semua operasional bisnisnya, termasuk support terhadap jaringannya.

  • Standarisasi

Menciptakanm standarisasi produk dan layanan untuk jalankan di semua gerai.

  • Keunikan

Menciptakan keunikan yang tidak dimiliki oleh bisnis lain, yang nantinya menjadi keunggulan bisnis. Keunikan bisa diciptakan dari sisi produk atau layanan, maupun gerai yang akan menempatkan bisnis tersebut berbeda di benak konsumennya.

  • Membuat SOP

Standar operasional yang baku menjadi kemestian di dalam bisnis franchise untuk memudahkan para franchisee menjalankan bisnis mereka. SOP sangat penting karena bisa saja franchisee tidak punya pengalaman sebelumnya di bisnis, sehingga mereka punya pedoman dalam mengoperasioan bisnisnya.

  • Prospektus Bisnis
    Membuat prospektu bisnis untuk memudahkan calon franchisee melihat prospek cerah dari bisnis yang ditawarkan. Prospectus harus dilengkapi dengan laporan keuangan pada priode tertentu yang menunjukkan bahwa kinerja bisnis tersebut sangat baik.
  • STPW

Mendaftarkan usaha tersebut sebagai waralaba di Departemen Perdagangan untuk mendapatkan STPW (surat tanda perdaftaran waralaba).

Selanjutnya, setelah semua infrastuktur franchise di atas sudah dipenuhi, maka seperti bisnis usual, franchise juga harus dikembangkan sebagai bisnis yang menawarkan produk yang dibutuhkan oleh konsumennya.

Strategi marketing memegang peranan penting dalam mengembangkan bisnis waralaba. Strategi marketing ini memiliki dua target. Pertama, calon franchisee. Franchisor harus bisa menawarkan bisnisnya kepada calon franchisee sebagai bisnis yang bisa mereka kembangkan dengan semua kelengkapan dan keunggulan yang dimiliki.

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar dan jangkauan daerah yang sangat luas. Marketing tools yang digunakan akan mempengaruhi efektivitas jangkauan untuk bisa sampai kepada calon franchisee. Media dan pameran menjadi salah satu wahana yang bisa digunakan untuk menjalin hubungan dengan calon franchisee.

Kedua, calon konsumen. Franchisor harus memiliki strategi marketing untuk menyampaikan pesan kepada konsumen mengenai produk yang ditawarkan kepada mereka.

Strategi yang menyasar langsung konsumen ini biasanya mengedepankan keunikan dari produk yang ditawarkan. Promosi, iklan melalui berbagai media merupakan cara yang banyak dilakukan oleh pelaku usaha untuk bisa dikenal oleh konsumen.

Hubungan franchisor-franchisee

Dalam bab ini sangat penting untuk menjelaskan secara khusus jalur komunikasi dan hubungan antara pihak franchisor dan franchisee. Keduanya memiliki peran yang sangat penting di dalam mengembangkan usaha franchise.

Hubungan yang tidak baik di keduanya akan mempengaruhi kinerja bisnis franchise. Sebaliknya, hubungan yang baik akan membangbun sinergi yang kuat di dalam mengembangkan bisnis.

Sebaiknya, komunikasi antara franchisor dan franchisee ini bersifat dua arah. Artinya, franchisee sudah mengetahui siapa atau bagian mana di organisasi franchise yang bisa dihubungi secara langsung di dalam membicarakan dan mendiskusikan semua hal yang terkait dengan bisnis franchise.

Di dalam prakteknya, franchisee bisa saja memiliki keinginan untuk melakukan perubahan atau tambahan yang dirasa oleh mereka sebagai langkahterbaik di dalam mengembangkan bisnisnya di lokasi mereka. Hasrat melakukan hal lain yang tidak ada di dalam panduan sebelumnya merupakan hal yang wajar dan normal.

Seperti diketahui, franchisee tidak bisa seenaknya melakukan kebijakan diluar dari yang sudah ditentukan oleh franchisor. Namun, jalur komunikasi yang baik bisa melahirkan pemahaman yang baik, sehingga ide dan gagasan yang baru bisa disinergikan. Jika itu tidak baik bagi keseluruhan bisnis, maka komunikasi akan memberikan pemahaman yang bisa diterima oleh franchisee. Namun jika baik, itu bisa dirumuskan menjadi kebijakan umum untuk semua franchisee.

Jalur komunikasi yang baik dan saling toleran akan meruntuhkan semua egoi dari masing-masing yang punya gagasan. Sehingga tidak memaksakan kehendak. Semua ide dan gagasan bisa dikembalikan untuk semua kebaikan bisnis.

Di dalam bisnis franchise, dua belah pihak ini; franchisor dan franchisee,memiliki kesetaraan posisi, namun memiliki hal yang berbeda. Pertama, franchisee diberi hak untuk mengopetrasikan bisnis sesuai dengan system dan SOP yang diberikan oleh franchisornya.

Kedua, franchisee juga diberi hak untuk menggunakan merek dagang yang dimiliki oleh franchisor.

Namun demikian, franchisor juga punya hak, pertama, untuk melakukan pengawasan secara terus menerus terhadap bisnis franchisee dan menerima laporan sesuai ketentuan.

Kedua, franchisor berkewajiban memberikan bantyuan atau asistensi secara terus menerus kepada franchisee dalam menjalankan dan mengoperasikan bisnisnya.

Nah, tantangan terberat dari hubungan keduanya terletak pada bagaimana kewajiban dan kewenangan itu dijalankan sebaik-baiknya oleh dua pihak untuk mendapatkan manfaat di dalam bisnis.

Pemahaman dan keterikatan keduanya dalam bingkai pengertian yang baik akan mendorong keduanya untuk sama-sama mengembangkan bisnis menjadi sukses.Sebab, franchisee membeli hak waralaba dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di bisnis itu. Din sisi lain, franchisor memberikan hak waralaba dengan tujuan agar bisnis itu bisa berkembangn di tangan franchiseenya.

Anang Sukandar