Dr. dr. I Gusti Nyoman Darmaputra Sp.KK(K), Menjadi Miliarder dari Bisnis Kecantikan

Dr. dr I Gusti Nyoman Darmaputra, Menjadi Miliarder dari Bisnis Kecantikan

Dunia kesehatan bukanlah hal yang asing bagi pria yang satu ini. Ayahnya, dr. I.G.K Darmada, Sp.KK(K) adalah seorang dokter. Ketika sang ayah memeriksa pasiennya seringkali ia melihat pasien yang terkendala masalah kulit wajah cukup parah. Begitu ditelusuri, para pasien tersebut rupanya mencoba produk skin care abal-abal lantaran ikut-ikutan teman, sedangkan untuk berobat ke klinik kecantikan bianya cukup mahal.

Dari pristiwa itu, pria yang bernama lengkap Dr. dr. I Gusti Nyoman Darmaputra, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV ini berpikir untuk mendirikan klinik kecantikan dengan harga terjangkau. “Saat itu masih sangat jarang ada klinik kecantikan dengan harga yang terjangkau. Atas dasar empati ini, saya berusaha mendirikan klinik kecantikan yang bagus atau dengan dasar ilmu dokter spesialis kulit namun dengan harga terjangkau,”  katanya.  

Kini, klinik kecantikan miliknya yang diberi nama DNI Skincare dengan tagline Beauty for Everyone semakin berkembang dengan terus  menambah jumlah gerai baru di beberapa kota di Indonesia. DNI Skincare sudah memiliki 34 gerai tersebar di Sumatera Selatan, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Maluku.

Kinerja bisnisnya pun berjalan cukup baik. Total omzet bisnisnya mencapai miliaran, dengan total pelanggan perbulan seluruh cabang sekitar belasan ribu, dan produk sekitar 30 ribuan pcs perbulan melalui klinik.

Ia tidak punya rencana khusus ketika mendirikan DNI Skincare, intinya hanya ingin buka klinik kecantikan yang harganya terjangkau. “Juga menyadari bahwa semua wanita ingin tampil cantik,” tandasnya.

Darmaputra memulai bisnisnya sejak tahun 2007. Waktu itu ia membuka klinik di rumah kecil di jalan Tukad Yeh ho. “Saya menghandle klinik dari jarak jauh, karena saya masih sekolah dokter spesialis kulit di Surabaya. Untuk pemeriksaan pasien di kerjakan oleh ayah saya dr I.G.K Darmada, SpKK (K). Saya baru mulai aktif full sejak Agustus 2009, setelah lulus dokter spesialis,” tuturnya.

Adapun ilmu kecantikan secara medis sudah dikuasainya dari pendidikan dokter 6 tahun dan spesialis kulit 4 tahun. Untuk menambah diferensiasi dan keunggulan sebagai dokter, pada tahun 2010 ia mengikuti training bedah kecantikan di Tongji University, Shanghai – China selama 6 bulan.

“Namun ilmu bisnis saya masih nol banget. Saya mendapatkan ilmu bisnis yang pertama dengan prinsip ATM (amati, tiru, modifikasi). Saya catat di  HP point-point apa yang menarik dari usaha ini. Bagaimana interiornya, display-nya, musik di ruang tunggunya, bagaimana model brosurnya, seragam karyawannya bahkan bagaimana model neon boxnya,” jelasnya.   

Kemudian Darmaputra memperdalam ilmu marketing dari membaca buku-buku pak Hermawan Kartajaya. “Waktu itu masih ajaran marketing 3.0. Selain serta saya pernah ikut kuliah online dari Universitas Ciputra (UCEO) pada batch 1,” katanya.

Darmaputra memulai bisnisnya di rumah seluas 100 m2 di jalan Tukad Yeh Ho dengan modal sekitar 100 jutaan. Modal tersebut ia gunakan untuk renovasi sehemat mungkin. “Hanya buat meja resepsionis, dan display produk serta korden sekat ruangan serta membeli kursi-kursi ruang tunggu,” terangnya.  

“Untuk fascade bangunan masih bentuk rumah, dengan tambahan tanaman merambat didepannya. Selain itu modal saya gunakan untuk pasang neon box kecil dan membeli produk skin care yang dijual serta bahan perawatan,” sambungnya.  

Sedari awal, ia tidak menggunakan mesin-mesin khusus. Yang ditonjolkan Darmaputra ialah bisa mengobatin orang hanya dengan perawatan sederhana dan banyak tindakan medis berdasar skill-nya. “Jadi di awal perawatan utama hanya dengan chemical peeling, dan Tindakan injeksi-injeksi dengan skill khusus, sehingga klinik saya tetap bisa memberikan layanan lengkap dan nggak kalah dengan klinik kecantikan lain,” ujarnya.  

“Saya tidak pernah membuat hitungan-hitungan bisnis baik perhitungan biaya produksi, estimasi penjualan dan keuntungan. Intinya yang penting ada penjualan, banyak yang dating dan ada uang untuk bisa bayar gaji, beli produk dan bahan perawatan,” bebernya.

Untuk mendapatkan bahan dan alat penunjang, ilmunya udah ia dapatkan dari sekolah dan kursus-kursus serta mulai kenal-kenal dengan supplyer. “Saya selalu memilih yang sesuai atau ada dasar ilmiah, jadi kita bukan diajarin oleh supplyer, kadang saya berdebat dengan supplyer karena kadang claimnya berlebihan dan nggak sesuai medis,” ungkapnya.  

“Untuk produk, formula awal sudah ada dari ayah saya dari tahun 2004 dan biasanya dijual bapak di apotek tempat praktek ayah saya. Namun saya mulai menambahkan dengan formula-formula baru dari saya dan menambah varian produk. Untuk produksi kami masih maklon dengan beberapa pabrik. Pemasaran produk dijual hanya dijual di klinik serta apotek tempat saya praktek,” sambungnya.

Darmaputra tidak mengalami kendala berarti ketika memulai bisnis. “Alhamdulilah proses dari awal pendirian klinik, berjalan lancar, pasien makin bertambah dari mulut ke mulut. Saat itu saya belum ada dana untuk promosi dan iklan,” katanya.  

“Karyawan juga hanya 3 orang, saya sendiri yang menjadi call centre, jawab telpon pasien dan menghandle chat waktu itu via BBM. Hikmahnya saya bisa lebih mendalam kenal pasien dan bisa mengobatin kalua ada keluhan-keluhan pasien setelah perawatan di klinik dan penggunaan produk saat mereka menghubungi call centre,” jelasnya.  

Darmaputra juga melayani konsultasi online via bbm kala itu, karena aktivitas harian saya hanya bisa standby di klinik diatas jam 2 siang. Selain buka usaha, ia juga menjadi dosen PNS di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNUD yang harus bekerja standby di rumah sakit

“Saya dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang dalam 6 hari kerja. Sehingga disela-sela bekerja, saya handle via telpon dan bbm serta mencari-cari ide untuk pengembangan klinik,” ceritanya.

Darmaputra tak pernah pindah jalur usaha, karena baginya bisnis skin care ini adalah core bisnis dan sesuai dengan keahlian dan profesi saya. “Jadi dari awal saya udah ambil sikap tidak ada pilihan mundur karena cita-cita saya, kalau memiliki usaha, saya akan bisa punya waktu dan dana yang lebih dimasa depan, jadi nggak apa susah-susah di waktu muda,” terangnya.

Menurutnya, kendala utama dalam dunia kecantikan adalah masalah kepercayaan, sebagai brand baru apalagi dengan harga murah, banyak pasien yang datang, terutama yang ngerasa mampu secara ekonomi berkomentar apakah ini beneran bisa bagus? Kok murah banget?

“Sehingga saya berusaha terus membangun kepercayaan dengan sering jadi narasumber di media cetak maupun TV dan juga membuka cabang2 baru, karena salah satu membuat orang yakin adalah jumlah cabang atau sering dilihat,” ujarnya.

Dalam memasarkan bisnis, pria yang hobi jalan-jalan ini menganut prinsip ajaran pak Hermawan Kartajaya yang waktu itu, marketing 3.0 yaitu marketing with human spirit dan berusaha memberikan value yang lebih dari yang diharapkan sehingga muncul rasa “WOW” dari costumer. “Ketika costumer merasa “WOW” mereka tanpa disuruh akan “advocate” atau menyarankan brand kita ke orang lain, bahkan mereka akan membela brand kita apabila ada yang berkata negative terhadap brand kita,” katanya.

Darmaputra mengatakan, penghambat dalam pengembangan adalah masalah modal, karena dalam fase-fase awal pengembangan saya mengandalkan membeli ruko untuk tempat usaha. “Karena asumsi saya, kalau nggak jalan usahanya, saya mendapatkan keuntungan dari investasi property,” jelasnya.

Selain itu, masalah mengontrol standar klinik dan kejujuran staf sangat susah kalau jarak jauh, saya berulangkali ada kehilangan dan complain pasien karena perilaku staf yang tidak sesuai SOP. “Walaupun kita udah pasang cctv dan cara2 antisipasi, tetap saja ada celah-celah, apalagi masalah kejujuran, karena umumnya karyawan kenal dengan pasien sebab kecantikan ini perawatannya berulang tiap 2 minggu sehingga resiko untuk transaksi tanpa nota dan uangnya diambil karyawan sangat besar,” jelasnya.

Salah satu solusi dalam pengembangan usaha Darmaputra adalah dengan berpartner. Awalnya ia tipe orang yang tidak ingin berpartner dalam bisnis, karena ajaran dari ayahnya, kalau bisa semua dikerjakan sendiri, agar jangan ditipu dan ribut dengan orang lain.

“Namun syukurlah saya bergabung dengen HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) sejak tahun 2013, saya banyak dapat relasi yang terpercaya, karena adanya wadah atau organisasi akan membantu memverifikasi orang yang akan kita ajak kerjasama,” katanya.  

Apalagi kemudian pada tahun 2017, dirinya terpilih menjadi Ketua Umum Hipmi Bali. Hal itu sangat membuka wawasan dan networkingnya se-Indonesia sehingga ia bisa lebih mudah dalam mengembangkan usahanya. “Lebih mudah mencari partner dan saat butuh apapun di suatu daerah, saya tinggal menghubungi ketua Hipmi provinsi masing-masing dan langsung jalan terbuka lebar,” katanya.

“Untuk membangun system, saya sempat menyewa konsultan dari Jakarta, karena saya ingin membuat standar agar bisa usaha ini di franchisekan atau dikerjasamakan dengan standar yang benar. Kami mulai membuat SOP yang standar dalam hal administasi, supply chain dan pemasaran,” ujarnya.

Sikapi Kondisi Pandemi dengan Inovasi

Kondisi pandemi sangat berpengaruh dengan bisnis klinik kecantikannya, terutama diawal masa pandemi, dimana himbauan untuk stay at home. “Namun kami tetap optimis dan promosikan tentang standar protocol dan menawarkan konsultasi dan pembelian produk secara online atau ojol, serta memaksimalkan produk secara e-commerce,” jelasnya.  

“Kami juga memaksimalkan perawatan sesuai kebutuhan dengan membuka layanan immune booster baik di klinik maupun home visit. Bisnis saat ini sudah mulai membaik bertahap,” terang Darmaputra.

Sebagaimana bisnis lainnya, bisnis Darmaputra saat pandemi pun mengalami penurunan. Karena itu, beberapa Langkah dilakukan terutama untuk penghematan, terutama untuk fixed cost seperti penggunaan listrik. “Kami juga merubah jam operasional klinik menjadi lebih pendek. Beberapa karyawan terpaksa kami atur bekerja bergiliran untuk membantu mengurangi cost,” bebernya.  

Di samping itu, ia juga beradaptasi dan melakukan inovasi dengan memaksimalkan penjualan online dan konsultasi online diberikan secara gratis baik via wa atau video call. “Untuk layanan dan produk kami fokuskan untuk immune booster baik suntik dan infus serta kami menjual vitamin dan obat-obat untuk daya tahan tubuh,” terangnya.  

“Kami juga melaunching produk baru yaitu hand sanitizer yang kami jual diklinik, online serta kami pasarkan juga lewat minimarket untuk membantu solusi kelangkaan hand sanitizer,” sambungnya.

Untuk mengatasi masa pandemi, Darmaputra juga menerapkan kebijakan ruangan. “Kami atur 1 ruangan 1 perawatan, kami juga menggunakan standar protocol dengan ketat serta mengatur waktu perawatan lebih cepat serta jam operasional lebih pendek. Kami juga memaksimalkan jalur reservasi agar antrian tidak numpuk,” tuturnya.

Ia juga berupaya meyakinkan pelanggannya dengan membuat video-video standar protocol, serta di sebarkan via media social dan pesan layanan masyarakat di TV local. Penjualan digital di ecommerce dan langsung ditangani via whatsapp agar mempermudah transaksi, bahkan memberikan layanan pembayaran system COD.

“Kami juga mulai menjalankan penjualan system reseller sekalian membantu karyawan2 usaha lain yang di PHK serta untuk mempermudah distribusi produk sampai ke pelosok,” lanjutnya.

DNI Skincare  menawarkansystem joint venture atau peluang kerja sama dengan system saham. “Jadi partner tidak perlu membayar franchise fee dan royalty bulanan. Paket kami ada yang 95 juta, 200 juta dan 375 juta. Paket ini diluar sewa tempat dan renovasi. Dalam paket sudah termasuk, lisensi penggunaan brand, training dokter dan management, mesin-mesin kecantikan, serta produk dan bahan perawatan untuk pembukaan awal,” katanya.

Darmaputra memberikan tips bagi yang ingin memulai usaha dan pelaku usaha. Menurutnya, meski di pandemi memulai usaha adalah langkah yang paling baik. “Selalu pandang bahwa pandemic ini selalu memiliki peluang baru, yang dibutuhkan hanya kemampuan adaftasi, selalu belajar dan kreatif mencari solusi untuk konsumen,” pungkasnya.

Zaziri