Kumala Laundry, Kunci Keberhasilannya Membidik Segmen Pasar yang Tepat

Kumala Laundry, Kunci Keberhasilannnya Membidik Segmen Pasar yang Tepat

Berdiri pada 2007, Kumala Laundry berkembang menjadi pemain bisnis laundry dengan menawarkan konsep memberikan pelayanan cuci dan seterika per kilogram, di mana konsep bisnis laundry ini mana memang tengah berkembang pesat dan digandrungi masyakarat yang sekarang ini semakin padat kesibukannya.

Kumala Laundry pun dengan cerdik membidik pangsa pasar yang terdiri dari mahasiswa, ibu ibu rumah tangga, event organizer, apartement residence, wisma – wisma, dan hotel yang memang merupakan segmen pasar yang tepat untuk laundry kiloan.

Tidak butuh waktu lama bagi Kumala Laundry untuk diterima pasar. Ia pun membuka gerainya satu persatu  di kota-kota di Indonesia.

Agus Triono, Pemilik Kumala Laundry mengungkapkan, dalam membangun brand perlu dilakukan harus memiliki ilmu marketing yang baik, bagaimana cara memposisikan brand Kumala dan harus mengerti target pasar yang dibidik. Dari sinilah ilmunya harus mengerti keinginan konsumen.

Dalam membangun merek bisnisnya, Kumala membangun dengan cara menerapkan asas kebutuhan dengan memberikan win win solution kepada mitra bisnisnya, dimana mengutamakan keuntungan untuk mitra bisnis terdahulu dalam perjanjian kerjasama.

Agus menjelaskan, sistem kerja sama kemitraannya per bulan pihak pusat tidak akan menarik biaya franchisee fee jika tidak mencaai target yang sudah ditentukan pihak pusat. “Dengan sistem swakelola yang telah diterapkan sejak tahun 2017 maka mitra dimudahkan dalam pengelolaan gerai kumala laundry tanpa harus mengelola bisnis langsung,” paparnya.

Saat ini Kumala laundry telah memiliki puluhan gerai yang tersebar di area Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, dengan omzet bervariasi dari Rp 15 – 60 juta perbulan, sebuah omzet yang cukup menggiurkan.

Dengan sistem swakelola yang diterapkan, Kumala Laundry memudahkan  para mitra bisnisnya untuk memprogram secara terpusat segala bentuk pengelolaan management, marketing, promosi dan kebijakan. “Sistem ini memang diperuntukkan bagi mitra yang memiliki jadwal kesibukan setiap harinya, namun masih ingin menjalankan usaha atau bisnis,” ujar Agus.

Sistem swakelola ini menggunakan sistem autopilot, yaitu pengelolaan secara keseluruhan dikendalikan oleh perusahaan, sedangkan mitra hanya berlaku sebagai investor. Dengan kata lain, cukup duduk berdiam, mitra akan mendapat keuntungan setiap bulannya.

Alasan Agus mendirikan  usaha laundry sederhana saja, karena melihat laundry merupakan salah satu usaha yang fleksibel dalam hal permodalan. “Meskipun modal kecil tetap bisa dijalankan dan merupakan salah satu bisnis yang dapat bertahan dalam jangka panjang,” katanya.

Kumala Laundry dijalankan Agus dengan konsep laundry rumahan dikarenakan keterbatasan modal. “Namun sedari awal saya memulai bisnis ini memang menargetkan Kumala Laundry dapat berkembang menjadi laundry profesional yang Alhamdulillah sudah terealisasikan,” ungkapnya.

Ia mengelola usaha ini berjalan secara alamiah saja, belajar dan  terbentuk secara otodidak tanpa bimbingan ahli yang sudah berpengalaman. “Seiring berjalannya waktu, kami terus memperbaiki diri dengan meningkatkan pelayanan, melihat pasar, belajar dari kesalahan dan tentunya juga sharing dengan pelaku bisnis serupa. Karena menurut saya, terus belajar dan memperbaiki diri adalah kunci dari kesuksesan,” jelasnya.

Kumala laundry didirikan dengan bermodalkan 1 mesin cuci dan 1 mesin pengering. “Sangat seadanya karena saya berpikir asalkan bisa jalan dulu, kemudian saat usaha ini sudah jalan baru ditambahkan peralatan lainnya,” jelas Agus.

Kebetulan, kata dia, untuk bahan dan peralatan awal usaha sangat mudah didapatkan tanpa harus keluar kota karena di Banjarmasin juga sudah cukup lengkap sehingga hal tersebut bukanlah menjadi kendala.

Tawarkan Harga New Normal di Masa Pandemi

Sebagaimana pebisnis lainnya, usaha laundry Agus pun mengalami penurunan bahkan sampai berdarah-darah. Pada bulan maret 2020, pada saat awal pandemi usahanya mulai merasakan penurunan, diliat dari segi omset tentunya. Puncaknya dari bulan April hingga akhir tahun 2020.

“Saat itu kami menjalankan usaha ini bisa dibilang berdarah-darah karena omset hilang lebih dari setengah dari omset normal. Namun saat itu, kami tidak menyerah dan mengusahakan agar tidak ada outlet/gerai yang tutup walaupun hanya dengan pendapatan yang sangat minim,” jelasnya.

Omset bisnisnya saat pandemi hanyalah 50% dari omset normal, sehingga mau tidak mau kami saat itu mengambil kebijakan untuk merumahkan sebagian besar karyawan dan membatasi jam kerja yang tentu hal ini adalah keputusan yang sangat berat. “Karena pendapatan yang begitu sedikit dan ada beban operasional lainnya yang juga harus dikeluarkan saat itu,” katanya.

Saat pandemi Agus pun mulai melakukan berbagai upaya mulai memberlakukan harga new normal yang tentunya jauh lebih ekonomis dibanding harga regular pada kondisi normal agar pelanggan kembali melaundrydi Kumala Laundry.

“Karena kita semua tahu, efek pandemi juga mengakibatkan banyak karyawan yang di-PHK dan bisnis lain pun juga sedang terpuruk. Selain itu kami juga menggencarkan layanan antar-jemput serta promo-promo lainnya agar tetap bisa bertahan,” tuturnya.

Tantangan saat pandemi. Kata dia ada pada masalah kebersihan dan kehiegenisan gerai yang berperan penting dalam kepercayaan pelanggan. “Kami mulai berbenah khususnya dari segi sterilisasi tempat, semua karyawan yang wajib mengikuti protokol kesehatan dan menerapkan jam operasional yang telah ditentukan oleh pemerintah,” jelasnya.

Disamping itu, Kumala Laundry sudah membangun kepercayaan dengan konsumen dari sebelum pandemi, banyak pelanggan yang memang sedari awal adalah pelanggan setia Kumala Laundry. Jadi pelanggan-pelanggan tersebut banyak kita tawarkan layanan antar jemput sehingga mereka tetap dirumah aja.

“Selain itu kami juga terus menerus memberikan info diskon-diskon khusus dan harga sepesial dengan cara sms maupun whatsapp blast ke no hp pelanggan yang sudah tersimpan di sistem kasir Kumala Laundry,” bebernya.

Investasi awal untuk waralaba Kumala Laundry yaitu Rp 167 juta (belum termasuk sewa tempat). “Untuk pertanyaan kapan balik modal kami tidak bisa menjawab dengan pasti karena tergantung lokasi dan perkembangan omset yang bervariasi,” katanya.  

“Namun ada gerai Kumala Laundry yang balik modal dalam 12 bulan, akan tetapi ada juga balik modal dalam 36 bulan. Kembali lagi, semua tergantung rezeki masing-masing dan tidak ada bisnis yang tidak memiliki resiko,” sambungnya.

Rencana Kumala Laundry berencana mengembangkan bisnis lebih ke area Kalimantan Timur, karena prospek dan perkembangan disana lebih pesat dibanding provinsi lainnya di Kalimantan. “Segera kami akan grand opening Kumala Laundry Karpet di kota Balikpapan. Kemudian, kami juga berencana mengembangkan Kumala Laundry selain di pulau Kalimantan seperti di pulau Jawa, Sulawesi dan daerah lainnya di Indonesia,” katanya.

Suka duka Agus dalam bisnis laundry tentu beragam, adakalanya senang karena ia bisa membangun relasi di berbagai daerah dengan berbagai pengalaman,pengetahuan, serta budaya baru. “Namun juga persaingan di berbagai daerah memiliki tingkat kesulitannya masing-masing karena kami harus mengenalkan lagi brand Kumala jika di daerah baru yang tentu asing dengan nama Kumala Laundry,” jelasnya.

Saya senang menjalankan sistem marketing yang berkesinambungan. Karena hasil akhir terbaik adalah akibat dari proses marketing yang terkonsep dengan baik. Tips dari saya yaitu teruslah beradaptasi dengan perubahan dunia karena tidak ada yang kekal di dunia ini terkecuali perubahan itu sendiri,” pungkasnya. (ZR)