KINERJA KARYAWAN VS KINERJA PERUSAHAAN

Setiap semester atau saat menjelang akhir tahun biasanya semua pemilik perusahaan mulai melihat catatan perusahaan, mengevaluasi apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun,  baik keputusan dan hasil yang membanggakan serta memberikan prospek yang menguntungkan  maupun juga keputusan dan hasil yang mengecewakan  bahkan yang telah merugikan perusahaan.

Inilah raport perusahaan yang akan ditutup di akhir tahun  dengan predikat raport hitam atau raport merah.  Sebagai pemilik perusahaan untuk semua usaha apapun tentu kita sangat menginginkan bahwa perusahaan kita akan selalu  lebih maju, selalu  lebih baik dari yang sebelumnya.  Setiap pemilik bisnis apapun pasti menginginkan agar bisnisnya dapat terus bertahan, mampu mendapatan pelanggan baru dan memberikan kepuasan kepada pelanggannya serta  terus berinovasi sehingga selalu selangkah lebih maju dari pada kompetitornya.  

Dalam bisnis franchise pun, sebagai franchisor maupun franchisee, kita pasti menginginkan agar pelanggan kita  dapat puas terhadap produk ataupun jasa yang kita berikan, sehingga  akan menjadi rekomendasi ataupun promosi getuk tular kepada orang di sekitarnya.  

 Tetapi di lain pihak kita juga mengetahui bahwa kondisi eksternal dan internal yang dihadapi di zaman yang hypercompetitive ini membuat para  owner perlu membuat peta masalah  dan memahami gejala gejala yang terlihat .  Dari kondisi yang terlihat, kita perlu  menganalisa lebih dalam untuk melihat  apa sebetulnya core problemnya.  Jangan sampai kita salah mengambil kesimpulan atas gejala gejala yang terlihat    sehingga obat  yang kita berikan akhirnya tidak cespleng.  

Sebagai contoh : kondisi keuntungan perusahaan  X yang menurun perlu dianalisa apakah karena memang  materi komunikasi dan promosi  yang tidak tepat, atau    kualitas produk/jasanya yang  menurun,  atau karena  ada kompetitor yang menjual produk/jasa  sejenis yang lebih murah.  Atau memang  karena selera  pelanggan sudah bergeser, sehingga justru  life cycle produk/jasanya nya sudah tidak dapat dipertahankan  lagi.  Secara garis besar ada dua  peta masalah yang dapat diidentifikasi  sbb :

 1 )   Kondisi  eksternal, yang terdiri dari :  a) kondisi  sumber daya ( resources), apakah ketersediaan bahan baku atau supply mengalami keterbatasan,  atau kenaikan harga dll,   b) kondisi dari value produk/jasa itu sendiri, apakah umur produk/jasa  tsb masih tetap bisa panjang, artinya tetap disukai customernya, apakah produk  sudah tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan, c)  pergerakan  kompetitor,  baik langsung maupun tidak langsung d) kondisi politik, ekonomi, sosial ,budaya, seperti kenaikan BBM, pajak import yang naik, perubahan peraturan Pemerintah dll.

2)  Kondisi internal, yang terdiri  dari  : a) kondisi tehnologi yang  sudah tidak memenuhi syarat mungkin karena mesin yang sudah tua, tehnologi pendukung yang sudah tidak relevan dengan kebutuhan produksi yang meningkat tajam dll,  b) kondisi  proses bisnis yang sudah tidak efisien dan efektif , dan c) aspek manusia, yang produktivitasnya  terlihat menurun,  banyaknya karyawan yang pindah ke perusahaan lain,  atau pegawai yang sering absen tanpa alasan yang jelas dll.

Untuk aspek manusia ini jika ditelaah lebih dalam , justru merupakan aspek yang terpenting karena produktivitas yang menurun, banyaknya pegawai yang  keluar ataupun tingginya pegawai yang absen  akan  berpengaruh langsung  produk atau jasa yang diberikan kepada  pelanggan.  

Hal ini pun terjadi dalam bisnis franchise.   Bagaimana bisnis yang kita jalankan dengan susah payah, tetapi di saat  peak season tiba-tiba  sikap  karyawan kita  di bagian service mengecewakan pelanggan  sehingga tentunya mempengaruhi reputasi brand kita.?  Bagaimana sikap kita di saat sedang grand opening outlet baru,  justru karyawan kita banyak yang absen dengan alasan yang tidak jelas ?

Bagaimana perasaan kita di saat kita melihat karyawan  kita bekerja  tidak  sepenuh hati dan tidak menjaga asset perusahaan  seperti miliknya sendiri? Training yang kita telah berikan  kepada karyawan tsb seolah-olah sirna, padahal karyawan tsb merupakan karyawan terbaik kita. Kita pun menjadi bingung melihat kondisi  yang terjadi.   Bagaimana kalau kita sebagai pimpinan perusahaan  tiba tiba menghadapi kondisi seperti ini..?

Sebetulnya di akhir tahun  di saat kita sedang melakukan evaluasi  terhadap perkembangan perusahaan, kita pun sebagai pimpinan perusahaan perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan kita sendiri. Istilah  kerennya adalah Performance management untuk karyawan.

Bagaimana sebenarnya memberikan penilaian kinerja karyawan ?  Sebenarnya setiap pemilik perusahaan yang masih dengan skala kecil dapat mengerjakannya sendiri, tetapi untuk perusahaan yang sudah cukup berkembang pesat dengan jumlah karyawan yang banyak dan di berbagai kota, maka sangat perlu membuat alat ukur yang benar ditangan ahli  di bidangnya. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja  sering di sebut. Key Performance Indicator  (KPI).

 Langkah   langkah sederhana  dalam menyusun KPI  harus memenuhi 3 syarat yaitu  3M :   1) Meaning (harus dengan jelas deskripsi pekerjaan utama yang menjadi  tanggung jawab karyawan tsb, 2)  Manage ( pekerjaan yang diberikan harus dapat dikelola dengan baik oleh karyawannya, target yang diberikan harus cukup masuk akal)  dan 3 ) Measure ( deskripsi pekerjaan utama tsb harus dapat diukur dan dinilai dengan jelas sehingga  dapat digunakan untuk mengukur kinerjanya).   Biasanya KPI  untuk seorang karyawan terdiri  3 – 6 komponen. Sebaiknya tidak perlu terlalu banyak supaya mereka sangat fokus terhadap pekerjaan utamanya.   Hasil KPI ini  tentunya perlu diiringi dengan komunikasi dua arah untuk membahas perbaikan  kinerja di tahun mendatang.  Keberhasilan sesi ini akan sangat tergantung bagaimana cara kita mengkomunikasikan dengan jeli hasil KPI ini.

Nah jika kita sudah rutin melakukan penilaian kinerja  karyawan setiap tahun, maka kita juga berarti memupuk keberhasilan kinerja perusahaan secara berkelanjutan.  Dengan KPI, karyawan tahu persis apa yang menjadi tugasnya, karyawan memahami apa harapan perusahaan terhadapnya, serta karyawan mengetahui bahwa pekerjaan yang mereka lakukan juga akan dinilai dalam bentuk raport kinerja. 

KPI karyawan yang sinergi dengan  target  perusahaan akan mendorong  kinerja perusahaan  yang maksimal.  Jika  hal ini tercapai tentunya karyawan yang  kinerjanya bagus akan menjadi asset perusahaan yang berharga, yang akan mendukung  keberhasilan kinerja perusahaan, baik dapat ber- kontribusi  memberikan kepuasan pelanggan, juga berdampak terhadap  kinerja finansial perusahaan.

Hai ini  tentunya mendorong  pemilik perusahaan  pun tidak  akan ragu untuk memberikan  kompensasi  insentif ataupun bonus yang membahagiakan karyawannya sehingga  terjalinlah kerjasama yang saling membutuhkan.

Ir Mirawati Purnama Msi