Jangan Beli Franchise dengan Modal Pas-Pasan

Dalam transaksi bisnis berdasarkan sistem franchise, bila Anda dapat menjadi franchisee dari bisnis tersebut, maka Anda adalah orang yang beruntung.

Kenapa beruntung? Karena Anda telah “dipilih” oleh pemilik bisnis tersebut (franchisor) sebagai orang yang dipercaya untuk menjalankan sukses bisnis mereka serta dipercaya untuk memakai merek serta menjalankan sistem mereka. Dan luar biasanya, bisnis tersebut adalah milik Anda sendiri tetapi Anda tidak menjalankannya sendirian.

Memiliki bisnis berdasarkan sistem franchise bukanlah sekedar beli-jual.

Bukan sekedar calon franchisee mampu beli, franchisor mau jual, kemudian terjadilah transaksi. Dalam sistem franchise, franchisee adalah orang-orang yang telah disaring dan dipilih serta dipercaya untuk menjalankan bisnis tersebut.

Jadi, bila Anda dapat bertransaksi langsung membeli bisnis tersebut tanpa melalui proses seleksi franchisor, Anda perlu waspada. Anda perlu mengukur dahulu kemampuan Anda sendiri apabila Anda tidak mendapat support dari franchisor seperti yang Anda angan-angankan. Pikirkan juga, apa akibat bila Anda tidak cocok dengan franchisor dan sebaliknya.

Transaksi berdasarkan sistem franchise berjalan atas tiga hal. Pertama, ada persamaan minat terhadap jenis bisnis milik franchisor. Kedua, calon franchisee bersedia menjalankan prosedur milik franchisor. Ketiga, calon franchisee memiliki modal yang cukup.

Baca Juga : 5 Langkah Investigasi Sebelum Membeli Franchise

Berapa sebenarnya modal yang cukup tersebut? Tentunya adalah sebesar yang disebut oleh franchisor, karena dialah yang tahu berapa besaran investasi serta modal kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis tersebut. Tentunya Anda telah siap menyediakan jumlah seperti yang disebutkan oleh franchisor. Tetapi, apakah jumlah tersebut pasti cukup?

Pengalaman menunjukan, berulang kali terjadi bahwa franchisee mengalami kesulitan keuangan karena jumlah uang yang disiapkan sesuai ketentuan franchisor ternyata tidak mencukupi. Apa saja penyebabnya?

Ada tiga hal utama. Pertama, franchisee berfikir bahwa bisnis yang dijalankan dapat segera diambil keuntungannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Padahal, seperti pada umumnya menjalankan usaha, sebuah bisnis membutuhkan perputaran modal yang tidak boleh segera diambil keuntungannya untuk pengembangannya.

Kedua, franchisee bekerja tidak sesuai dengan arahan franchisor, sehingga pemasukan keuangan tidak sesuai perhitungan rencana bisnis. Akibatnya, bisnis memerlukan dana tambahan untuk modal kerja.

Ketiga, asumsi bisnis atau survei potensi bisnis yang ditentukan oleh franchisor tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga bisnis tidak berjalan lancar, pemasukan keuangan menurun sehingga memerlukan tambahan modal kerja.

Dari ketiga hal diatas, yang paling umum terjadi adalah hal yang pertama, yaitu segera mengambil keuntungan bisnis untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini terjadi karena salah persepsi, bahwa keuntungan bisnis dapat segera dimanfaatkan untuk hal lain. Selain itu, inilah yang disebut modal pas-pasan, karena segala daya dikerahkan tanpa menyisakan sebagian dana untuk keamanan rumah tangga.

Malah ada yang awal persiapan modal didapatkan dari pinjaman saudara atau rekan dan lain-lain, di mana pada saat jatuh tempo janji bayar, ternyata tidak dapat memenuhi janji karena uang terpakai untuk menutup kebutuhan sehari-hari, sehingga akhirnya modal usaha terpakai.

Lepas dari siapa yang membuat kesalahan, tapi berpatok pada pengalaman, maka ada beberapa persiapan yang perlu dipersiapkan oleh para calon franchisee.

Hal tersebut adalah jangan membeli bisnis berdasarkan sistem franchise dengan keadaan keuangan yang pas-pasan.

Masalahnya, berapa besar dana yang perlu dicadangkan di luar modal usaha yang diinformasikan oleh franchisor. Terus terang, sangat sukar untuk memperkirakannya. Satu-satunya cara adalah membuat rencana bisnis dengan asumsi yang pesimis atau konservatif, kemudian dibandingkan dengan rencana bisnis yang akan dijalankan. Selisihnya adalah modal cadangan yang perlu disiapkan.

Baca Juga : 6 Alasan Membeli Franchise

Jadi, cara yang paling aman adalah dengan meminta saran kepada franchisor tanpa praduga buruk, berapa kira-kira dibutuhkan dana cadangan andaikata bisnis tidak berjalan lancar. Hal lain yang perlu dilakukan adalah dengan mempersiapkan dana untuk menghidupi keluarga paling sedikit untuk kebutuhan selama satu tahun, karena biasanya bisnis setelah satu tahun baru dapat menghidupi pemiliknya.

Royandi Yunus

International Franchise Business Management – IFBM