Entrepreneurs dalam Franchise Diperlukan Tidak?

Apa sebenarnya entrepreneur itu?

Kalau mencermati buku yang ditulis oleh Jackie Ambadar berjudul “SIAPA TAKUT JADI PENGUSAHA”. “entrepreneur” adalah terjemahan dari bahasa Inggris untuk usahawan atau wirausaha. Sedangkkan entrepreneur sendiri berasal dari bahasa Perancis yang arti bakunya berarti perantara.

Menurut kamus bahasa Indonesia, usahawan diartikan sebagai orang yang berani mengambil resiko untuk mendapatkan keuntungan. Di Amerika, wirausaha sering diartikan sebagai seseorang yang memulai bisnis baru, kecil dan milik sendiri. Dan umumnya, seorang entrepreneurs memiliki sifat-sifat  melekat seperti berorientasi pada tindakan terfokus, bermotivasi tinggi, proaktif terhadap inovasi dan berani mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.

Lantas bagaimana entrepreneurs dipandang dari sudut franchise?

Sistem franchise pada prinsipnya sama dengan berbisnis seperti pada umumnya yakni tidak ada jaminan untung dan sebagainya, karena itu setiap orang  yang terjun di bisnis harus memiliki upaya-upaya sendiri untuk saling meningkatkan bisnisnya.

Meski begitu, dalam sistem franchise langkah-langkah teknisnya harus terikat pada komitmen dan peraturan yang telah saling disepakati dalam hal ini antara franchisor dan franchisee, karena bagaimanapun juga selaras dengan karakter sistem franchise baik franchisor maupun franchisee harus cooperative dan saling mampu bekerjasama. Jadi pengusaha franchise tetap harus saling mengasah kemampuan entrepreneurs. Jika pengusaha franchise hanya pasif dan reaktif (seperti halnya yang biasa terjadi pada bukan entrepreneur) maka tidak cocok untuk sistem franchise.

Artinya, menjadi pengusaha franchise harus memiliki komitmen yang focus?

Benar. Selain itu, ia juga bermotivasi tinggi, proaktif dalam inovasi, berani merintis, dan lain sebagainya. Namun begitu, seorang franchisee maupun franchisor sebaiknya tidak boleh mempunyai inovasi yang terlalu “liar”, karena bila sampai keduanya terlalu dinamis dalam mengembangkan ide dan inovasi maka akan berdampak jaringan lain akan sulit mengikuti sehingga ujung-ujungnya akan mengganggu masalah kualitas standarisasi.

Jika seorang franchisee memiliki jiwa entrepreneurs maka dia akan bisa melihat peluang kedepan ditengah persaingan yang ketat, sebaliknya jika tidak ada jiwa entrepreneur maka akan ketinggalan. Karena sejatinya, dalam bisnis, menunggu adalah hal yang tabu. Kita harus menyerang dan menyerang. Franchisee yang entrepreneurs, biasanya akan terus berjuang dengan baik karena mereka tahu bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mensukseskan usahanya.

Jadi, franchisee juga harus memiliki hal yang sama dengan franchisornya?

Franchisee memang sebaiknya harus memiliki entrepreneurship. Alasannya, jika franchisee memiliki sifat-sifat entrepreneur seperti memiliki visi, mimpi atau cita-cita yang kuat, memiliki idealisme, tekun dan ulet, menyukai perubahan untuk menemukan hal-hal atau cara-cara baru, menciptakan nilai tambah dan berhati mulia maka ia berkeyakinan kesuksesan suatu usaha akan lebih tinggi, meski mereka belum punya pengalaman membuka usaha.

Di sinilah franchise menjadi pilihan tepat bagi orang-orang yang akan memulaimenjadi entrepreneur, karena resiko gagal lebih kecil. Juga pilihan tepat bagi established-entrepreneur untuk lebih mendayagunakan harta miliknya untuk menjadi manfaat yang lebih besar bagi dirinya sekaligus orang lain.