BUILDING TRAINING CENTRE for Small-medium Franchise

BUILDING  TRAINING CENTRE for Small-medium Franchise

Jika kita mendengar ataupun membaca ulasan tentang training centre untuk SDM( pusdiklat=pusat pendidikan dan pelatihan), pasti yang ada di bayangan kita adalah   gedung yang megah,  luas, dengan  perangkat  penunjang yang mahal dan berkelas.  Setiap recruitment SDM yang siap bergabung masuk kedalam perusahaan, pasti mereka diwajibkan masuk ke dalam pusdiklat  sehingga   mendapatkan pelatihan  sesuai yang dibutuhkan.  Demikian juga bagi yang mendapatkan promosi jabatan,  sosialisasi sistem baru dll yang membutuhkan pembelajaran bersama. 

Persepsi itu begitu melekat, bahkan  di era tahun 90 an  training centre dari BUMN maupun MNC  banyak dibangun di daerah berpegunungan yang  sejuk seperti di area Puncak- Bogor, baik untuk pelatihan teknis maupun non teknis. Peserta  SDM yang  mengikuti  diklat akan merasa sangat bangga dan senang karena bisa terbebas dari pekerjaan rutin, dan memiliki kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri.

Di lain pihak persepsi  di mata pemilik usaha yang baru mulai mengembangkan bisnisnya dan masih masuk skala UKM,  bahkan perusahaan skala menengahpun  menganggap bahwa  membangun training centre untuk SDM sering dianggap pemborosan biaya, dan terasa jauh dari angan angan karena masih banyak kebutuhan yang lebih penting  dan urgent menurut versi sang pengusaha  tersebut.  Biasanya  soal pelatihan ini diletakkan dalam skala prioritas mereka sebagai urutan terakhir mengingat  sering dianggap sebagai ‘cost centre” dan merasa  bahwa para SDM bisa mengatasi proses pembelajaran di perusahaannya dengan cara ‘sambil jalan’ saja.

Benarkah pemikiran demikian?? Bagaimana dengan pemilik franchise yang berusaha untuk  menggaet investor untuk menanamkan biaya investasinya dengan membeli franchise jika  tidak memiliki strategi dalam  membangun training centre di perusahaan yang dkelolanya.  Dalam panduan memilih bisnis franchise yang baik, maka mutlak jika  produk franchise yang ditawarkan memiliki sistem pelatihan yang simultan. Karena umumnya pihak franchisee membutuhkan pelatihan dari pihak franchisor agar dapat memahami proses bisnis franchise yang dibelinya. 

Bahkan  ada beberapa perusahaan franchise juga malah menyediakan SDM yang sudah  ditraining lebih dahulu sesuai dengan kebutuhan oleh pihak franchisor, sehingga pihak franchisee tidak perlu repot mencari tenaga kerjanya. Seperti  franchise spa, salon maupun keahlian khusus lainnya.  Tentu ini suatu  nilai lebih yang akan menarik para investor untuk menanamkan investasinya karena kita tentu sudah paham bahwa SDM  yang  siap pakai saat ini sangatlah sulit. Mencari SDM yang seperti kita harapkan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan sering menghabiskan waktu yang lama, bahkan ada juga perusahaan terpaksa tutup sementara karena kehilangan pegawainya yang handal sedangkan SDM yang tersedia  tidak memenuhi kriteria yang kita butuhkan. 

Dari kesulitan –kesulitan yang dihadapi dalam operasional, akhirnya kita sering merasakan kekecewaan terhadap karyawan yang kita miliki, dan selalu ada saja kekurangannya di mata kita selaku pemilik usaha. Kita selalu bermimpi untuk memiliki SDM impian  yang mampu mengatasi masalah-masalah operasional di lapangan sehingga aktifitas kita  yang lainnya dan kehidupan pribadi kita tidak terganggu.  Saya yakin itulah impian semua pelaku usaha.

Tetapi di lain pihak kita tetap tidak mau memikirkan dan menyusun strategi pelatihan SDM secara mendalam  dan sistematis  karena menganggap bahwa hal itu sia-sia, bahwa hal itu tidak penting dan sejumlah alasan lainnya. Kita hanya bermimpi berharap bahwa SDM yang kita miliki secara instant mampu bekerja seperti yang kita harapkan.

Pelatihan SDM terpusat dalam bentuk training centre bertujuan agar setiap pekerja dapat meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaannya, karena dengan meningkatnya persaingan dan semakin berkembangnya jaman, dituntut para pekerja  siap pakai yang mampu terus bersaing dan terus meningkatkan kemampuannya agar tidak ketinggalan dari pesaing . SDM yang dihasilkan dari training centre ini diharapkan siap pakai, baik dari segi kompetensi, perilaku, manajerial sesuai dengan target pelatihannya.

Pelatihan SDM juga bertujuan untuk dapat menyiapkan kaderisasi bagi jabatan-jabatan yang akan dikembangkan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga pada saatnya tidak memerlukan waktu untuk pengisian jabatan tersebut. Pengelolaan SDM yang baik harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Untuk itulah mengapa industri franchise sangat membutuhkan  adanya  training centre sendiri bagi keberlangsungan  usahanya.

Bagaimana sebenarnya mewujudkan untuk membangun training centre tersebut untuk industri franchise, terlebih untuk para pelaku usaha yang memiliki modal yang terbatas? Pelatihan SDM dan pembentukan training centre bagi industri franchise sebenarnya tidak  membutuhkan  investasi yang besar, tetapi yang terpenting adalah isi materi dan sistemnya.  Trainer juga merupakan  hal yang paling krusial.  Perlu dipikirkan  siapa yang tepat menjadi trainer, karena tidak semua orang  mampu menjadi trainer walaupun mungkin dia sudah sangat menguasai bidang pekerjaan tertentu.  

Trainer yang efektif sebaiknya memang diambil dari dalam perusahaan itu sendiri karena merekalah yang paling menguasai operasional dilapangan, tips and hints yang ada diluar SOP.  Kalaupun  belum ada yang cukup memenuhi syarat, pihak pelaku usaha biasanya  sering senang terlibat langsung dalam training tsb. Tetapi penulis sarankan jika memang ingin sistem trainingnya berjalan sistematis, sebaiknya menunjuk orang internal di dalam perusahaan  menjadi  in house trainer, yang tentunya dapat dibekali dahulu dengan pelatihan dari eksternal sehingga kompetensi sebagai trainer memenuhi syarat, seperti mengikuti pelatihan Training for trainer.  

Pembuatan modul pelatihan  secara umum untuk tahap awal dapat dibantu oleh pihak konsultant sehingga  memenuhi syarat sebagai bahan ajar yang  bisa digunakan secara  jelas dan mudah dipahami. Untuk selanjutnya materi pelatihan harus merupakan “life book” yang sifatnya  “continuous improvement”.  Karena sifat bisnis yang dinamis, maka tentu saja materi pelatihan perlu selalu di-review dan di-update setiap waktu tertentu. Untuk ruangan yang dibutuhkan, cukup ruangan meeting yang bisa dimodifikasi seperti ruangan kelas terbatas, terutama untuk pelaku usaha franchise yang masih skala kecil.

Silabus training centre yang baru mulai dibentuk sebaiknya dibagi dalam  2 kategori :

  1. Training program pembekalan untuk karyawan.

Training ini dapat dibagi dalam beberapa tipe training seperti a) training pembekalan untuk SDM yang baru bergabung.  Disini budaya organisasi  juga akan diperkenalkan, disamping tentu saja ketrampilan dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan  pada saat karyawan tsb menduduki jabatan yang direncanakan. Termasuk product knowledge/technical skill.;  b) training pengembangan untuk promosi jabatan, mencakup technical dan soft skills; c) training yang bersifat umum/general seperti team building, motivation training. High involvement training dll.

  • Training program pembekalan bagi franchisee owner.

Disini pembekalan training lebih bersifat  strategic, business plan, leadership dan financial matters. Adalah sangat penting pihak franchisee memahami apa yang diharapkan dari franchisor terhadap franchiseenya. Untuk itu mutlak dibutuhkan training program mengenai hal ini. 

Dalam pelaksanaannya membangun training centre membutuhkan komitment dan passion, karena  keberhasilan  training centre ini dimasa depan akan berbuah pada keberhasilan usaha bisnis yang sedang dibangun secara berkelanjutan. Semoga..!