Ancaman Perubahan

Sepak terjang teknologi komputer dan digital telah menjadi ancaman nyata bagi para pebisnis yang tidak siap beradaptasi. Disadari atau tidak, artis pelukis airbrush papan reklame besar saat ini sudah tergeser oleh digital printing, meski beberapa dari mereka masih bisa dapat proyek melukis bagian belakang bak truk.

Toko kaset, CD, dan DVD terancam oleh video online dengan fitur download-nya. Penerbit buku terancam oleh e-book. Bisnis suratkabar dan majalah terancam oleh berita online. Bisnis travel agent tradisional terancam online booking tiket dan hotel.

Yang masih hangat beritanya: ojek pangkalan terancam oleh go-jek. Bukan cuma gojek, ternyata pengikutnya (follower alias me-too nya) banyak: grab-bike, blu-jek, ladyjek, topjek, ojek syar’i.

Retail dan Online

Bisnis retail saat ini menghadapi ancaman bisnis online. Konon penjualan bisnis online meingkat sangat pesat.

“Nilai perdagangan e-commerce bisa mencapai US$ 100 miliar dalam lima tahun mendatang,” kata Menteri Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, pada hari Selasa 4 Agustus 2015. Dalam hitungan beliau, realisasi perdagangan di beragam situs belanja e-dagang sudah mencapai US$ 12 miliar per akhir 2014. Nah, nilai transaksi belanja online ini bakal melesat hingga 66% di akhir 2015 ini, yakni mencapai US$ 18 miliar sampai US$ 20 miliar setahun. (Kontan online, 6 Agustus 2015)

Tak heran bila para pebisis retail berlomba-lomba membangun infrastruktur bisnis online mereka. Matahari membangun mataharimall.com yang mengkapling pula nama domain mataharimall.co.id. Apotek K-24 mengembangkan obat24.com.

Idealnya, untuk jaringan waralaba, order online diberikan kepada terwaralaba terdekat untuk mendongkrak penjualan para terwaralaba. Tentu saja hal ini membutuhkan komitmen dalam manajemen stok barang dari para terwaralaba.

Travel dan Online

Berbeda dengan retail, bisnis travel memiliki celah lain dalam menghadapi ancaman transaksi online. Bisnis travel dapat mengembangkan produk tour di dalam maupun luar negeri. Artinya, meski produk tiket pesawat dan voucher hotel secara resmi sudah terancam oleh perkembangan teknologi internet, produk paket tour masih bisa dikemas untuk mempertahankan profitabilitas bisnis waralaba travel. Mudah-mudahan margin keuntungannya mencukupi. Bila masih kurang, mungkin menambahkan lini produk jasa penyewaan mobil (untuk pariwisata, atau keperluan yang lainnya), dan motor untuk wilayah tertentu seperti Bali, bisa menjadi opsi tambahan.

Perubahan menurut Jack Ma

Saat saya memutuskan hendak menulis artikel mengenai “ancaman” ini, kebetulan sedang beredar broadcast mengenai pernyataan Jack Ma, CEO alibaba.com yang merangkum perubahan sebagai berikut, “When lighter was invented, matches slowly disappeared. When calculator was created, abacus was to fade away. When digital camera was designed, the market of negative film no longer existed. When direct market selling/internet-based selling arises, traditional marketing declines. When smartphone with 4G (wireless internet access) was introduced to the world, you no longer need to turn on your computer at home. When WeChat and WhatsApp (mobile text/voice/video messaging) are developed, traditional text messaging is no longer as popular as before.”

Korek gas melibas korek api batangan. Kalkulator menggantikan sempoa. Kamera digital menyingkirkan kamera yang menggunakan film seluloid. Penjualan langsung lewat internet mengakibatkan turunnya penjualan di gerai tradisional.

Ketika seseorang bertanya kepada Jack Ma, apa rahasia suksesnya, ia menjawab singkat,” saya bertindak ketika yang lain hanya menonton.”

Anda akan tertinggal bila anda hanya menonton perubahan yang mengancam bisnis anda. Bagaimana dengan bisnis waralaba anda?

Utomo Njoto
Senior Franchise Consultant dari FT Consulting – Indonesia.
Website: www.consultft.com
Email : utomo@consultft.com