

Melihat pangsa pasar roti kopi yang belum digarap di segmen menengah secara serius kontan saja membuat naluri bisnis Ahmad Reza Kurnia Rahman menguat.
Langkah awal, pria yang akrab disapa Reza ini menganalisa terlebih dahulu potensi pasar camilan roti yang sedang berkembang. Setelah itu ia membuat perhitungan biaya produksi dilakukan oleh tim ahli. “Begitupun estimasi penjualan. Keuntungan yang diharapkan tentu saja adalah semaksimal mungkin dari analisa kita,” jelasnya.
Setelah merampungkan analisa bisnisnya dan sudah menyiapkan business plannya, maka dengan keyakinan tinggi Reza pun meroroh kocekya berkisar 50-70 juta rupiah merintis usahanya yang dia beri nama Ropi pada 2017. Ia membuat Ropi untuk kalangan menengah dengan harga produk yang sangat terjangkau.
Tidak lupa pula ia merencanakan system marketing yang baik, kualitas produk yang selalu dijaga, hingga tampilan desain outlet yang dibuat semenarik mungkin. “Saya juga berusaha mengikuti perkembangan trend yang sedang berkembang selama ini. selalu bertemu dengan orang -orang baru yang sudah memiliki pengalaman di berbagai bidang usaha,” jelasnya dengan penuh persiapan.
Sementara untuk perlengkapan, Reza tidak ambil pusing. Menurutnya, seiring dengan kemajuan teknologi pangan saat ini, peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses produksi sudah sangat mudah untuk didapatkan. “Bisa melalui daring ataupun secara offline,” ucapnya mantap.
“Apalagi produk yang kami buat sangat praktis, karena sudah dalam bentuk frozen (beku), sehingga sangat mudah untuk selanjutnya diproses di outlet. Pemasaran di awal kami lakukan secara online dengan beriklan di beberapa media social, juga secara offline yaitu dengan aroma kopi yang bisa tercium di outlet-outlet kami,” sambungnya.
Ia juga tidak sulit untuk memasarkan bisnisnya. Menurutnya, kiat-kiatnya adalah beriklan di social media, memperbanyak outlet sehingga membuat ROPI semakin mudah untuk dijangkau semua kalangan.
Yang tidak kalah penting, kata dia, semangat bisnis ini yaitu kolaborasi, pemberdayaan dan nasionalisme. “Kolaborasi bisnis ini urunan jadi diperlukan transaparansi pengelolaan, sehingga kami buatkan web system, sehingga investor bisa tahu laporan penjualan harian, laporan laba rugi bulanan. Dan pembagian hasil usaha per-3 bulan,” ujarnya.
Dengan persiapan yang cukup cermat, Reza pun berhasil mengembangkan Ropi menjadi salah satu peluang usaha dengan pertumbuhan yang cukup moncer di industri franchise.
Saat ini Ropi memiliki 57 outlet yang tersebar di Jabotabek, Serang Cilegon Karawang Purwakarta dan Jogjakarta. “Saat ini fokus ekspansi di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Bagian Selatan,” kata Raza.
Penjualan produk di outlet Ropi rata-rata di atas 300roti per hari dengan harga produk Rp 6000. Para mitra bisnis mayoritas mampu mencapai balik modal di di bulan ke 3-12 bulan. Pada tahun 2025, Ropi mentargetkan buka 1000 gerai.
Reza menuturkan, bisnisnya tidak menemui kendala berarti saat di awal berdiri. Karena bisnis yang dijalankannya adalah kolaborasi, modal yang didapatkan secara urunan dengan ratusan investor. “Alhamdulillah kami tidak kesulitan dalam permodalan,” katanya.
Untuk menunjang kualitas juga kuantitas produksi, saat ini Reza membangun pabrik di Klaten, “yang insya Allah nantinya akan memasok ke seluruh outlet di Indonesia,” beber pria yang kini menjabat sebagai CEO di Ropi.
Sekarang ini, kendala yang umum terjadi kata dia, karyawan di outlet yang kurang menjaga kualitas produk dan pelayanan. Faktor penghambat bisnisnya ini menurutnya karena roti belum menjadi makanan pokok di Indonesia.
“Maka ini menjadi PR Ropi agar mengedukasi masyarakat. Kadang pelanggan mudah bosan. Sehingga Ropi melakukan inovasi per 3 bulan sekali,” kata Reza yang juga melakukan modifikasi produk di awal bisnis, antara lain menambah beberapa varian topping krim dengan rasa berbeda, seperti buttermilk (susu), dan cocopandan.
Reza memberikan tips bisnis bagi yang ingin menekunu dunia usaha. Menurutnya, jika ingin berjalan cepat, maka jalanlah sendiri. “Jika ingin berjalan jauh maka jalanlah bersama-sama,” kata pria yang hobi membaca ini.