Simple, Sukses Di Bisnis Franchise

Siapakah orang yang bakal sukses di bisnis franchise? Pertanyaan ini mungkin terkesan mengada-ada. Siapa yang tahu? Bukankan sukses itu hanya bisa terlihat setelah terbukti. Tapi kalau pertanyaan ini diajukan untuk bisnis franchise, tentu yang bisa menjawabnya hanya franchisor. Kenapa? Karena merekalah yang tahu karakter seperti apa yang dibutuhkan dalam bisnis franchise agar bisa sukses.  Karena mereka pula yang terlibat dalam setiap perilaku para franchisee di bisnis ini.
 
Cobalah sedikit menengok hasil survey yang dilakukan oleh Andrew A. Caffey terhadap 500 franchisor. Riset ini memang tidak dilakukan di Indonesia, melainkan di Amerika. Setidaknya, kita bisa berkaca dari hasil riset ini siapa saja orang yang bakal sukses di bisnis franchise.
 
Andrew adalah seorang konsultan di bisnis franchise Amerika. Ternyata, dia menemukan hal yang sederhana yang dibutuhkan bagi seorang franchisee yang potensial sukses menjalankan bisnis franchisenya. Semua itu terangkum dari paparan franchisor yang dia wawancarai. Hanya ada empat hal besar yang dibutuhkan franchisee agar bisa sukses menjalankan bisnisnya, antara lain;
 

  1. People person yang suka bersosialisasi
    Karakter ini mendapatkan porsi terbesar dalam jawaban franchisor yang mencapai 94%. Dalam penjelasannya, Andrew mengatakan, sukses franchisee sangat terkait erat dengan kecakapan dan kemampuan untuk berkomunikasi, menyampaikan visi dan mengatur organisasi secara benar. Dengan kata lain, jika Anda lemah dalam komunikasi, maka kemampuan ini harus Anda bangun sebelum membeli franchise.
     
    Andrew mengakui, tidak semua orang yang mau berbisnis memiliki karakter seperti ini, sehingga bisa menjadi hambatan potensial dalam mengembangkan bisnisnya. Namun, dia menegaskan, tidak perlu takut, karena kecakapan bersosialisasi bisa dipelajari dan diasah.
     
    Dia menyarankan, bagi franchisee atau calon franchisee yang punya sikap merasa terintimidasi oleh orang lain, maka bisa mengambil training atau kursus leadership. “Dan jika Anda selalu tidak nyaman dalam bernegosiasi, maka ambillah kursus negosiasi. Kemampunan itu bisa dipelajari, dan usaha untuk mampu dibidang itu akan bernilai dimata franchisor,” kata Andrew dalam penjelasannya.
     
    Karakter ini menjadi penting menurut Andrew karena franchisee harus siap berada dalam posisi kontak langsung dengan pelanggan, vendor, karyawan dan franchisor. Posisi Anda sebagai franchisee menjadi pusat dan bagian besar dari semua aturan main yang harus memberikan arahan, advice, leadership dan menginspirasi kepada semua kelompok diatas.   Anda membutuhkan kata-kata lembut yang manis kepada vendor. Dan Anda juga harus bisa menyalami pelanggan secara efektif, dan menjual kepada mereka produk dan service Anda setiap saat, serta memotivasi mereka untuk kembali dengan lebih banyak transaksi.
      
  2. Harus Bisa Dibimbing
    Bisnis franchise adalah konsep yang menawarkan owner operation. Artinya, bisnis tersebut dijalankan sepenuhnya oleh franchisee. Namun bagaimana franchisee menjalankan operasional bisnisnya, adalah melalui panduan yang diberikan oleh franchisee. Karakter ”harus bisa dibimbing menjadi kunci kedua yang paling penting bagi suskses franchisee.   Sebanyak 87% responden dari franchisor meletakkan hal itu sebagai seuatu yang sangat penting. Dari sekian banyak ciri, kesediaan untuk dibimbing atau dilatih merupakan skill yang paling berguna bagi franchisor.
     
    Perlu diketahui, franchising merupakan transfer sistem yang paling hebat mengenai know how di dalam bisnis. Program franchise yang bagus bertujuan  untuk membawa orang yang tidak punya pengalaman ke bisnis yang sepsifik. Kemudian mengajarkan mereka bagaimana menjalankannya secara sukses hanya karena  mereka dapat belajar mengikuti system.  
     
    Franchisor mengharapkan franchisee mau bersikap fleksibel, mau belajar dan masuk ke dalam ketentuan. Salah satu yang membuat frustasi franchisor adalah menghadapi franchisee yang ingin merubah sistem, serta membuat keputusan sendiri mengenai standar operasi bisnis.
     
    Jangan salah paham, mind set jiwa kewirausahaan tetap dianggap penting. Tetapi, franchisee harus mengikuti formula yang ada dengan kreatifitas yang tinggi, serta punya ketekunan dan mau menjalankan bisnis. Franchisee harus belajar menyeimbangkan mind set kewirausahaannya dengan kemampuan mengikuti sistem franchise.
     
    Di Indonesia, beberapa franchisor mengeluhkan sikap franchiseenya yang sok pintar karena setelah mengeluti bisnis dia merasa seolah-olah lebih tahu. Padahal, bisnis franchise tidak melulu soal outlet yang digeluti franchisee tertentu saja. Bisnis ini membutuhkan keragaman sehingga konsumen dimanapun berada disa mengenal ciri umum dari bisnis ini.
     
    Lagipula, franchisee harus meletakkan franchisor sebagai pihak yang lebih tahu, karena berpengalaman membuktikan bisnisnya sudah sukses sebelum difranchisekan. Meski demikian, masukan franchisee terhadap situasi outlet terkait dengan pasar  menjadi hal yang berharga. Hanya saja, franchisee harus mengikuti pola bisnis yang diterapkan oleh franchisornya. Sehingga, dalam skala besar, satu outlet tidak menjadi contra produktif bagi outlet yang lain.
     
    Memang, dalam bisnis ini, franchisee yang menjadi kunci utama di outletnya karena dialah yang menjalankan bisnis tersebut. Namun, cara mengoperasikan bisnis mau tidak mau harus mengikuti pola baku dan standar yang diterapkan oleh franchisor. Karea, apa yang baik menurut franchisee, belum tentu sinergis dengan keinginan pasar.
     
  3. Tidak Butuh Pengalaman Khusus
    Mungkin Anda berpikir, kalau sudah punya pengalaman khusus di bisnis, maka apa artinya menjadi franchisee. Bisa jadi, pengalaman khusus yang dimiliki franchisee berpotensi menjadi kendala jika franchisee punya opini sendiri tentang bagaimana menjalankan bisnis franchise.
     
    Franchisor ternyata tidak mengharapkan Anda punya pengalaman khusus. Porsi ini ternyata disebut franchisor dalam survey Andrew mencapai 86%. Menurut Andrew, berdasaran hasil surveynya itu, yang penting franchisee tidak punya kebiasaan buruk dan tidak punya keinginan untuk memiliki cara baru dalam menjalankan bisnis.
     
    Pengalaman bisa ditransfer oleh franchisor melalui berbagai training sehingga memudahkan bagi franchisee mengikutin pola yang diterapkan oleh franchisor, termasuk seni menjual. Dalam karakter ketiga ini, franchisor hanya berharap setelah menjadi franchisee adalah belajar untuk menjual.
     
  4. Akses Modal
    Kunci selanjutnya dengan 84% yang mendapat rangkin dari franchisor penting dan sangat penting adalah akses modal. Menyangkut financial, franchisor melihanya sebagai tantangan kronik di dalam sistem franchise. Bisa saja Anda memiliki modal untuk membeli franchise. Tapi bisnis membutuhkan standby money agar bisa sukses sewaktu-waktu dibutuhkan. Misalnya, untuk advertising atau promosi. Tidak sedikit, franchisee yang enggan mengeluarkan bajet promosi setelah membeli franchise.
     
    Solusinya adalah merencanakan secara hati-hati untuk kebutuhan financial, termasuk yang mendadak. Ini membutuhkan bantaun profesional. Akuntan yang bagus dapat mempersiapkan cash flow atau taksiran kebutuhan dengan  analisa peta kebutuhan. Jika Anda membutuhkan 10 bulan dana opeasional, akuntan Anda bias menolong Anda menyusunkan untuk tahun pertama.  Seperti itulah bahan dari bisnis yang survive.
     
    Anda juga butuh hubungan yang baik secara informal dengan banker atau institusi keuangan yang paham rencana Anda, dan mempersiapkan untuk meminjam kembali untuk kebutuhan sukses Anda.
     
    Dari berbagai sumber