
Bisnis franchise pada dasarnya merupakan bisnis yang sangat menjanjikan bagi mereka yang ingin memulai bisnis tanpa pengalaman. Sebab, bisnis franchise memiliki syarat yang ketat, yang harus bisa memberikan peluang sukses bagi para franchiseenya.
Pemerintah melalui PP No.35 Tahun 2024 tentang Waralaba memberikan empat syarat bagi bisnis yang ingin didaftarkan sebagai waralaba, antara lain, memiliki sistem bisnis, terbukti sudah memberikan keuntungan, memiliki Hak Kekayaan Intelektual yang tercatat dan adanya adanya dukungan yang berkesinambungan dari Franchisor kepada Franchisee.
Namun demikian, syarat ketat itu masih membutuhkan sayarat utama dalam operasionalnya, sehingga bisnis franchise bisa berkembang dan berhasil. Yaitu, kompetensi tim manajemennya.
Utomo Njoto, pengamat franchise dari FT Consulting mengungkapkan bahwa tidak berlebihan jika bisnis-bisnis franchise menawarkan keberhasilan kepada franchiseenya. Sebab, bisnis franchise dirancang dengan system dan history untuk keberhasilan bagi para franchiseenya.
Namun dia mengingatkan, kunci penting dari bisnis franchise yang benar-benar menjanjikan ada pada tim manajemennya. Menurutnya, bisnis franchise yang memiliki tim manajemen dengan kompetensi yang baik, menjanjikan keberhasilan yang lebih nyata.
Mengapa begitu? Menurut Utomo Njoto, meski semua syarat sudah dimiliki, namun bisnis akan menghadapi persoalan yang sangat dinamis, sehingga semua bisnis memiliki sisis resiko, terutama mengenai persaingan dan prilaku konsumen yang tidak statis. “Tetapi bisnis (tetap) memiliki sisi resiko. Peta persaingan dan perilaku konsumen tidaklah homogen,” katanya.
Tim manajemen yang baik dan kompeten akan mampu menghadapi perkembangan persaingan dan perilaku konsumen. Hal inilah yang hanya bisa dihadapi dengan kompetensi SDM yang baik.
Disebutkan, franchisor punya peran penting dalam branding & consulting. Franchisor juga harus punya visi jangka panjang, yang senantiasa melakukan perbaikan sistem, melakukan re-investasi.
Sementara itu, franchisee punya peran penting dalam daily operations dan service excellence untuk menghasilkan sales dan repeat order. Sehingga, keberhasilan bisnis franchise ditentukan oleh dua pihak itu; franchisor dan franchisee. “Kata kuncinya komunikasi berdasarkan pemahaman yang benar mengenai franchising, khususnya konsep franchise dari franchisornya,” katanya.
Disebutkan, ada kalanya komunikasi tidak berjalan dengan baik, dan peran masing-masing tidak berjalan seharusnya, sehingga yang terjadi saling menyalahkan antara franchisor dan franchisee. Untuk mencegah itu menurut Utomo, franchisor memiliki ruang untuk melakukan antisipasi di awal. Yaitu, franchisor melakukan seleksi terhadap franchisee.
“Ada titik penting di pihak franchisor: seleksi franchisee dan survey lokasi. Meski ini tidak mampu memberi jaminan keberhasilan, tapi setidaknya dua seleksi ini sangat menentukan keberhasilan bisnis yang difranchisekan,” katanya.