Jangan Salah Pilih “Barang Busuk” di Bisnis Franchise

Jangan Salah Pilih “Barang Busuk” di Bisnis Franchise

Seorang terwaralaba mengeluh, “Wah, saya salah pilih franchise asing. Merek ini dulu bagus banget, tapi pas saya beli franchise-nya ternyata sudah busuk alias berdarah-darah bisnis ini”.

Kok bisa?

Ternyata merek ini sudah berpindah kepemilikan hingga 6 kali di level Pemberi Waralaba. Dan pergantian pemilik di level francihsor ini dari waktu ke waktu tidak berhasil memperbaiki bisnis tersebut. Para pembeli ini membeli mereknya, satu-satunya aset yang masih memberikan harapan, karena di benak masyarakat merek ini masih baik.

Bahkan ketika bapak yang menjadi terwaralaba di Indonesia ini tidak mendapat support sama sekali, kemudian ia memutuskan tidak mau membayar biaya royalti lagi, dan akhirnya harus menciptakan menu dan konsep restorannya sendiri, dan sudah terbukti berhasil alias mulai membukukan laba usaha, ia tidak berani menanggalkan merek waralaba yang ia sebut “sudah busuk” tersebut. Ia masih kuatir untuk menggunakan merek baru.

Ia merasa masyarakat masih menganggap merek ini baik. Ia merasa mengganti merek sangat beresiko baginya.

Untuk menutup kerugian

Tak dapat dipungkiri, ada pebisnis yang mewaralabakan bisnisnya untuk menutup kerugian bisnisnya. Mereknya masih terkenal, tapi kinerja keuangannya tidak mampu membukukan laba usaha. Beberapa di antara mereka adalah Master Franchisee yang buru-buru menawarkan subfranchise untuk menutup kerugian bisnisnya, di level gerainya sendiri maupun di level organisasi sebagai Master Franchisee.

Membaca Laporan Keuangan yang wajib dilampirkan salam Prospektus Penawaran Waralaba yang dimandatkan oleh PP nomor 42 tahun 2007 dan Permendag nomor 53 tahun 2012 yang menggantikan Permendag nomor 31 tahun 2008 akan membantu kita memahami kondisi keuangan Pemberi Waralaba.

Dalam Laporan Neraca Pemberi Waralaba biasanya terlihat Laba tahun berjalan. Meski demikian, dibutuhkan pula anda meminta Laporan Laba Rugi di level Penerima Waralaba (gerai acuan) untuk memberikan peace of mind (rasa aman dan nyaman) dalam membeli waralaba. Laporan Laba Rugi ini merupakan gambaran bagaimana kira-kira kinerja bisnis waralaba tersebut di level gerai.

Tentu saja membaca Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi ini harus dengan cermat dan sikap kritis, karena mungkin laporan-laporan ini direkayasa.

Utomo Njoto

Senior Franchise Consultant dari FT Consulting

Website: www.consultft.com

Email : utomo@consultft.com