Jangan Hanya Mengandalkan Franchisor

Kesalahan yang umum terjadi pada franchisee ketika menjalankan usaha franchisenya adalah, tertalu bergantung kepada franchisor. Ibaratnya, franchisor itu seorang dokter umum yang bisa mengobati semua penyakit pasiennya.  Padahal, seharusnya, franchisee sendiri yang lebih memegang peranan terhadap usaha itu sendiri.  Karena untuk sehat, pada akhirnya sangat tergantung bagaimana franchisee manjalankan usaha sesuai SOP yang diberikan oleh franchisor. Bukan menyerahkan seluruh “nasib” usahanya pada franchisor. 

Sangat disayangkan jika sebuah hak waralaba dibeli dengan harga mahal, franchisee tidak mengetahui prinsip-prinsip kerja bisnis franchise.  Fakta seperti ini memang kerap terjadi, dimana franchisee banyak melakukan kesalahan-kesalahan fundamental yang tidak ditolelir oleh prinsip-prinsip bisnis waralaba.

Tetapi, sebenarnya fraktek kesalahan tidak sepenuhnya muncul dari franchisee sendiri. Karena, masih ada franchisor yang menjanjikan seolah-olah franchisee bisa ongkang-ongkang kaki menerima laba tiap bulan karena operasional bisnisnya dijalankan oleh franchisor.  Praktek salah ini masih banyak diterapkan juga oleh franchisor. Padahal, kondisi ini tidak akan mengedukasi para franchisee. Pada akhirnya, industri ini pun sulit berkembang. Berikut wawancara Majalah Franchise Indonesia, Majid dengan Chairman of Asiawide Franchise Consultan, Albert Kong; 

Kenapa franchisee bisa salah menjalankan usahanya?

Kesalahan yang paling umum dibuat oleh seorang franchisee adalah karena ia telah berpikir bahwa dia memiliki seorang franchisor. Dia merasa seluruh problem ataumasalahnya dapat diselesaikan oleh franchisor. Franchisee memulai bisnis dengan anggapan yang salah, seolah-olah tidak ada resiko lain dalam menjalankan sebuah bisnis karena adanya franchisor. 

Menurut Anda,  kesalahan apa lagi yang biasa dilakukan franchisee? 

Kesalahan-kesalahan umum meliputi anggapan, pertama franchisor lah yang menggerakkan penjualan tokonya.  Kedua, franchisor akan memakluminya dengan tidak mengambil royalti jika cost yang dikeluarkan lebih besar dari nilai penjualan karena dia (franchisee) telah kehilangan uang. Dan ketiga, franchisor akan menanggung segala hal untuk menyelesaikan masalahnya. 

Bagaimana dengan kesalahan-kesalahan menyangkut standar operasional?

Pelanggaran-pelanggaran SOP umunya terjadi karena terlalu kompromi. Konsistensi dikompromikan, diversifikasi disembunyikan atau aliran-aliran pendapatan dibuat tanpa sepengetahuan franchisor, lalai menjalankan tugas dan mengabaikan bisnisnya. 

Apa yang harus dilakukan franchisee untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut? Bisa dijelaskan masing-masing?

Franchisor harus memilih dengan sangat hati-hati dan tidak tergoda dengan kemampuan keuangan yang dimiliki franchisee semata. Bagi franchisee sendiri harus melakukan a soul-searching (penjiwaan terhadap bisnis yang akan dipilihnya) dan berkonsultasi dengan yang ahli (konsultan), membuat perencanaan bisnis yang efektif sebelum memutuskan untuk mengambil sebuah franchise. 

Menurut Anda apakah kesalahan bisa dideteksi? bagaimana franchisee mendeteksinya? Indikatornya bisa dilihat dari apa saja?

Kesalahan-kesalahan itu bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, franchisee tidak mempunyai perencanaan bisnis yang matang untuk ditunjukkan. Kedua, franchisee tidak dapat memberikan informasi pribadi, seperti, apakah franchisee baru saja becerai (divorce); apakah test kejiwaan menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai kepribadin yang baik, dan lain-lain. Demikian pula, indikasi-indikasi yang muncul dari franchisor, misalnya terlalu memaksa franchisee menandatangani perjanjian secara tergesa-gesa; tidak meminta franchisee untuk mengunjungi kantor pusatnya; tidak ada keinginan untuk memperlihatkan dengan suka rela informasi sebanyak mungkin terhadap franchisee, dan lain-lain.

Haruskah ada toleransi terhadap kesalahan?  Adakah batasannya?

Soal ini sangat tergantung kepada franchisornya. Kesalahan yang tanpa disengaja akan dimaafkan demi hubungan baik dalam bisnis. Tetapi, biasanya kontrak akan mendikte tindakan perbaikan apa yang diperlukan dan kapan waktu yang tetap untuk melakukan perbaikan 

Betulkah kesalahan-kesalahan di setiap kategori bisnis   berbeda-beda? Bisa dijelaskan!

Franchising–tidak peduli apa industrinya–bisa jadi makanan, pendidikan, fashion, dan lain-lain adalah sebuah cara dalam berbisnis. Segala kesalahan yang terjadi (dalam franchisiing) pada prinsipnya sama. Contoh, manajemen cash-flow yang buruk, salah memilih lokasi, anggota tim yang buruk, lemah mengenai pengatahuan tentang pasar, dan lain-lain.

Kesalahan biasanya menimbulkan kegagalan kadang juga keberhasilan bila mau belajar. Anda bisa ceritakan contoh franchisee yang pernah berbuat kesalahan namun bisa bangkit setelah belajar dari kesalahan?

Ada banyak contoh. Sekalipun perusahaan-perusahaan franchise yang besar pasti pernah melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan-kesalahan tersebut. Saya tidak bebas untuk menyebutkan nama mereka.

Apa cara efektif agar bisa mengurangi kesalahan?

Siapapun, termasuk pemimpin-pemimpin dari negara besar sekalipun, mereka membutuhkan nasehat ketika mau melakukan sesuatu yang punya resiko. Begitupun ketika seseorang akan membeli atau mengoperasikan sebuah bisnis franchise, dia butuh pendapat dari ahlinya.