Diversifikasi Bisnis dalam Bisnis Franchise

Diversifikasi bisnis tidak lah sama dengan perusahaan induknya. Untuk itu, perlu beberapa waktu lagi untuk menguji bisnisnya. Setelah proven baru tawarkan peluang franchise.

Sebuah bisnis idealnya harus harus dikelola secara dinamis dan mengikuti perubahan agar setiap ada peluang di depan mata tidak lewat begitu saja. Banyak perusahaan yang bertahan hingga puluhan, bahkan ratusan tahun berkat kepiawaian manajemennya melakukan perubahan demi menangkap keinginan serta kebutuhan konsumen yang selalu berubah-ubah mengikuti arus zaman. Perubahan memang tidak dapat dihindari oleh perusahaan sekaliber apapun demi mencapai kinerja yang lebih baik.

Selain inovasi, salah satu strategi perusahaan dalam melakukan perubahan adalah melakukan diversifikasi bisnis. Lebih sederhananya mengembangkan suatu unit usaha baru untuk merambah pasar yang lebih besar lagi. Ada dua macam cara perusahaan membuat diversifikasi bisnis. Pertama, diversifikasi secara ekstrim, yakni membuat satu unit perusahaan baru dengan produk yang berbeda untuk pangsa pasar yang berbeda pula.

Sedangkan kedua, diversifikasi semi ekstrim, yaitu membuat sebuah unit usaha baru dengan merek berbeda atau sama, akan tetapi memiliki produk yang tidak jauh berbeda. Tujuannya untuk mengembangkan pangsa pasar yang jauh lebih luas lagi. Diversifikasi bisnis sudah lazim dilakukan oleh oleh perusahaan manapun. Astra International contohnya, selain otomotif sebagai tulang punggung bisnisnya, perusahaan ini banyak melakukan diversifikasi bisnis dengan membuat perusahaan yang tidak ada kaitannya dengan otomotif, seperti divisi bisnis keuangan, agribisnis, perkayuan, teknologi dan infrastruktur.

Selain itu, ada juga perusahaan yang tidak jauh melakukan diversifikasi bisnisnya. Contohnya, PT Sinar Sosro dan Coca Cola, mereka tidak jauh dari F&B dalam melakukan sebuah diversifikasi bisnis. Sosro misalnya, dia buat Fruit Tea, Tebs, S Tea dan lain-lain. Sedangkan Coca Cola salah satunya buat Frestea. Begitupun Ciputra Group, mereka tidak jauh mengembangkan unit usahanya dalam bidang property. Selain pengembang papan atas dengan proyek prestisius, Ciputra Group juga memiliki unit bisnis broker property.

Lalu bagaimana dengan franchise? Meski industri ini di Indonesia masuk dalam katagori UKM, namun banyak perusahaan besar yang membuat diversifikasi bisnis franchise sebagai strategi mengembangkan pasar untuk produk yang lain. Gerup Astra misalnya, korporasi ini sukses mengembangkan unit usaha franchise Shop & Drive, di bawah PT Astra Ottopart. Sedangkan Olympic, juga mempunyai diversifikasi bisnis franchise dengan nama Furnimart.

Itu jika bicara diversifikasi bisnis dengan skala besar. Untuk sekala kecil juga ada beberapa bisnis franchise yang membuat diversifikasi unit bisnis kecil sebagai cara me-leverage pangsapasarnya. Contohnya Melia Laundry yang sukses mengembangkan waralaba laundry satuan kini mulai meluncurkan Laundry on Kilo’s, untuk mengejar pangsa pasar laundry kiloan yang semakin marak. Baba Rafi Group mendirikan banyak brand seperti Ngikan dan Nyapii.

Contoh diatas adalah merek franchise yang melakukan diversifiksi masih inline dengan core bisnisnya. Ada juga merek franchise yang mengembangkan diversifikasi bisnisnya yang tidak inlane dari core bisnisnya.

Hemat saya, sah-sah saja jika perusahaan franchise melakukan diversifikasi bisnis untuk mencari pelung baru dan meningkatkan keuntungan. Akan tetap perlu diingat, diversifikasi bisnis belum tentu bisa berhasil jika kemampuan management franchisor tidak kuat. Diperlukan manajemen yang professional dan sistem yang kuat untuk melakukan diversifikasi bisnis.

Dan yang perlu diingat, perusahaan franchise yang baru melakukan diversifikasi bisnis jangan terlalu nafsu untuk segera menawarkan bisnis franchisenya. Sebab, perusahaan tersebut tidak lah sama dengan induk perusahaan. Track record-nya masih perlu diuji untuk beberapa waktu.. Setelah melewati 5 tahun dan terbukti proven, barulah dia menawarkan peluang franchisenya. Dan jangan lupa, pepatah yang mengatakan: shoe maker stick to your lace.

Anang Sukandar

Chairman Asosiasi Franchise Indonesia