

Pria yang satu ini sejatinya seorang tenaga markerting. Namun ia banting stir menjadi pengusaha ayam. Kini jumlah outlet bisnisnya sudah puluhan cabang. Bagaimana kisah suksesnya?
Melihat banyaknya jumlah peternak ayam dan jumlah lulusan sekolah SMA yang ingin masuk kerja, pria yang bernama lengkap Alyad Amron ini geram sehingga bertekad mendirikan lapangan usaha yang bergerak di bidang ayam.
Berbekal pengalaman dan karir di bidang creative marketing, ia memutuskan berhenti bekerja di perushaaan orang lain dan mendirikan usaha ayam goreng dengan merek Al’sChick Fried Chicken.
Ia berharap Al’sChick menjadi salah satu brand ayam goreng pinggir jalan yang mampu bersaing dan menjajakan produk berkualitas baik di mata masyarakat dengan harga terjangkau.
Alyad sadar, tidak mudah untuk menggapai harapan besar tersebut . Ia harus memiliki produk yang enak dan berkualitas. Maka ia pun melakukan riset dan pengembangan terlebih dahulu sebelum melaunching produknya ke masyarakat.
Setelah satu tahun barulah hasil risetnya menghasilkan formula produk yang menurutnya pas untuk dipasarkan.
Mengusung konsep ayam goreng renyah yang nikmat namun murah yang dapat dijangkau semua lapisan masyarakat Indonesia, Alyad mendirikan Al’sChick dengan modal Rp 50 juta pada tahun 2017.
Al’sChick menawarkan beragam menu olahan ayam goreng renyah antara lain crispy fried chicken original, chicken cheesy, spicy chicken, ayam geprek original, geprek mozarella dan bbq chicken wings. Aneka menu tersebut dibanderol mulai Rp 7.000 – Rp 17.000 per porsi.
“Waktu itu targetnya tidak muluk-muluk, hanya membuka 2 outlet saja, dengan tenaga kerja yang seadanya,” ujarnya.
Hambatan di awal usaha, kata Alyad, lebih banyak faktor internal di dalam management seperti menjaga konsistensi dari sisi produksi, dan mengatur finansial. Tapi lambat laun dengan sambil belajar hal tersebut dapat diatasinya, antara lain dengan memanfaatkan teknologi digital. “Sampai saat kita memiliki digital agency dengan berbagai klien,” jelasnya.


Adapun tantangan eksternal yang dihadapi Alyad sebagaimana para pengusaha baru umumnya adalah menghadapi persaingan yang sangat kompetitif karena merebaknya produk serupa. “Untungnya bersama tim kami semua memiliki kepercayaan dan integrasi satu sama lain, saling ketergantungan,” bebernya.
Saat ini Al’sChick telah memiliki 30 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Semarang, Wonosobo, dan Padang. Omzet bisnisnya secara keseluruhan mencapai sekitar Rp 300-400 juta perbulannya.
“Alhamdulilah saat ini kami juga sudah didukung oleh korporasi dan fabrikasi besar dengan pendekatan negosisasi di awal usaha,” katanya.
Membuat Produk Frozen di Masa Pandemi
Sebagaimana yang dialami kebanyakan para pengusaha. Musim pandemi adalah musim yang paling berat bagi mereka. Begitu juga yang dialami Alyad. “Pandemi musim yang berat bagi kami, penjualan menurun drastis. Kami kehilangan sales hingga 80%,” terangnya.
Mau tidak mau Alyad harus memutar otak, membuat sebuah inovasi. “Akhirnya kami membuat produk frozen food untuk menambah penjualan yang kami pasarkan lewat digital marketing di berbagai channel,” jelasnya.


Kedepan Alyad mentargetkan membuka 200 outlet dan ekspor frozen food. Bagi yang berminat menjadi mitra bisnisnya, ia menawarkan peluang kemitraan AlsChick dengan investasi Rp 10 juta, estimasi balik modal dalam waktu 18 bulan. (ZR)