Pasar Modern Bertumbangan Saat Pandemi

Pasar Modern Bertumbangan Saat Pandemi

Mengamati kejatuhan satu persatu brand modern market saat pandemi, cukup beralasan mengaitkannya dengan efek langsung COVID-19. Apakah benar demikian? 

Setelah diamati pertumbuhan/penurunan omset yang dialami beberapa brand besar tersebut, ternyata sudah berjalan sejak 5 hingga 7 tahun yang lalu. Pandemi ibaratnya gong yang membuat manajemen memutuskan menutup usaha-usaha tersebut. 

Sejatinya, ada beberapa faktor utama yang menurut penulis menyebabkan hal ini, diantaranya:

1. Pertumbuhan ekonomi negara tercinta yang lebih rendah sejak lebih 5 tahun,  mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat;

2. Berubahnya sebagian gaya hidup masyarakat karena semakin banyak dan semakin mendekatnya gerai-gerai modern dengan lingkungan aktifitas keseharian, rumah atau kantor;

3. Ketidak mampuan gerai-gerai modern yang tutup tersebut memenuhi ekspektasi pasar;

4. Kurangnya inovasi pemasar untuk menciptakan situasi belanja yang dinamis dan kreatif;

5. Kurang maksimalnya evaluasi yang dilakukan  tim internal / research internal untuk menyikapi perubahan lifestyle konsumen;

6. Perubahan prioritas;

7. Efek pandemi Covid-19;

8. Terlalu lamanya pendarahan keuangan menjadi tak tertahankan. 

Penurunan daya beli masyarakat yang sering disangkal, tak terelakkan menjadi faktor yang cukup/sangat berpengaruh. Penghasilan sulit meningkat, ditingkahi dengan harga kebutuhan yang naik tajam. 

Keberadaan minimarket di seluruh penjuru negeri juga menguras share yang belanja ke gerai modern market besar yang berlokasi di mall-mall besar

Dari berbagai riset yang kami lakukan, alasan konsumen memilih tempat belanja adalah karena harga, kenyamanan, dan kelengkapan barang yang tersedia. Hypermarket seringkali fokus di kenyamanan dan ketersediaan, padahal harga, seringkali menjadi faktor utama yang sulit digeser.

Bagi penduduk perkotaan, kepraktisan merupakan alasan berikut mereka memilih tempat belanja, karena semakin terbatasnya waktu yang dialokasikan untuk belanja. Itulah sebabnya, selain minimarket yang bertumbuh pesat, gerai-gerai hypermarket dan supermarket yang memimpin di harga dan bisa diakses langsung (merupakan gerai mandiri) menjadi pilihan utama. 

Inovasi belanja yang dinamis, menarik, dan sesuatu yang berbeda, akan menjadikan penarik minat bagi pelanggan. Ini memang kerja keras yang harus diciptakan oleh tim marketer perusahaan. 

Proses penurunan penjualan, yang bahkan sudah terjadi lama (ada yang sejak 7 tahun lalu) wajib disikapi dengan baik, dan logikanya berusaha jangan berulang, apalagi berkepanjangan. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan menguatkan tim riset internal untuk memotret diri sendiri, candid ke pesaing, baik yang sekelas atau tidak, terus menggali keinginan konsumen, baik yang bertahan atau yang sudah diakusisi merek pesaing. Pengetahuan tentang pasar secara komprehensif wajib dimiliki pemasar. 

Perubahan prioritas belanja, ini merupakan efek domino dari penurunan daya beli, karena uang yang yang dimiliki harus dibagi dan peruntukan utama untuk membeli kebutuhan dasar. Hal ini berpengaruh cukup besar terhadap modern market yang fokus di fashion atau produk selain kebutuhan F & B, toiletries, pharmaceutical. 

Dan memang, semakin lama tidak terjadi perbaikan penjualan, semakin sulit untuk dipertahankan.

Lisa Noviani

Praktisi Marketing Research dan Pengamat Pasar