Di Tengah Dinamika Ekonomi, Sektor Kuliner Tetap Seksi

Kondisi ekonomi domestik saat ini dapat dikatakan tidak berada dalam kondisi baik-baik saja akibat tekanan ekonomi dunia. Lantas, apakah situasi ini berdampak pada bisnis waralaba di sektor kuliner?Ternyata tidak. Bisnis waralaba kuliner malah mengalami puncak pertumbuhan.

Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) hingga Februari 2025 menunjukkan bahwa dari total 311 pemberi waralaba (157 dalam negeri dan 154 luar negeri) yang memiliki STPW, sektor makanan dan minuman memiliki pangsa terbesar, yakni 47,77.

Sementara Industri waralaba secara keseluruhan mencatatkan omzet Rp 143,25 triliun dan menyerap 97.872 tenaga kerja lokal pada tahun 2024.

Ini artinya, meski situasi ekonomi terguncang, sektor kuliner tetap cenderung naik. Salah satu faktornya selain bisa dijalankan dimana saja,  sektor kuliner sudah berkembang menjadi lifestyle sehingga memiliki daya tahan dari guncangan ekonomi.

Tak heran jika bisnis waralaba di sektor kuliner
masih tetap memiliki peluang yang sangat besar untuk berkembang pesat di Indonesia, baik bagi franchise lokal maupun dari manca-negara. 

Ditambah lagi di era sekarang sektor kuliner tidak melulu hanya menyangkut kebutuhan primer yakni makan, tapi juga kebutuhan sekunder sebagai bagian dari experience economy.

Nah, konsep experience economy di kuliner itu pertama kali dikenalkan oleh Pine dan Gilmore (1998) dalam artikel  “Welcome to the Experience Economy”. Di artikel tersebut mereka berpendapat bahwa konsumen mencari pengalaman yang berkesan dan bermakna, bukan sekadar produk atau layanan.

Sebab itu kata mereka, bisnis kuliner itu harus menawarkan lebih dari hanya makan atau minum saja, tetapi juga menciptakan suasana, cerita, dan interaksi yang unik dan menarik yang menarik bagi indera, emosi, dan nilai-nilai pelanggan.

Menurut Pine dan Gilmore, ada tiga manfaat mengadopsi experience economy di bisnis kuliner.

Pertama diferensiasi. Dengan menciptakan pengalaman yang khas dan berkesan maka bisnis kuliner Anda akan menonjol dari pesaing dan menarik lebih banyak pelanggan yang mencari sesuatu yang baru dan menarik.

Kedua, loyalitas. Dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan melebihi ekspektasi mereka, bisnis kuliner Anda itu dapat membangun basis pelanggan setia yang akan kembali lagi dan menyebarkan informasi positif dari mulut ke mulut.

Ketiga, premiumisasi. Dengan menambahkan nilai pada pengalaman pelanggan, bisnis kuliner Anda dapat mengenakan harga yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan keuntungan.