

Istilah Business Opportunity (BO) berasal dari Amerika, di mana yang dimaksudkan dengan hal tersebut adalah menjual keahlian dalammengoperasikan sebuah bisnis tanpa pemilik bisnis terlibat didalamnya, dan tidak menyangkut masalah kekayaan intelektual yang dimiliki oleh pemilik bisnis awal. Biasanya dalam BO ini, keterlibatan pemilik bisnis awal dengan orang yang mengambil bisnisnya umumnya hanya dalam hal bila pembeli BO butuh bantuan dalam produknya atau bahan dasarnya (raw material).
Transaksi dalam BO ini biasanya hanya menyangkut imbalan dalam pelatihan bagaimana cara untuk mengoperasikan bisnis tersebut serta bagaimana cara mendapatkan bahan baku/ produknya saja. Tidak ada bantuan mengenai marketing, penentuan lokasi, serta pemecahan masalah bila terjadi kesulitan operasional. Tidak pula diatur bagaimana prosedur-prosedur yang wajib dijalankan.
Begitu selesai mendapatkan pelatihan bagaimana cara membuat prodk bisnis, maka selesailah transaksi tersebut. Si pembeli bisnis dapat segera menjalankan bisnis tersebut dengan cara dan selera si pembeli bisnis. Dia bebas berkreasi dan inovasi sendiri.
Tidak demikian halnya dengan franchising. Dalam franchising, semua tindakan diatur oleh Franchisor atau si pemilik bisnis awal. Franchisee atau si penerima/ pembeli franchise wajib mengikuti aturan main yang telah ditetapkan dalam bentuk bisnis model, berikut mendapatkan hak untuk memakai kekayaan intelektual dari pemilik bisnis atau Franchisor dalam kurun waktu tertentu sesuai perjanjian.
Tapi yang membuatnya berbeda adalah bantuan-bantuan (supports) yang diberikan oleh Franchisor secara terus menerus. Bantuan tersebut berupa pelatihan bisnis, bantuan marketing dan tata cara pelaksanaannya, bantuan dalam bentuk saran bila menemui masalah bisnis, kunjungan berkala guna perbaikan bila terjadi penyimpangan, serta branding.
Franchisee seolah-olah memiliki konsultan bisnis yang terus menerus mendampinginya. Apa kelebihannya dari BO? Pemilik bisnis baru atau Franchisee tidak perlu bersusah payah membangun brand loyalty serta target market. Lokasi berbisnis pun dibantu studi kelayakannya oleh Franchisor.
Franchisee boleh memakai network dari Franchisor yang sudah ada terpercaya. Kelebihan lain dibandingkan dengan BO, bila pemilik bisnis awal (atau Franchisor) melakukan inovasi baru dalam bisnisnya, maka Franchisee akan segera dapat mengikutinya dan meniru perkembangannya.
Bagaimana caranya menggeser bisnis BO agar dapat dipasarkan secara franchising? Tidak sulit. Pemilik bisnis BO setidaknya sudah memiliki keahian dalam bisnisnya (mastery). Selama bisnis tersebut sudah kembali modal, selalu memberikan keuntungan, memiliki konsep bisnis jangka panjang, dan telah memiliki laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan akutansi, maka bisnis tersebut dapat mulai disusun untuk dipasarkan secara franchising.
Pertama perlu ditentukan model dari bisnis yang akan dipasarkan secara franchising. Bisnis model tersebut adalah model yang terbaik milik pemilik bisnis, dimana komposisi dari investasi, sales, dan biaya memberikan keuntungan yang terbaik. Bisnis model ini kemudian disusun standar operasionalnya berdasarkan pengalaman sukses pemilik bisnis. Setelah bisnis model ini jadi, maka disimulasikan berapa biaya franchise fee dan royalty yang dapat dibebankan.
Simulasi ini harus mempunyai hasil akhir dimana orang yang kelak menjalankan bisnis tersebut (Franchisee) akan tetap untung dengan keuntungan yang tetap menarik atau masih dalam ambang batas (bracket) keuntungan industri dari bisnis tersebut. Selain itu, simulasi inipun harus dapat memberikan keuntungan bagi Franchisor dengan batasan minimum jumlah Franchisee yang mampu didapatkan oleh pemilik bisnis awal (Franchisor).
Dalam membuat simulasi ini, sangat dibutuhkan mastery bisnis dari calon Franchisor karena dalam bisnis model yang dibuatnya perlu didesain efisiensi-efisiensi yang dapat menurunkan biaya sebagai timbal balik dari dibebankannya Royalty Fee (serta Franchise Fee). Bila bisnis model ini telah rampung, hal yang paling kritis adalah pada saat setelah didapatnya Franchisee. Dibutuhkan sebuah paradigma baru dalam berbisnis untuk menjaga hubungan antara Franchisee dengan Franchisor. Franchisor perlu memiliki paradigma service sesuai dengan katagori franchising.
Paradigma baru ini adalah bahwa dalam setiap tindakan Franchisor, selalu berusaha untuk memberikan keuntungan yang terbaik bagi para Franchisee-nya. Dalam dunia franchise, hal ini dikenal dengan istilah paradigm shift (pergeseran paradigma). Hal ini mudah dimengerti atau dipahami, tetapi kenyataannya memerlukan waktu dan pengalaman baru agar dapat menerapkannya.
Dalam hal ini biasanya peran konsultan franchise akan dapat banyak membantu untuk menggeser paradigma bisnis Franchisor agar bisnis tersebut dapat dipasarkan secara franchising.
Selamat berbisnis franchise.