Strategi Membangun Bisnis Franchise & BO Agar Diminati Investor

Di setiap kategori dan jenis bisnis, para calon franchisee memiliki banyak pilihan untuk membeli hak waralaba. Bagaimana menjadikan bisnis Anda diminati?
 
Menjadikan bisnis franchise diminati investor tidak mudah, akan tetapi juga bukan pekerjaan yang sulit atau mustahil. Infrastrukturnya bisa dipelajari dan tentu saja tergantung kepada franchisor bagaimana menjalankan strateginya.
 
Jahja B Soenarja, pengamat franchise dari Direxion Strategy menjelaskan, menjadikan bisnis franchise diminati investor oleh harus dimulai sejak konsep bisnis itu dikembangkan. Tahapannya menurut Jahja, pertama, mulai dari membuat blue print dan landscape bisnis. Dari sini akan tergambar langkah franchise itu dalam jangka panjang. “Bukan hanya untuk satu dua tahun, tapi untuk jangka waktu lima sampai sepuluh tahun. Karena blue print akan menjadi tahapan,” kata Jahja.
 
Kedua, manajemen yang betu-betul siap. Mereka harus punya tim manajemen yang siap mengantarkan mereknya menjadi the best. “Kebanyakan pemain di Indonesia belum memiliki manajemen yang cukup bagus katakanlah yang memadai atau professional. Modal adalah masalah nanti,” kata Jahja.
 
Ketiga, konsep membangun merek. Kalau franchisor sudah punya konsep membangun merek, maka mereka sesungguhnya mereka akan akan memperhatikan seluruh eleman yang signifikan yang berkonstribusi terhadap pembentukan merek. “Baik itu produknys, pelayanan pasarnya, identitasnya, standarisasinya itu semua adalah elemen yang akan membantu membangun merek,” katanya.
 
Tiga langkah tersebut akan menjadi pondasi kuat perjalanan bisnis yang akan dikembangkan oleh franchisor. Sehingga strateginya bisa terukur berdasarkan tujuan agar bisnis itu kuat, dikenal dan diterima masyarakat. Tanpa bangunan konsep dan visi yang baik, strategi yang dijalankan bisa sporadis dan bisa saja melenceng dari tujuan untuk menjadikan bisnis diminati investor.
 
Setelah itu menuru Anang Sukandar, Ketua Kehormatan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), untuk menjadikan bisnis franchise itu diminati investor, franchisor harus melakukan berbagai kegiatan promosi dan marketing. Beberapa kegiatan yang disarankan oleh Anang SUkandar antara lain, membuat brosure yang ada prospectus bisnisnya, mengikuti pameran serta membuat bisnis matching dengan mengundang calon franchisee (investor).
 
Anang memberikan tips dalam melakukan promosi agar dikenal dan diminati investor. Yaitu pertama, kata Anang, harus menemukan dahulu apa yang bisa ditonjoklan dari bisnisnya, yang akan menjadi keunikan atau keunggulan.
 
Keunikan itu bisa disampaikan kepada masyarakat yang diambil dari konsep bisnis maupun dari produk atau jasanya.
 
Diingatkan Anang, keunikan yang ditinjolkan harus dipastikan bisa diterima oleh masyarakat. Sebab jika tidak, kaka kegiatan marketing yang dilakukan akan sia-sia.
 
Anang menambahkan, kegiatan marketing yang dilakukan tidak boleh melupakan tim internal yang terdiri dari orang-orang yang hebat. Menurutnya, jika tim manajemen tidak kuat dan tidak solid, sebagus apapun kegiatan marketingnya, akan rusak juga. Sebab, penjaga merek itu dilakukan oleh tim manajemen.
 
Anang menjelaskan, tidak mudah membangun bisnis franchise diminati investor. Persyaratan pertama adalah, Franchisor harus punya visi yang kuat dan tidak gampang puas. “Cuma, di Indonesia itu kadang franchisornya cepat puas dan asal-asalan dalam mengembangkan bisnis,” katanya member kritik.
 
Nah, menurut Anang, ada tiga prasyarat yang harus dilakukan dalam membangun bisnis franchise itu diminati investor. Pertama, membuat konsep bisnis yang unggulan. Anang mencontohkan Starbuck menjadi bisnis yang sangat diminati oleh konsumen karena memiliki konsep yang unik, sehingga mampu mematok harga kopi sangat mahal. “Kenapa Starbucks bisa membuat orang senang membeli kopi yang harganya mahal. Berarti dia punya konsep disitu, selain kopi ada hal lain yang disukai customer,” katanya.
 
Kedua, Tim Manajemen yang kuat. Tim manajemen, kata Anang, tercermin dari organisasi dan budaya kerja. Apakah karyawan tersebut sudah memberikan pelayanan maksimal. Para karyawannya sudah bisa bekerja dengan baik secara bersama-sama, dari level atas hingga bawah.
 
Ketiga, membangun usaha yang solid itu berkaitan dengan brand awarness dan brand equity. Ada startegi bisnis yang jitu yang diterapkan manajemen sehingga merek bisnisnya dikenal luas.  
 
Sementara itu, Royandi Yunus menjelaskan, untuk membangun bisnis franchise agar diminati investor, maka bisnis harus tumbuh secara konsisten, melakukan branding yang trerus menerus dan berupaya mendapatkan testimony positif dari luar atas bisnis tersebut.
 
Royandi juga sepakat, membangun bisnis yang diminati investor melalui rencana kerja jangka panjang dan jangka pendek dalam bentuk bisnis plan. Kemudian, visi bisnis harus dijalankan, tidak hanya menjadi dokumen di atas kertas.
 
Umumnya, kata Royandi, bisnis franchise yang diminati investor datang dari franchisor atau manajemen yang memiliki keahlian di bidang bisnisnya serta konsep franchise. Tim manajemen harus memiliki abahwa bisnis yang dikembangkan bergerak untuk kepentingan franchisee (investor).
 
Selanjutnya, seperti yang lainnya, Royandi juga menyarankan agar franchisor melakukan kegiatan marketing yang tepat “Dalam perjalanannya, branding serta perbaikan sistem harus terus dijalankan. Demikian juga dengan R&D. Franchisor harus selalu lebih maju beberapa langkah kedepan dibandingkan para Franchisee-nya,” katanya.
 
Kesalahan franchisor
Ada bebrapa hal yang sering dilupakan oleh franchisor di Indonesia bahwa bisnis mereka harus diminati. Pertama, soal bimbingan terhadap franchisee. Menurut Jahja, Bimbingan ini harus berkesinambungan bukan hanya di awal saja. DI sebagian bisnis franchise, terjadi hubungan yang kurang harmonis antara franchisor dan franchisee sehingga bisnis tidak berkembang dengan baik.
 
Kemudian, kata Jahja, franchisor sering melupakan inovasi produk. Padahal, inovasi sebagai upaya sebuah produk mengikuti perkembangan konsumennya. Dengan begitu, bisnis bisa terus berjalan.
 
Royandi Royan juga menjelaskan, kesalahan yang sering dilakukan oleh franchisor adalah terkait support dengan franchiseenya. “Banyak Franchisor berpikir bahwa bila sudah mendapatkan Franchisee maka selesailah pekerjaan mereka. Padahal begitu Franchisor mendapatkan Franchisee, maka pekerjaan Franchisor barulah dimulai, yaitu membina dan membantu Franchisee.

Kesalahan dari sisi ini akan menyebabkan lahirnya testimony yang tidak baik terhadap bisnis, yang bisa mengakibatkan bisnis jauh dari best choice bagi peminatnya.
 
Anang Sukandar juga sepakat, faktor support terhadap franchisee (investor) menjadi masalah yang krusial yang sering dilupakan franchisor.
 
Selain masalah support, Anang menjelaskan bahwa seringkali franchisor mematok initial fee terlalu tinggi. Sehingga bisa saja calon franchisee atau investor mundur dari keinginannya untuk membeli hak waralaba.
 
Rofian Akbar