
Wanita ini sukses mendirikan usaha dawet dengan hanya modal ratusan ribu rupiah. Inni Dawet, nama merek usahanya pun sudah memiliki mitra bisnis di beberapa daerah. Rencananya ingin ekspansi ke luar negeri. Bagaimana kisahnya?
Dunia usaha bukan hal yang asing bagi pemilik namam lengkap Rilla Kusuma
Dewi, SH, ini. Jiwa bisnis sudah melekat kuat pada wanita berparas cantik ini. Berbagai bidang usaha pun pernah digelutinya. Sebut saja usaha kontraktor sipil, EO, resto, trucking, catering dan sebagainya. Namun usaha tersebut harus gulung tikar akibat pandemi virus Covid19. Usaha-satu satunya yang tersisa yakni resto pun mengalami nasib yang serupa.
Di tengah-tengah kesulitan tersebut, ia menerima orderan minuman es dawet dan cincau dari sebuah perusahaan perbankan. Dewi pun tidak mau mensia-siakan kesempatan tersebut dengan membuat ramuan minuman sendiri. Seakan mendapat ilham bisnis Dewi pun membuka usaha dawet, setelah berhasil memenuhi permintaan perusahaan perbankan tersebut.
Bermodalkan Rp 750 ribu ia membuka usaha dawetnya dengan nama INNI Dawet pada tahun 2019. Ia tidak terlalu pusing membuat analisa yang rumit ketika memulai usahanya. “Saya cukup dengan hitungan ringan saja, beli bahan berapa kemudian di jual berapa. Karena waktu itu memang benar-benar masih niatannya sekedar menjual es dawet saja. Idenya bagaimana supaya karyawan saya tetap bisa bekerja,” ungkapnya.
Kini, INNI Dawet memiliki 8 gerai yang tersebar di berbagai daerah. Sebanyak 3 milik pribadi dan yang 5 gerai adalah milik mitra bisnisnya. Dalam sehari INNI Dawet menjual minimal 50 – 100 cup. “Rencana mendatang saya berharap ada ratusan cabang INNI DAWET, dan bisa juga membuka beberapa gerai di luar negeri seperti di Hongkong, Singapura, Malaysia, Thailand dll,” ujar Dewi.
Lalu bagaimana ia mendapatkan pengetahuan mengenai minuman dawet?
“Kebetulan saya adalah orang yang selalu penasaran dan mencari ide.
Keterampilan dan pengetahuan tentang es dawet semua saya pelajari secara
otodidak,” jawabnya.

Untuk bahan-bahan yang digunakan, INNI DAWET, kata Dewi memakai bahan tradisional yang mudah dijumpai di pasar. “Alhamdulillah sejak awal tidak ada kendala yang menyulitkan. Konsumen kami banyak yang repeat order dan dari mulut ke mulut kemudian menjadi berkembang secara organik,” jelasnya.
Dalam perjalanan bisnisnya, INNI Dawet melakukan modifikasi dan inovasi khususnya di varian rasa. Sedari awal Dewi melakukan inovasi produk karena dirinya ingin membuat brand yang menonjol. Untuk itu ia berinovasi melahirkan berbagai varian rasa untuk memperkuat produk bisnisnya. Sebut saja misalnya Dawet Choco, Dawet Coffee, Dawet Bandrek, Dawet Milo dan lain-lainnya.
“Dengan berbagai varian yang inovatif tersebut kami ingin bagaimana caranya minuman tradisional seperti dawet bisa tetap relevan dan disukai anak muda. Kami juga memadukan rasa klasik dawet dengan tampilan yang kekinian, membuat minuman ini jadi lebih dari sekadar nostalgia,” ujar Dewi.
Ya, di bawah PT. INNI Punya Indonesia, INNI Dawet ingi dikenal sebagai peluang bisnis dengan konsep yang unik seperti booth stylish dan sepeda listrik untuk jualan keliling. “INNI Dawet enggak cuma menjaga tradisi, tapi juga membawa peluang bisnis seru buat mereka yang mau berkembang bareng. Sekarang, INNI Dawet terus melebarkan sayap, mengenalkan budaya lewat rasa, dan ngajak lebih banyak orang buat gabung di perjalanan ini,” ucap Dewi.
Bagi yang berminat menjadi mitra bisnisnya, INNI Dawet menawarkan peluang bisnis kemitraan mulai dari paket usaha dengan investasi Rp 35 juta. INNI Dawet menawarkan ragam paket mulai dari paket usaha *Darling* (Dawet Rilla Keliling), yang menggunakan sepeda listrik sebagai sarana penjualan dawet keliling. Ada pula paket booth Mini dan Booth Besar, memberikan fleksibilitas bagi para mitra yang ingin memulai bisnis dengan berbagai skala.
Sejatinya, Dewi tipikal pegusaha yang gaptek dalam artian tidak familiar dengan dunia medsos. Namun dirinya dipaksa belajar untuk memasarkan produk INNI Dawet melalui media Medsos. “Awal-awal sempat down karena gaptek sosmed. Namun saya orangnya pantang menyerah dan mau belajar, saya mencari ilmu dan banyak mengikuti seminar bisnis yang membuat otak dan wawasan dengan dunia kekinian semakin terasah, agar tetap relevan,” bebernya.
“Faktor pendukung kemajuan bisnis saya yang lainnya adalah senantiasa berada di komunitas para CEO dari berbagai macam bisnis. Komunitas tersebut yang saling suport, saling menularkan ilmu, dan saling memberi masukan positif. Ini membantu bagi perkembangan saya dan juga bisnis yang saya kelola,” sambungnya.
Wanita yang memiliki hobi bernyanyi dan bersilaturahmi ini memberikan tips, agar jangan takut gagal dalam berwirausaha. “Jangan mulai berbisnis jika kamu takut Gagal. Karena pebisnis itu pasti gagal, tapi resikonya adalah menjadi KAYA,” tutupnya sambil mengembangkan senyum. (ZR)